****

Vanya telah menyelesaikan pekerjaannya. di jam 22:00 adalah waktu Vanya pulang dari pekerjaannya. karena, direstoran ini mengadakan kerja dengan 3 sift. ia telah berganti seragamnya dengan baju kaos pendek, dan hoodie berwarna moccha, dengan celana jeans berwarna putih. Vanya menutup kepalanya dengan tudung hoodie-nya karena merasa dingin. telapak tangannya pun ia sembunyikan dengan lengan hoodie-nya yang oversize sampai membuat Vanya tampak lucu karena tenggelam dengan pakainnya.

Srekk

Seseorang menarik lengan Vanya saat dirinya berbelok dari belakang Restorannya untuk menuju halte bus.

Grep

Dengan keras dirinya menghantam dada seseorang. Vanya mengaduh kesakitan dikeningnya. dirinya mendongak, ingin mengetahui siapa seseorang yang tengah memeluk pinggangnya itu.

"Kenapa lama banget keluarnya?." kata pria dihadapannya itu.

Vanya mengernyitkan dahinya bingung, memangnya apa urusannya dengan pria dihadapannya ini?.

"Dijawab, bukan bengong." Arlan menyentil dahi Vanya yang terdiam.

"Tadi ada temen yang minta tolong nganterin pesanan terakhir." kata Vanya ragu, entah benar atau tidak dirinya memberikan alasan yang tidak seharusnya Vanya berikan.

"Oh, Yaudah. Ayo gue anter pulang."

Belum sempat Vanya menolak, dirinya sudah diseret terlebih dahulu menuju mobil yang terparkir dipinggir jalan.

Vanya hanya pasrah dengan keadaan kebingungan. masalahnya, Arlan tiba tiba ada disini, tiba tiba juga memberikan pertanyaan yang menurutnya tidak berhak untuk Arlan bertanya, tiba tiba juga pria itu menyeretnya untuk mengantarkannya pulang. biasanya memang Arlan menjemputnya jika laki laki itu tidak sibuk dengan organisasinya, namun laki laki itu biasanya akan mengabarinya terlebih dahulu, dan tidak banyak bertanya.

Vanya sudah memasuki mobil milik arlan dengan dorongan laki laki itu, dan paksaan laki laki itu. dengan hati hati, Arlan melindungi kepala Vanya agar tidak terbentur pintu mobil, padahal tidak perlu dijaga dengan telapak tanganpun, Vanya tidak akan terbentur karena tubuhnya yang pendek.

Arlan juga memasuki mobilnya. bukannya segera melaju, Arlan malah menatap Vanya yang diam menunggu mobil yang dinaikinya melaju menuju ke rumahnya.

"Kok enggak di nyalain?." protes Vanya.

"Gimana mau jalan? kan belum pasang sabuk pengaman?." kata Arlan.

Vanya akhirnya sadar dan segera memasang sabuk pengaman. dan ternyata tidak semudah itu, Vanya kesulitan memasang sabuk pengaman dengan benar.

"Bantu pakein! lagian biasanya juga enggak pake." protes Vanya lagi.

"Lo kan biasa molor, jadi harus biasain buat pake sabuk pengaman biar pas ngerem enggak kepentok." kata Arlan, Vanya berdecak malas mendengar ocehan Arlan.

Arlan terkekeh mendengar decakan malas dari Vanya, gadis itu sangat menggemaskan saat kesal.

Setelah itu, Arlan mendekatkan tubuhnya kearah Vanya. Vanya yang merasa kedekatan yang menurutnya intim itu berkedip kedip lucu memandang kesembarang arah, kedua tangannya berada di depan dada menahan tubuh Arlan agar tidak terlalu menempel ke tubuhnya, Arlan yang melihat itu merasa gemas dan tidak tahan dengan kelakuan Vanya yang seperti gadis lugu itu.

Arlan tersenyum dengan kedekatan wajah mereka berdua yang hanya berjarak beberapa sentimeter saja. wajah menggemaskan didepannya tidak akan ia lewatkan begitu saja.

