Sebelas.

4.8K 339 15
                                    

Di sebuah kamar, seorang gadis tengah termenung memikirkan kejadian dua hari yang lalu. dimana dia dibuat tidak bisa tidur selama dua malam karena tidak menyangka dengan apa yang menimpanya dan tidak menyangka dengan dua laki laki yang ada didekatnya memiliki sisi gelapnya masing masing.

Terutama kepada Arlan. Vanya masih tidak menyangka, walau ia dan Arlan sering bertengkar dalam artian tidak benar benar bertengkar dalam artian sesungguhnya, Arlan adalah panutannya dalam hal akademis maupun kepribadian. Arlan adalah ketua osis yang tegas, dan dirinya juga berprestasi. namun walau mempunyai gelar dan menjadi favorite para guru, Arlan selalu berbaur dengan semua siswa walau kebanyakan yang enggan bersamanya karena aura tegasnya yang kuat.

Dan untuk Hans, walau kelakuan Hans memang sudah seperti setan, tengil, dan kasar. gadis itu masih tidak menyangka ternyata Hans memang se-sadis itu. padahal ia melihat orang itu adalah kakak kelas dua belas karena sempat melihat logo atau bet dibahu kiri seragamnya, dan terlihat dari postur badannya yang bongsor seharusnya mampu melawan Hans. meski Hans tinggi tetapi kakak kelas itu badannya jauh lebih besar, tidak seperti Hans yang hanya sedikit berisi. entahlah, mungkin memang kemampuan Hans ataupun kekuatannya yang luar biasa.

Setelah kejadian itu, kemarin saat masuk kesekolah semakin Hans tidak bisa dihindari olehnya, mau kemanapun ia bersembunyi pasti diketahui oleh laki laki itu sampai membuatnya frustasi. tidak mungkin ia berdiam diri saat tau sisi Hans yang menakutkan seperti itu. ia harus menghindarinya agar kehidupannya normal kembali,dirinya tidak akan pasrah hanya karena Hans menunjukan pribadinya yang menakutkan.

Untuk Arlan, laki laki itu masih bersikap biasa saja seolah tidak terjadi apa apa. justru biasanya laki laki itu akan memerintahnya lewat sosial media atau menelponnya ketika ada suatu rapat, malah laki laki itu sendiri yang menghampirinya dan menyeret Vanya bersamanya keruang osis. Vanya sih sudah malas melihat wajahnya, seperti sudah melihat mukanya secara langsung tanpa tertutup topeng menjijikan tak kasat mata yang ia sembunyikan.

Baru saja Vanya terhenyak dari lamunan hendak meraih smartphone untuk menghilangkan pikiran buruk yang terus saja bersarang di kepalanya, Vanya di kagetkan dengan bunyi dering notifikasi dari smartphone miliknya yang baru saja akan di qraihnya.

Hans
besok ku jemput, aku enggak mau lagi ada penolakan!!!.

Vanya tidak membalas pesannya. membanting hpnya kekasur, ia tahu dia akan melakukan ancaman untuknya jika Vanya tidak menuruti ucapannya, namun Vanya tidak bodoh apalagi polos sampai harus menurut saja ketika dijerat paksa olehnya. Vanya yakin saat ia terus menolak, Hans akan semakin gencar saja untuk membuatnya ketakutan dan pasrah dijadikan mainannya, namun saat Vanya pasrah bisa saja semakin parah dampaknya, ia akan dibuang dengan keadaan yang pasti tidak baik baik saja dengan hidupnya dimasa depan.

Arghhhh. batin Vanya berteriak frustasi.

Dering ponsel kembali berbunyi tanda ada seseorang yang menelponnya. rupanya masih Hans yang menghubunginya.

"Ada apa?." tanya Vanya ketus.

"Besok kita berangkat bersama. ingat, tidak ada penolakan!!." Kata Hans diseberang sana.

"Tapi... ak~" sial!! ucapan Vanya terpotong olehnya.

"Ingat!!!, aku enggak segan buat minta Arlan untuk sebar luasin isu kalau kamu terlibat sama kekerasan kemarin. dan Boom!!! semua orang pasti percaya sama semua perkataan Arlan." Sial sial!!! dia benar benar mengancam Vanya, tidak bisa dibiarkan!!!.

"Enggak!!! lo enggak bisa macam macam sama gue, gue juga bisa ngelibatin elo kalau sampe lo ngelakuin itu." kata Vanya balik mengancam, bahasanya berganti menjadi elo-gue.

"Aku enggak bisa disentuh Vanya, jadi kamu enggak bisa menggertak aku dengan cara kayak gitu sayang ~." sial Vanya lupa kalau Hans dan orangtuanya punya banyak kekuasaan.

Hello, my senior girl~ (Tamat)Where stories live. Discover now