40; Pemilik Lembah

211 38 3
                                    

Tiga kuda berlari begitu cepat melintasi sebuah sungai di tengah bukit tinggi. Pemandangan sangatlah apik, tapi mereka tidak peduli, yang mereka perdulikan sekarang adalah bagaimana caranya bisa sampai dengan waktu yang cepat. Daritadi tidak ada yang berbicara, hanya suara kaki kuda yang menghentak tanah terdengar.

"Nona, gerbang selatan lembah Mo Yun sudah terlihat."

Murong Yun Yue tersenyum, mereka lalu berhenti di depan sebuah pohon, dia turun dari kudanya, mengambil batu dan melemparkannya ke depan. Tak terjadi apapun, tapi batu itu tidak bisa kelihatan sama sekali, ataupun terdengar suaranya.

Dengan sabar, tangan Murong Yun Yue dengan lihai mulai menyusuri rerumputan yang ada di depan mereka, dia dengan telaten mulai mencari-cari sesuatu, sampai tangannya memegang sesuatu yang halus, dengan cepat dia menekan sesuatu tersebut, dan pandangan di depan mereka pun berubah.

Pandangan yang awalnya berupa hutan lebat dengan pohon yang berjejer sama, berubah menjadi pohon dengan ladang bunga yang indah. Murong Yun Yue menuntun kudanya dan masuk kedalam ladang tersebut, mengikuti bunga berwarna merah yang terlihat disepanjang jalan.

Setelah berjalan sekian lama, Ia menemukan gerbang besar yang terbuka, dengan sukacita Ia berlari kearah gerbang tersebut, menarik medali dari dalam sakunya,

"Mo Yue dari lembah Mo Yun datang." Katanya kepada para penjaga diatas yang tengah menatapnya, pintu gerbang terbuka, nampaklah seorang pria berperawakan tinggi dan berjanggut panjang dengan pakaian putih bersih.

"Nona Yue!" sapanya, memberi hormat, Murong Yun Yue menatap Pria itu dengan antusias, setelah dia masuk, dia tersenyum melihat keadaan tempat ini.

Lembah Mo Yun adalah tempat untuk berguru tentang obat-obatan dan racun. Tempat ini juga dia menghabiskan waktu masa kecilnya, selain di barak militer di utara Da Xun.

"Paman Fang," ujarnya, "Dimana Ibu dan Ayah?"

Pria berjanggut yang dipanggil Paman Fang itu menatapnya, "Tuan dan Nyonya berada di rumah bersama Tetua Tang dan Tuan muda Li."

Dengan segera, Murong Yun Yue berlari kearah tempat tinggalnya, rumah paling besar di lembah ini, dikelilingi oleh pohon buah persik dan jeruk. Orang-orang yang dilewati olehnya, nampak terkejut saat mereka memberi hormat, Putri kesayangan Tuan Mo telah datang!

Murong Yun Yue berlari masuk ke kediaman tersebut, senyumnya cerah, tidak seperti saat dia berada di Istana Kekaisaran, senyuman itu membuat Ruo Mei dan Ruo Qiu sedikit tercengang, karena Murong Yun Yue nampak begitu cantik dan muda.

"Ayah! Ibu! Nenek!" Dia berteriak, menyerobot masuk, tak memperdulikan pelayan yang tersenyum melihat tingkah lakunya, "ayah!" Murong Yun Yue tersenyum melihat pria yang berdiri dan akan memeluknya tersebut, Tuan Tua Mo adalah pria bertubuh tinggi dan memiliki wajah tegas, kumisnya juga lebat, tapi jangan salah, dia adalah pria yang paling lembut yang pernah dikenal oleh Murong Yun Yue.

"Yue'er!" Ucap Tuan Mo ingin memeluk putrinya, tapi sedetik kemudian langkah kakinya berhenti,

"Aaah! Ibu! Ibu sakit! Ibu!" Pekik Murong Yun Yue saat dia dihadiahi jeweran telinga dari seorang wanita paruh baya yang mengenakan hanfu biru, terlihat cantik meski tak mengenakan dandanan yang mewah, "Ibu! Ibu ampun!"

"Kau masih bisa memanggilku Ibu, huh? Kau pergi tidak pulang-pulang bahkan mengirim surat!"

