"Ternyata lo bisa kalah juga," celetuk Rey-anggota Axerous.

"Baru menang satu kali aja bangga," timpal Prince, berdecih.

"Ketua kita kalah cuma baru kali ini aja. Sedangkan ketua kalian, menang sekali aja gayanya udah selangit," ujar Daniel, langsung tertawa.

Vino, Rey, serta anggotanya yang lain mengepalkan tangannya kuat.

"Lo kalah, artinya lo izinin gue buat celakain istri lo. Sebenernya, gue nggak perlu susah-susah minta izin ke lo, sih. Kalo perlu, gue langsung aja celakain istri lo sekarang juga. Tapi karena gue sangat—"

"Banyak omong lo!" sentak Gendra. "Gue nggak peduli sama apa yang bakal lo lakuin ke cewek sialan itu!!"

"Oke. Ayo guys, kita rayain hari kemenangan gue," seru Vino pada anggotanya. Lalu, mereka pun pergi dari hadapan Gendra dan anggotanya.

"Tumben banget lo nggak fokus? lagi ada masalah apa?" tanya Malvyn yang selalu tahu tentang suasana hati Gendra.

"Terus maksud omongan Vino tadi, apa? dia mau celakain istri lo? kalian buat kesepakatan dulu sebelum tanding?" tanya Daniel, merasa bingung dan penasaran.

Gendra tak menjawab, ia merogoh ponselnya untuk menghubungi seseorang. "Bawa dia ke gudang tua! nanti bakal gue kasih tau orangnya lewat chat," Gendra memutuskan sambungan teleponnya setelah selesai berbicara dengan seseorang yang ia hubungi.

"Siapa, Gen?" tanya Heafen, penasaran.

Lagi-lagi Gendra menghiraukan pertanyaan temannya. Kemudian, Gendra kembali memakai helmnya dan melajukan motornya meninggalkan arena balap.

"Ayo, cabut," ucap Chitto.

☠️

Thara di bawa paksa dan di ikat paksa di dalam gudang tua yang Gendra maksud oleh para anak buahnya.

Berkali-kali Thara memberontak dan berteriak meminta tolong, namun tidak menghasilkan apapun. Tenaga Ketiga pria itu lebih besar di bandingkan tenaganya.

"Lepasin!!" Thara terus memberontak ketika tubuhnya sudah di ikat kencang dengan tali oleh anak buah Gendra.

"Semuanya sudah beres, Tuan," ujar salah satu pria pada seseorang di sambungan telepon.

Tak lama, suara derap langkah kaki seseorang terdengar, itu adalah Gendra. Laki-laki itu memasukkan kedua tangannya ke dalam saku sembari menatap tajam ke arah Thara.

"Bunuh anak yang ada di dalam perut dia!!!" titah Gendra pada anak buahnya.

Thara membulatkan kedua matanya. "Jangan, kak! ini anak kakak sendiri!"

Gendra menyeringai sinis mendengarnya. "Lo pikir, gue percaya?"

"Kak, aku mohon... jangan lakuin itu," ucap Thara, memohon.

Gendra merampas pistol yang berada di tangan anak buahnya, lalu menodongkannya ke arah Thara-lebih tepatnya ke perut Thara. Gendra mulai menekan pelatuk pistolnya, yang membuat Thara semakin panik.

"J-jangan, ka—"

Dor!

Suara tembakan terdengar sangat kencang, namun Gendra gagal. Ternyata Gendra salah sasaran, pelurunya tidak mengenai perut Thara, melainkan perut salah satu anak buahnya yang berada di belakang Thara.

Thara yang terkejut sontak menghembuskan nafas lega.

"Shit," umpat Gendra. "Cepet urus mayatnya! biar gue yang urus dia!" titahnya pada kedua anak buahnya yang masih tersisa.

GENTHA [END]Where stories live. Discover now