Duapuluhdua

3.3K 238 30
                                    

Dua gadis remaja yang sangat akrab sedang berada ditaman belakang samping sekolah. duduk dibawah pohon rindang yang memayungi mereka dari terik matahari yang sangat cerah hari ini. sengaja mereka mencari tempat yang lumayan berjarak jauh dari orang berlalu larang yang akan lewat. supaya tidak ada satupun orang yang mencuri dengar pembicaraan dua orang yang sedang bercengkerama dengan serius itu.

"Van, kali ini gue tanya sam lo dan gue mau lo jawab jujur. sebelumnya gue enggak pernah maksa lo buat cerita apapun, tapi kali ini gue mohon lo jujur sama gue apa yang terjadi sama lo kemarin?." ucap salah seorang bernama Amel.

Tubuh Vanya menegang, gadis itu mendongak memandang dedaunan yang berkibar menyejukan udara disekitar gadis itu. ia menimbang pertanyaan sang sahabat, apakah harus ia jawab atau tidak. namun kemungkinan Amel mengetahui kejanggalan dengan kejadian beberapa hari yang lalu. setelah dengan sabar mengatasi rasa penasaran yang Amel miliki, namun tetap menghargai dirinya dengan tidak membahas saat Vanya belum tenang.

"Gue bakalan kasih tau lo tentang apa yang terjadi, tapi gue mau lo enggak ikut campur meskipun lo sahabat gue. gue cerita sama lo, bukan berarti lo berhak. hanya saja karena lo sahabat gue dan gue enggak mau ada apapun yang gue sembunyiin ke lo."

Amel memandang Vanya penuh dengan tanda tanya. Hal apa sampai ia tidak diperbolehkan ikut campur dengan apa yang terjadi pada sang sahabat.

"Tapi kenapa? kenapa gue enggak boleh ikut campur? sedangkan lo sahabat gue, Van. pasti gue ikut campur kalau ada masalah sama lo." tanya Amel.

Vanya menggeleng, menatap sang sahabat dengan wajah geram.

"Hal yang terjadi sama gue, meskipun lo sahabat gue, jangan sekalipun ikut campur. ini semua cuma berhubungan sama diri gue, biar gue yang mikir cara yang bisa ngeluarin gue dari masalah ini. gue enggak mau lo dan keluarga gue yang kena getahnya." kata Vanya.

"Coba jelasin sekarang." kata Amel meminta penjelasan.

"Akhir akhir ini ada orang yang terobsesi sama gue, dan gue disekap dikamar mandi saat acara Hut sekolah dua hari yang lalu. sampai hampir mau menguliti kepala gue karena dia terobsesi sama rambut gue." ucap Vanya.

"Gila!! dia enggak waras." maki Amel.

"Lo tau Raka? leader dari club marching band? dia orangnya." lirih Vanya.

Amel menegang mendengar penjelasan Vanya. tentu Amel tahu siapa Raka. leader club marching band yang terkenal tampan dan playboy karena sering berganti pasangan dan putus dengan alasan yang tidak jelas. salah satu temannya dari club tari juga menjadi korban Raka. Amel tidak menyangka, Raka yang terlihat seperti remaja kebanyakan memiliki kelainan kejiwaan. sampai, sahabatnya menjadi korban dari kegilaan laki laki itu.

Vanya mulai menceritakan semuanya dari awal, saat ia meminta Raka menjadi pacarnya karena berharap Hans berhenti mengejar dirinya. Vanya tidak mengungkap bahwa Hans dan Arlan pun tidak berbeda jauh dengan Raka. ia hanya memberi pengertian bahwa Hans tidak berhenti mengganggunya dan menjahilinya dengan mengikuti Vanya kemanapun ia pergi. Amel, sahabatnya pun hanya tahu bahwa  Hans adalah adik kelas yang sangat menyukai Vanya dari jaman laki laki itu masih masa orientasi siswa disekolah ini.

"Vanya? lo serius nyembunyiin hal mengerikan kayak gitu dari gue? lo mengalami tindak kriminal tapi lo malah nyembunyiin dari semua orang? anjir!!! gue sahabat lo Vanya, gue bisa bantu lo sebisa gue. lo ngeraguin rasa solidaritas gue ke lo?" ucap Amel.

"Lo enggak ngerti Amel... gue enggak ngeraguin lo, gue cuma mau semuanya aman, gue bisa mengatasinya sendiri selama ini." kata Vanya.

"Gue enggak mau tahu, intinya mulai sekarang apapun masalah lo tolong berbagi sama gue. lo udah banyak bantu gue, dan gue juga udah cerita semua sama lo dan lo selalu ngasih solusi baik sama gue. masa saat lo lagi mengalami masalah gue enggak tahu apapun dan enggak bisa bantu apapun?." sembur Amel.

Hello, my senior girl~ (Tamat)Where stories live. Discover now