"Ibu! Ibu maafkan Yue'er!"

"Tidak akan kumaafkan!" Kata Nyonya Mo lagi,

"Ibu telinga Yue'er akan terlepas! Ibu!!!" rengeknya, dia memanuver kini dirinya yang memeluk sang Ibu, Murong Yun Yue memeluk Nyonya Mo dengan erat, dan bertingkah manja, "Ibu... ibu maafkan Yue'er..."

Nyonya Mo menghela napas panjang, "dasar anak nakal!"

"Maaf," kata Murong Yun Yue, "Ibu, Yue'er tidak bermaksud."

"Iya, Wan'er. Jangan menghukum anakmu, apa kau tidak merindukan dia?" Kali ini Tuan Mo yang berbicara dengan suara lembut, Murong Yun Yue mengangguk, mengiyakan perkataan ayahnya, "ayo Yue'er, kemari, biar Ayah lihat keadaanmu. Telinga anakku hampir saja terlepas."

"Uuu, Ayah..." kata Murong Yun Yue menghambur memeluk Tuan Mo, dia bersikap sangat manja kepada mereka. "Aku merindukan Ayah..."

Murong Yun Yue merasakan tepukan di kepalanya, Ia tersenyum gembira, dia bisa bernapas dengan bebas di Lembah Mo Yun bersama keluarga ini, sangat berbeda saat dirinya berada di Istana Kekaisaran maupun Ibukota. Keluarga Kekaisaran apalagi Kaisar tidak akan memanjakannya seperti Tuan Mo memanjakannya. Kaisar hanya melihatnya sebagai bidak catur untuk tetap memastikan agar para Pangeran tetap berada dalam garis, bukan sebagai anak. Sikap Kaisar sangat berbeda dengan sikap Tuan Mo.

Kaisar tidak perduli jika Murong Yun Yue mati di medan perang, atau mati saat pertempuran untuk merebut takhta berlangsung, Ia hanya perduli tentang keberlangsungan kekaisarannya, tapi Tuan Mo akan melakukan apa saja untuk memastikan agar Murong Yun Yue baik-baik saja, bila perlu, dia akan membumi hanguskan Kekaisaran jika itu dibutuhkan untuk memastikan Murong Yun Yue selamat.

Nyonya Mo, Wei-shi hanya bisa menghela napas melihat tingkah laku Murong Yun Yue yang manja, dia menghampiri Murong Yun Yue, lalu mengelus rambut gadis itu pelan,

"Ibu..." ucapnya, Nyonya Mo merasa hatinya sakit,

"Apakah mereka memperlakukan Yue'er dengan buruk?" tanya Tuan Mo,

"Ibu mendengar Kaisar tua itu menyuruh Yue'er berlutut?"

Murong Yun Yue mengangguk, dia mulai menangis terisak, "Ibu... ayah..."

"Kaisar tidak hanya menyuruh Nona Muda berlutut, Nyonya, Kaisar juga menampar Nona Muda."

Nyonya Mo menatap Ruo Mei, "benarkah?" tanyanya, melihat Ruo Mei mengangguk, aura dingin melintasi mata Nyonya Mo,

"Apa?! Kaisar Tua itu berani menampar cucuku yanh paling berharga?!"

Penguasa lembah Mo Yun yang sebenarnya datang, seorang Nenek tua berjalan menggunakan tongkat, menghampiri mereka, diikuti seorang pria tua lain dan seorang pria muda, itu adalah Nyonya tua Mo, Yang-shi, Tetua Tang dan Tuan muda Li. Murong Yun Yue melepaskan pelukannya, menghapus airmata dan memberi hormat,

"Yue'er memberi hormat pada Nenek, Guru dan Saudara Senior."

Nyonya Tua Mo menatap Murong Yun Yue, "apakah benar? Kau ditampar?!"

Murong Yun Yue hanya terdiam, menurunkan wajahnya, tatapannya menyapu tanah, tidak berani melihat langsung kearah Nyonya Tua Mo.

"Zhi'er! Ambil pasukan, aku akan memimpin, kita akan menghancurkan Da Xun hari ini!"

"Nenek jangan!"

Semua orang panik melihat Nyonya Tua Mo yang berambisi untuk meruntuhkan kekaisaran Da Xun.

Zhang Guo GongzhuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang