7. Vanya pembuat ulah

3.4K 233 3
                                    

♡ 𝒔𝒆𝒍𝒂𝒎𝒂𝒕 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒂𝒄𝒂, 𝒆𝒏𝒋𝒐𝒚 𝒘𝒊𝒕𝒉 𝒕𝒉𝒊𝒔 𝒔𝒕𝒐𝒓𝒚 ♡

---

Hiruk pikuk jalanan Ibu Kota pagi ini benar-benar membuat gadis 26 tahun itu menahan umpatannya.

Salah satu yang menjadi langganan Ibu Kota tiap pagi adalah kemacetannya yang tiada lawan.

Waktu yang seharusnya ia tempuh hanya dengan 10 menit saja kini malah menjadi 30 menit. Biasanya macet tidak separah pagi ini. Namun entah ada apa didepan sana membuat mobil yang dikendarai Vanka benar-benar stuck ditengah kemacetan itu.

Rencananya hari ini ia akan ada meeting dengan Tim Casting Director untuk membahas mengenai aktor yang akan mereka gunakan dalam Project film dokumenter ini.

Namun karena masih berada ditengah kemacetan ini, ia sudah izin untuk datang telat. Ia juga sengaja mengirim laporan mengenai beberapa kandidat aktor yang bisa dipertimbangkan dalam meeting nanti.

Semalam ia pulang sekitar jam sepuluh, sampai di Apartment pun ia tidak langsung tidur. Matanya benar-benar susah terpejam mengingat acara makan malamnya dengan Satria.

Ditemani merdunya suara Ardhito Pramono yang menampilkan lagu Bitterlove, pandangannya jauh menelisik kearah depan.

Akibat susah tidurnya semalam, ia bangun lebih siang dari biasanya. Hal itu membuatnya melewatkan sarapan. Untungnya ia selalu stock susu kaleng yang akan ia bawa jika sedang buru-buru seperti saat ini.

Ponselnya kembali berdering, menampilkan panggilan dari seseorang yang sangat tak ia harapkan.

Vanya.

Dengan terpaksa ia mengangkatnya, takut ada hal yang terjadi dengan Papa atau Mama nya.

"Tolongin gue,"

Vanka mengernyit, "Lo ke kampus gue sekarang tolong, gue tunggu."

Belum sempat Vanka menjawab, panggilan itu diputus sepihak. Ada apa dengan gadis itu? Nada suaranya pun terdengar lemah. Hal ini membuat Vanka berdecak, sial.

Ia terpaksa harus putar balik ditengah kemacetan ini, untungnya mobil yang ia kendarai berada di sebelah marka pembatas jalan, setidaknya ia bisa putar balik meskipun akan mendapat klakson dari beberapa pengendara.

Universitas tempat Vanya berada tak jauh dari tempatnya berkendara sekarang. Ia bisa lebih cepat sampai, meskipun harus meninggalkan meeting nya dikantor. Untungnya ada Mas Budi yang bisa menghandle meeting pagi ini meskipun tidak ada Vanka.

Dengan berat hati ia menggunakan alasan masih terjebak macet, mengambil beberapa foto kemacetan dan mengirimnya kepada Mas Budi.

Mereka yang dapat bekerja sama dengan Pak Seno akan sangat beruntung karena cara kerja beliau yang bisa dibilang tidak menuntut, santai namun tetap teratasi dengan baik. Beda dengan tim-tim yang lain, mereka lebih sering mengeluh karena terus dikejar deadline dari atasan mereka.

Mobil yang dikendarai Vanka masuk kedalam area parkiran Universitas. Setelah mendapat pesan dari Vanya bahwa dia berada di ruang Dekan. Hey, apa yang gadis itu perbuat hingga membuat Vanka harus ikut terjebak ke dalam ruang Dekan.

"Selamat Pagi,"

"Pagi, silahkan masuk."

Mata Vanka menelisik, ada beberapa orang didalam ruangan ini salah satunya Cakra. Sepertinya pria itu juga akan pergi bekerja jika dilihat dari pakaian kerjanya, kemeja slimfit dipadukan dengan celana kain berwarna abu-abu tua. Lagi dan lagi, ia harus dihadapkan dengan Masa Lalu pahitnya.

CAN I BE HIM?Where stories live. Discover now