Limabelas

4.2K 288 22
                                    

Hari sudah malam. dimansion megah itu tepatnya di lantai satu ruang tamu, seorang wanita paruh baya mondar mandir diruangan dengan raut gelisah, tidak juga berhenti menggigit ibu jarinya.

Apa yang membuat anaknya itu sampai saat ini belum keluar dengan gadisnya?. apakah terjadi sesuatu? atau memang kesalahan gadis bernama Vanya itu yang membangkitkan kemarahan sang anak? kalau sampai benar seperti itu, dirinya juga akan menghukum gadis itu. saat dirinya berusaha semaksimal mungkin untuk membuat anaknya senang, gadis beruntung yang di klaim oleh anaknya itu malah tidak tahu diri membuat anaknya sampai semarah itu. Mawar tahu, dari mata tajam anaknya dan aura gelap yang terpancar membuat siapa saja yang melihatnya pasti akan merasa tercekik.

"Hans anak mommy enggak boleh marah, mommy bakalan poles mainan kamu biar makin bagus, dan gampang buat dimainin." gumam Mawar, dengan senyuman terlewat lebar mengerikan dengan mata menyorot datar.

Wanita dewasa itu merogoh tas branded yang tergeletak di sofa, meraih ponsel pintarnya disana. dengan raut serius ia menghubungi seseorang, yaitu asisten suaminya.

"Saya mau kamu lakuin sesuatu... nanti saya sampaikan rencananya lewat pesan..." nadanya santai, seperti tengah memesan tupperware khas ibu ibu.

Menyorot anak tangga yang terdapat sesosok laki laki muda menuruni anak tangga dengan wajah datarnya. Mawar pun mendekati anaknya menunggu di bawah anak tangga terakhir.

Saat sudah berhadapan dengan anaknya Hans, ia tersenyum memandang anaknya yang sudah jauh lebih besar darinya, dan bisa kapan saja menghancurkan dirinya jika saja suatu hal terjadi. sedangkan sang anak Hanya menyorot ibunya dengan datar saja.

Ia sadar bahwa ibu yang sudah melahirkannya itu menyayanginya lebih dari apapun, namun selalu saja ada akhir kata bahwa ialah pewaris utama kekuasaan yang keluarganya miliki. Hans membenci fakta itu, sejak kecil apapun yang ia inginkan memang selalu terpenuhi dengan sekejap mata. namun, dibalik itu semua imbalannya adalah ia harus patuh dilatih dengan keras sejak kecil oleh ayahnya, tidak dibiarkan istirahat untuk mempelajari beladiri dan apapun tentang bisnis sampai akhirnya dia saja ragu memiliki cita cita karena semuanya harus ia kuasai.

Jarang sekali laki laki itu mendapat kasih sayang secara langsung oleh ayah dan ibunya, dan jauh dari kata sentuhan dan belaian dari orangtuanya sebagai kasih sayang. semua itulah yang menjadikan sosok Hans yang mengerikan dibentuk, ia bertingkah seperti anak kecil karena ingin mendapat seluruh perhatian berpusat padanya, namun juga tidak lemah untuk dilumpuhkan oleh siapapun.

"Apa yang terjadi?." tanya Mawar terhadap anaknya.

"Hanya sedikit hukuman untuk gadis pembangkang mommy, dia masih saja belum tunduk terhadapku, Vanya gadis terkuat yang pernah aku temui. kali ini aku merasa dialah yang aku cari. aku menyukainya, dia kuat untuk terus mendampingiku. aku benar benar dibuat gila karenanya, aahhh menyenangkan sekali."

Hans tersenyum lebar saat menceritakan gadisnya kepada ibunya. matanya menatap kosong seperti tengah melayang membayangkan sesuatu yang pastinya sangat licik.

"Apakah gadis itu membuatmu marah? apa mommy perlu melakukan sesuatu untukmu anakku?."

Hans menoleh kepada ibunya, memandang ibunya lama. lalu, Hans tersenyum semakin lebar menyorot manik ibunya dengan tajam.

"Bisakah mommy meminta Vanya dari orang tuanya untuk menjadi milikku? aku menginginkan Vanya tinggal bersamaku mulai sekarang, bisakah?." tanya Hans, manik matanya berubah berbinar saat membayangkan bisa mendekap gadisnya kapan saja.

"Tidak semudah itu sayang, mereka sama saja dengan gadismu, mereka masih menganut ajaran timur tengah sehingga tidak mungkin mengizinkan suka rela anaknya tinggal bersama kita. tapi tenang saja, mommy akan berusaha mengabulkannya untukmu." kata Mawar, ia berucap dengan cepat saat mengakhiri ucapannya karena takut kembali membangkitkan amarah anaknya.

Hello, my senior girl~ (Tamat)Where stories live. Discover now