"Aku ngomong dengan sadar, Ma. Aku udah mutusin Abian tadi malem."

Sarah mengambil segelas air lalu meminumnya. Ada perasaan tidak suka yang menyeruak begitu mendengar penuturan anak kandungnya. "Gimana bisa kamu ngambil keputusan sepihak seperti itu, Rifa?"

"Ini bukan keputusan sepihak, Ma. Abian pun tahu kalo aku sudah berstatus sebagai istri orang, berkat Mama," sindir Rifa. "Aku tau ini berat buat dia, tapi ini yang terbaik."

"Yang terbaik gimana? Dia itu orang yang selama ini merawat kamu di rumah sakit. Menyelamatkan kamu dari jurang waktu itu. Mama tau betul kalau dia sayang sama kamu dibandingkan Raka."

"Tapi Rifa cintanya sama Kak Raka, Ma."

"Cinta?" Sarah berdecih. "Kamu cinta sama orang yang nggak peduli sama kamu? Terpaksa nikahin kamu karena kemauan Papa? Bahkan dia nggak ada di saat kamu susah."

Rifa menggeleng, menolak opini Sarah. "Mama salah, Ma. Justru karena Kak Raka cinta sama Rifa makanya dia nggak datang ke rumah sakit. Dia tau kalo Rifa pacaran sama Abian. Dan Kak Raka nggak pernah maksa buat Rifa balas perasaan dia. Sampai akhirnya Rifa sadar kalau Rifa juga cinta sama Kak Raka."

"Tapi gara-gara Raka kamu jatuh ke jurang itu, Rifa! Dia nggak becus menjaga kamu sebagai istrinya!"

"Rifa jatuh karena Rifa sendiri bukan karena Kak Raka, Ma."

"Udah cukup!" sentak Sarah. Wanita itu berdiri menatap Rifa. "Mama tetap ingin kamu bercerai dari Raka dan kembali lagi sama Abian. Mama yakin kamu akan lebih bahagia bersama Abian!"

"Enggak! Rifa nggak akan balikan lagi sama Abian. Rifa bakal pertahanin pernikahan Rifa sama Kak Raka."

"Apa yang mau kamu pertahankan dari orang seperti Raka?"

"Kesabaran sama ketulusan Kak Raka yang bikin aku bertahan, Ma. Kalo Mama kukuh mau aku cerai sama Kak Raka, aku bakal kabur dari rumah."

Bukannya merasa terancam, Sarah justru tertawa geli mendengar ancaman Rifa. "Kabur? Yakin kamu bisa hidup tanpa Mama?"

"Aku emang nggak bisa hidup tanpa Mama, tapi aku lebih nggak bisa hidup dengan kondisi tertekan."

"Oke, silakan. Kalo kamu masih ingin bersama Raka. Silakan angkat kaki dari rumah ini."

Demi Tuhan rasanya seperti ada batu besar yang mengganjal di tenggorokan, menembus hingga ke dada Rifa. Entah apa yang telah merubah pikiran Sarah sehingga wanita yang telah melahirkannya itu tega mengusir Rifa dari rumah. Apakah Sarah lupa, dahulu ia juga terlibat memaksa Rifa untuk menikah dengan Raka dan sekarang ketika Rifa telah menerima Raka sebagai suaminya Sarah justru meminta Rifa untuk meninggalkan Raka demi Abian.

Takdir apa lagi yang harus Rifa hadapi? Bukannya menemukan titik terang, ia justru terjebak di jalan buntu yang gelap.

Rifa memejamkan mata, bersandar di bahu Raka dengan air mata yang mengalir deras membasahi kemeja batik suaminya.

Seumur hidup Rifa tak pernah bertengkar sangat hebat dengan Sarah apalagi sampai nekat kabur dari rumah. Wanita yang mengandungnya selama sembilan bulan itu terlihat sangat berbeda sikapnya beberapa waktu terakhir. Entah apa yang membuat hatinya yang lembut menjadi sangat keras. Seandainya Tomi ada di rumah  Rifa yakin ayahnya akan menjadi penengah di tengah keributan ini.

"Kamu yakin mau ke sekolah dengan kondisi kayak gini?" tanya Raka hati-hati. Bahkan suaranya hampir tak terdengar beradu dengan deru motor. "Kita ke rumah Mama yang di Seroja aja ya, biar kamu istirahat di sana."

Rifa mengangguk pasrah ke mana pun Raka membawannya. Bahkan diusianya yang baru delapan belas tahun ia sudah harus mengahdapi masalah sepelik ini. Pernikahan yang tidak mendapat restu dari seorang ibu, begitukah? Ah, ralat pernikan ini justru pernah mendapat restu paling kuat dari Sarah sebelum wanita itu berubah pikiran.

Guru BK Ngeselin Itu, Suami Gue! [COMPLETED√]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora