11. Masa lalu yang sama

3.2K 249 9
                                    

♡ 𝒔𝒆𝒍𝒂𝒎𝒂𝒕 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒂𝒄𝒂, 𝒆𝒏𝒋𝒐𝒚 𝒘𝒊𝒕𝒉 𝒕𝒉𝒊𝒔 𝒔𝒕𝒐𝒓𝒚 ♡

---

Jam sudah menunjukkan pukul 05.00 dimana para pekerja di Widhitama Corps mulai bergegas untuk keluar dari kantor dan kembali kerumah masing-masing.

Pun seperti beberapa orang di ruang Divisi Produksi seperti sekarang. Ben dan Arya masih tetap berada disini karena akan mengerjakan beberapa pekerjaan yang belum selesai. Sedang kan Theresa, Shea, Nona Berti, dan Vanka tengah membereskan kubikel nya.

"Shee gue nebeng dong," ucap Theresa.

"Yoi hayuu, eh Vanka mau sekalian gak? Mobil lo masih dibengkel kan?," tanya Shea.

Dua hari yang lalu memang mobilnya ada sedikit masalah, jadinya ia masuk kan bengkel untuk saat ini. Dan setiap berangkat kerja pagi ia akan jalan kaki dari Apartment nya hingga ke gedung Widhitama Corps. Sembari menikmati udara pagi katanya.

"Gak She, gue masih ada urusan soalnya. Kalian duluan aja,"

"Ohh yaudah,"

"Guys gue duluan ya semua," pamit Nona yang sudah bersiap akan keluar.

"Take care Na,"

Selepas perginya Nona, Vanka pun ikut turut pamit keluar. Ia ingat janji untuk mampir ke ruangan Satria sebelum pulang.

Dan kini ia berada didalam lift yang akan mengantarnya menuju lantai dimana ruangan Satria berada. Jantungnya berdegup kencang, ia juga bingung kenapa.

Saat sudah sampai didepan ruangan Satria, ia menghela nafas saat ruangan Bella sudah kosong.

"Permisi Pak,"

"Iya masuk,"

Mendengar suara dari Satria didalam, Vanka langsung merinding sendiri. Ia pun masuk kedalam ruangan tersebut.

Terlihat disana Satria tengah duduk di kursi kebesarannya, jas yang ia pakai juga sudah ia gantungkan di gantungan baju pojok ruangan.

"Duduk dulu Vanka, saya sekalian beres-beres bentar gapapa ya?,"

"Oh iya gapapa Pak,"

Vanka mengedarkan pandangan ke beberapa penjuru tempat. Tak ada yang berbeda dari ruangan ini. Masih sama seperti saat yang digunakan oleh Pak Wira dulu.

Vanka yang tak sadar bahwa Satria sudah berada di sebelahnya pun langsung mengerjapkan matanya, "Kenapa Van?," tanya Satria sembari menatap Vanka.

Vanka gelagapan, "Gapapa Pak,"

Satria berjalan mengambil sesuatu dibalik mejanya. Paperbag berwarna coklat yang entah isi didalamnya apa.

"Ini ada titipan dari Ayah saya buat Ayah kamu Vanka, katanya sih obat herbal gitu. Cocok buat yang lagi masa recovery."

Vanka mengangguk, "Oh ya ampun Pak, terimakasih banyak, sampaikan juga sama Pak Wira ya Pak. Nanti saya sampaikan ke Ayah saya," seraya mengambil paperbag tersebut dari tangan Satria.

Satria mengangguk, "Iya. Kamu mau pulang?,"

Vanka mengangguk dan mulai berdiri dari duduknya. "Naik apa?," tanya Satria lagi.

"Jalan Pak, sekalian mau cari makan malam juga."

"Mobil kamu?,"

"Ada dibengkel Pak, kemarin ada sedikit masalah."

"Yaudah sekalian bareng sama saya aja, saya juga mau cari makan."

Vanka membelalak, niatnya akan menikmati Ibukota malam ini dengan jalan kaki gagal sudah.

CAN I BE HIM?Where stories live. Discover now