Cup

Dengan cepat Arlan menghapus jarak wajah mereka dan mengecup puncak hidung Vanya secara kilat. lalu, Arlan kembali pada kursi kemudinya dan melajukan mobilnya tanpa aba aba.

Dilain sisi, Vanya terpaku. matanya masih berkedip kedip lucu karena kebingungan. setelah sadar apa yang dilakukan oleh Arlan, Vanya melirik Arlan dengan sinis dan menggerutu, setelah itu memukul bahu Arlan dengan keras yang direspon oleh si empu dengan ringisan kesakitan dan diselingi tawa kesenangan.

****

Sebotol minuman beralkohol berada digenggaman seorang pria. tubuh atletisnya, kini sedikit terekspos karena kemeja hitamnya yang tidak lagi terkancing dibeberapa bagian. jas hitam mahalnya sudah teronggok dilantai tidak berarti. mata sayu dalam keadaan setengah sadar itu menatap kosong.

Sudah dua tahun terlewati, dirinya kini menjadi pemimpin mafia yang paling ditakuti. kekuasaannya tidak main main. dirinya yang memang terlahir sempurna semakin sempurna saja dengan kekayaan dan ketampanannya. namun, sangat disayangkan, tidak ada satu wanita pun yang dapat mengisi hatinya untuk menggantikan sang pujaan hati yang melarikan diri darinya. .

Selama dua tahun, Hans mencari keberadaan Vanya dengan akses kekuasaannya yang berada dimana mana. Hans telah melacak keberadaan Vanya hingga keluar negeri, namun tidak ditemukan. Hans pun mengancam kedua orang tua Vanya untuk memberitahukan keberadaan Vanya, ternyata nihil, bahkan Hans tidak menemukan jejak sedikitpun.

Sungguh, rasanya Hans hampir gila. seperti ada yang membantu wanitanya melarikan diri. membantu menghapus semua jejak wanita itu.

Hans begitu menginginkan Vanya, tidak peduli jika Vanya masih membencinya, dirinya tidak peduli kalau wanita itu sudah memiliki keluarga diluar sana. Hans akan merebut Vanya. Vanya adalah miliknya. dunianya hancur saat kehilangan wanita itu.

Tok Tok

Tiba tiba pintu ruangan kerjanya diketuk oleh seseorang.

"Permisi bos, saya hanya melaporkan kalau beberapa jam lagi akan ada meeting dengan beberapa pemilik saham." seseorang berbicara dibalik pintu.

Hans, pria yang selama beberapa tahun berubah menjadi pria yang semakin mempesona dengan tubuh atletisnya yang seksi, wajahnya terpahat sempurna dengan ketampanan yang tidak manusiawi, dan tampilan yang semakin dewasa dengan aura tegas dan dinginnya.

Pria itu bangkit dari duduknya, tidak peduli dengan pakainya yang tidak terkancing dengan rapih. Hans memungut jasnya yang tergeletak mengenaskan dilantai. berjalan dengan gontai, Hans membanting botol minumannya yang sudah kosong. kini Hans bagaikan mayat hidup, tidak bergairah dengan hidupnya.

"Bereskan semuanya, aku akan pergi sebentar." kata Hans saat dirinya sudah berada diluar ruang kerjanya.

"Tapi Bos, anda akan ada meeting beberapa menit lagi." ucap seorang dengan earpiece ditelinganya.

"Diamlah!!! suruh Albert gantikan aku" setelah mengatakan itu Hans keluar dari gedung utama perusahaannya dan segera menunggangi mobil sportnya.

"Dimana kau Vanya~." gumam pria itu.

Wajahnya frustasi, tangannya memukul kemudi, mobil melaju begitu cepat diluar standar kecepatan.

"Aku bersumpah akan terus mencarimu keujung dunia sekalipun, kau milikku, dimana pun kau berada aku akan menemukanmu." ucap Hans  bersungguh sungguh.

Hello, my senior girl~ (Tamat)Where stories live. Discover now