42. Perencanaan

40 8 2
                                    

Lohaaa, selamat malaamm....

Kukembali lagi untuk melanjutkan cerita ini... semoga masih ada yang menunggu dan menyukainya.... ehehehe

Sooo, enjoy, and hope you like it :)

42. Perencanaan

Pasar Isfahan

Hassan Sabbah tengah menikmati minumnya di sebuah kedai di pasar, saat seseorang mendekatinya. Seseorang berjubah, dengan jalan terpincang, dan hanya memiliki satu mata serta wajah yang tertutup setengah.

"Kau seorang Bey dengan wajah yang baik hati," ucap orang aneh tersebut dengan suaranya yang serak, cukup menarik perhatian sekelilingnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kau seorang Bey dengan wajah yang baik hati," ucap orang aneh tersebut dengan suaranya yang serak, cukup menarik perhatian sekelilingnya. "Boleh saya meramalmu??"

Hassan menimbang sesaat, sebelum diizinkannya, lalu duduk di hadapannya.

Peramal itu mengeluarkan kantung kecil dan mengambil beberapa tulang-belulang dari dalamnya, lalu dilemparkannya ke atas meja.

Hassan memperhatikannya dengan saksama.

Peramal itu membuka penutup wajahnya. "Ada berita apa?" tanya Behram dengan suara normal dan pelan dan wajah penasaran.

 "Ada berita apa?" tanya Behram dengan suara normal dan pelan dan wajah penasaran

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Sencer belum mati," Hassan memberi-tahukan. "Dia juga tidak memiliki Relik Sucinya, karena kalau tidak, ia sudah membawanya ke istana."

"Lalu di mana Reliknya? Siapa yang membawanya?" tanya Behram. 

"Aku tidak tahu. Tapi Melik Tapar sudah mulai mencarinya. Sencer juga akan mencarinya."

Behram masih mendengarkan.

"Akan kuberi tahu Rustem," lanjut Hassan. "Kita akan mengikuti setiap gerak Sencer. Dengan begitu kita akan tahu siapa yang mengambil Relik Sucinya."

"Apa kita harus memberitahu Ketua Da'i?" tanya Behram.

"Untuk apa?" Hassan balik bertanya. "Agar dia bisa menghalangi kita lagi untuk menemukan Relik Sucinya?" sahutnya. "Kecuali kita sudah memegang Relik Sucinya, baru kita akan memberita tahukannya."

Behram mengangguk-angguk menurut.

Dikumpulkannya lagi tulang-belulang ramal palsunya, lalu dimasukkan kembali ke kantungnya.

Uyanis : Buyuk Selcuklu (Kebangkitan : Kesultanan Seljuk Raya) - TerjemahanWhere stories live. Discover now