6. Teman makan malam

3.7K 269 3
                                    

♡ 𝒔𝒆𝒍𝒂𝒎𝒂𝒕 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒂𝒄𝒂, 𝒆𝒏𝒋𝒐𝒚 𝒘𝒊𝒕𝒉 𝒕𝒉𝒊𝒔 𝒔𝒕𝒐𝒓𝒚 ♡

---

Vanka pov on.

Setelah beberapa saat berada di mobil Pak Satria, rasa lega langsung menghampiriku kala mobilnya masuk ke area Rumah Sakit tempat dimana Papa sedang dirawat

"Terimakasih, Pak. Maaf jadi ngerepotin Bapak," ucapku.

Pak Satria hanya mengangguk, lalu aku memilih untuk beranjak keluar dari mobilnya.

Namun seruannya membuatku kembali menoleh, "Ya pak?,"

"Setelah dari sini kamu mau kemana lagi?," tanya Pak Satria kepadaku.

"Ke Apartment Pak, kenapa?,"

"Bisa temenin saya cari makan malam Van?,"

Ini tidak mimpi kan? Bibirku masih kelu untuk kembali berbicara, menemaninya makan malam tentu bukan hal yang biasa. Bahkan kami saja masih belum terlalu akrab, kenapa dia malah menginginkanku untuk menemaninya mencari makan malam?

Segala macam pertanyaan hinggap di kepalaku, "Kalau gak bisa gapapa, saya car--,"

"Bisa kok Pak, tapi saya antar baju Mama saya kedalam dulu gapapa?,"

Mengingat jawaban yang beberapa detik aku lontarkan tadi membuat aku tidak bisa membayangkan betapa canggung nya nanti mengingat sebelum itu kami terjebak dalam keheningan mobil yang hanya ada suara dari radio saja.

Dia sudah baik padaku, mengantarkanku kesini. Setidaknya mengurangi ongkos pengeluruanku. Terimakasih Pak Satria.

"Gapapa, saya ikut kamu aja,"

Hah?

Lagi-lagi Pak Satria membuatku tergelak kaget. Ia ikut turun dari mobilnya dan kini sudah berada didepan mobil. Aku yang setengah sadar pun berusaha mengerjapkan kembali kesadaranku. Aku pun mulai masuk kedalam Rumah Sakit beriringan dengan pria berkemeja Navy disampingku.

Rupanya jas yang sempat ia pakai saat dikantor sudah ia lepas saat dirumahnya tadi. Menyisakan hanya kemeja slimfit yang sangat pas membalut tubuh atletisnya. Ah tidak!

Aku dan Pak Satria sudah sampai didepan ruangan Papa. Terlihat disana ada dua orang yang selalu membuat rasa benciku memuncak tatkala melihat kehadiran keduanya.

Vanya dan Cakra.

Bisa-bisa nya mereka saling bermesraan disaat Papa tengah terbaring lemah didalam.

Aku sangat tahu tatapan penuh tanya yang dilemparkan Cakra dan Vanya kepadaku, mengenai siapa pria yang berada di sebelahku saat ini.

"Kak," sapaan Vanya sengaja aku hindari, aku memilih masuk kedalam ruang rawat Papa. Mempersilahkan Pak Satria yang turut masuk kedalam.

"Vanka saya gak enak sama orang tua kamu, saya gak bawa apa-apa kesini." ucapnya lirih saat kami mulai masuk kedalam ruangan Papa.

Aku tersenyum sekilas, "Emang Bapak mau bawa apa? Kayak mau lamaran aja," lontarku yang membuatnya terkejut.

Entah ini kenapa mulutku serasa tidak ada rem nya. Niatnya tadi hanya candaan semata, berusaha mengikis kecanggungan antara aku dan Pak Satria.

"Maaf Pak," cicitku.

"Ma, Pa"

"Vanka, ini siapa? Temen kamu?," tanya Mama.

Belum sempat aku menjawab, Papa sudah menyahut, "Kamu Satria? Anaknya Wira?," Tanya Papa.

CAN I BE HIM?Where stories live. Discover now