Empat

7.3K 555 4
                                    

Hans sungguh menyukai Vanya. Sampai sampai rasanya dia ingin mengikat seluruh anggota tubuh Vanya agar selalu tetap disisinya. Ia, ingin melihat bagaimana kerasnya usaha Vanya untuk membantahnya bahkan melarikan diri darinya. Ia sangat tahu bahwa Vanya tidak pernah benar benar menganggap perasaanya benar benar ada, Vanya hanya akan menganggap bahwa dirinya hanya terlalu membencinya sehingga terlewat jahil pada Vanya. Padahal, semua yang ia lakukan adalah nyata! semua yang ia peringatkan hanya baru peringatan awal. Rasanya Hans ingin segera memberi Vanya kejutan yang spektakuler supaya Vanya sadar bahwa Hans tidak pernah main main sedari dulu.

Seperti saat ini, Ia memang ada urusan akibatnya dia izin untuk tidak sekolah pagi tadi. Urusan yang sangat memuakkan baginya. Setelah semuanya selesai Hans mengecek smartphone-nya untuk mengetahui lokasi gadis tercintanya. Tapi, yang ia dapat selalu seperti yang ia kira. Di depan sana terlihat sang gadis tengah digandeng laki laki yang sangat ia kenal. Gadisnya tidak akan mendengarkannya, pembangkang dan pemberontak handal, sayangnya justru itulah yang membuat Hans tergila gila sangat ingin melumpuhkan apapun yang ada pada gadis itu. Rasanya pasti menyenangkan  melihat gadis nakal itu memohon.

"Hai, kakak cantik~"

Melihat Vanya dengan wajah sinis seperti itu membuat Hans gemas. Vanya selalu terang terangan, jika dia suka maka akan menunjukkan kebaikannya dengan tulus. Dan kalau dia benci kepada seseorang pandangannya akan terlihat datar bahkan sinis. Hans menyukai Vanya yang ekspresif. Walau banyak perempuan yang lebih cantik dari Vanya menggelayut manja padanya, Hans lebih suka Vanya yang manis dan tsundere hanya kepadanya saja.

Hans mendekati gadis yang membuatnya menjadi seperti penguntit saja setiap harinya. Seposessif itu Hans pada Vanya-nya. Apalagi melihat pemandangan dihadapannya sekarang. Gadisnya dirangkul oleh laki laki lain.

"Aku cari kemama mana, ternyata kita ketemu disini" ucap Hans santai seraya melangkah mendekati Vanya.

"Ngapain kamu disini?" tanya Vanya. Alisnya menukik melihat Hans dihadapannya.

"Ini tempat umum, siapapun bisa disini" jawab Hans.

Hans menarik lengan atas Vanya hingga rangkulan Arlan dibahu Vanya terlepas dan berhasil menubruk dada bidangnya. "Ayo kita pulang... Kamu... udah terlalu banyak main" ajak Hans.

"Hans, lepasin aku. Kamu itu apa apaan? aku lagi mau beli bahan buat acara sekolah bukannya main" Vanya mendongak minta dilepaskan, melihat wajah Hans yang senyum manis dengan diselingi tatapan tajamnya membuat Vanya berpikir ini akan membahayakannya. Masih mendongak melihat Hans yang menunduk berada sedikit diatasnya karena tinggi badan laki laki itu.

"Itu bukan tugas kamu, kamu enggak berhak!!" sentak Hans.

"Kamu juga bukan siapa siapa aku, kamu enggak ada hak larang larang aku!!" sentak Vanya balik.

"Lo pulang aja Van, gue enggak papa. Nanti bayi lo ngamuk disini lagi" celetuk Arlan dan sedikit cibiran.

"Ayo kita pulang sekarang" paksa Hans setengah menyeret Vanya.

Vanya jelas ingin memberontak, kembali lagi menatap sekelilingnya lalu ketika melihat Hans didepannya membuat Vanya urung. Tempat umum seperti ini bahaya kalau Hans bertingkah ajaib. Ia tidak ingin itu terjadi. Itu akan memalukan Vanya. Orang orang akan berpikir ada masalah besar kalau ada keributan dipusat perbelanjaan seperti ini, namu kenyataanya hanya anak remaja laki laki yang bertingkah seperti anak TK yang mengamuk namun versi psikopat kecil, Vanya akan sangat kerepotan. Hiii Vanya sungguh tidak sanggup membayangkan itu terjadi.

Vanya sudah berada diparkiran saat ini. Hans masih menggandeng pergelangan tangannya erat seperti takut dirinya memberontak tiba tiba lalu kabur. Berada didepan mobil. Bukanya melepaskan tangan Vanya, Hans malah membuka pintu mobil bagian kemudi tanpa kesusahan.

"Masuk kak" perintah Hans.

Pintar sekali si Hans ini, ia tidak mau repot repot memutari mobil untuk membukakannya dibagian kursi penumpang samping kursi kemudi. Vanya cemberut, gagal sudah niatnya untuk kabur.

Vanya sudah duduk dengan alim didalam mobil. Mobil pun sudah dari tadi melaju dengan kecepatan sedang menembus jalanan. Vanya hanya sibuk memainkan jari tangannya tanpa memerhatikan perjalanannya. Hans pun diam saja saat ini, tumben sekali biasanya ia akan marah marah dengan tampang kekanakannya dan merengek sepanjang perjalanan. Hal itu membuat Vanya setengah takut kepada Hans. Ia lebih baik menghadapi sikap absurd Hans daripada menghadapi diamnya Hans seperti ini. Heran deh, Vanya enggak punya pacar tapi serasa punya suami dan ketahuan selingkuh saja. Oke, itu terlalu jauh. Vanya kan masih SMA.

Memandang kearah jendela mobil. Canggung juga ternyata diam diaman seperti ini. Vanya bisa saja tidak usah merasa takut karena yang ia lakukan bukan selingkuh, lagian Hans bukan pacarnya dan amit amit dia punya pacar seperti Hans lalu punya selingkuhan seperti Arlan. Namun Vanya tidak bisa berhenti ketakutan memikirkan tingkah ajaib apa yang akan Hans lakukan. Membayangkannya saja sudah membuat Vanya merinding.

______________________________________

Pesan penulis

saya lagi bingung, soalnya enggak pandai bikin kosa kata yang enak buat dibaca. terus muter muter disitu aja ya plotnya. terus cara penulisan yang enggak bagus pula. maklum bahasa indonesiaku hancur lebur nilainya haha. dan saya juga nulis via hp.

udah sih itu aja, nantinya curcol.

semoga kalian suka. ini hiburan semata. ini juga cara saya menghibur diri saya sendiri.

Hello, my senior girl~ (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang