𝟒𝟕. 𝐊𝐨𝐧𝐝𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧

Start from the beginning
                                    

"Udah, ah. Ayo berangkat."

"Iya. Bang Arvin ada?"

"Ada, di dalem. Mau ngapain?" tanyanya balik.

"Mau izin ngajak kamu pergi, Sayang," balasnya lembut.

Arlena menggelengkan kepalanya. "Gak usah. Aku tadi udah izin kok ke Kak Arvin. Aku juga udah bilang kalo perginya sama kamu," jelasnya.

"Tetep aja aku harus izin ke Bang Arvin. Tunggu sini bentar," titah Shaka lalu masuk ke dalam apartment setelah Arlena memasukkan kata sandi.

Tak sampai lima menit, Shaka sudah keluar dan menutup pintu apartment kembali.

"Udah, kan?"

Shaka tersenyum, "Hm, ayo berangkat."

"Izin pegang tangan kamu," pinta Shaka dan dibalas kekehan oleh Arlena. Setelah menggenggam tangan Arlena, keduanya lantas pergi dari sana menuju area basement.

☆☆☆

Suasana ballroom hotel sekarang ini cukup ramai. Meskipun hanya mengundang kolega dan kerabat, tetap saja tamu undangan di pernikahan Aaron dan Dinda cukup banyak.

Arlena dan Shaka menghampiri meja bundar di mana ada Ari dan Amara yang sudah duduk lebih dulu. Ya, Arlena dan Shaka sepakat untuk berangkat agak lambat dari waktu yang sudah ditetapkan.

"Oh, akhirnya kalian dateng juga," ucap Amara.

Arlena tersenyum, "Nungguin?"

"Iyalah."

"Gimana acaranya tadi, Ri?" tanya Shaka.

"Lancar tanpa kendala," jawab Ari. "Kalo lo tadi dateng barengan sama kita, lo bisa lihat gimana tegangnya muka Aaron. Mau ketawa tapi gak enak gue," lanjutnya seraya terkekeh.

"Dinda juga diem aja dari tadi," sahut Amara.

"Wajar. Dia gak ada pikiran buat nikah muda, apalagi suaminya Aaron," timpal Arlena.

Sedari tadi Arlena melihat Dinda tengah berdiri menyalami para tamu. Dia tau bahwa senyum Dinda itu palsu. Ingin rasanya Arlena bisa membantu temannya itu, namun jalan keluar untuk masalah ini hanyalah pernikahan dan tidak ada cara lain.

Menyadari Arlena tengah menghembuskan nafas panjang, Shaka mengelus punggung tangan gadis itu seraya tersenyum lembut. "Gak papa. Ini yang terbaik buat mereka berdua," ucapnya lembut.

"Iya, tau. Tapi aku rada gak rela kalo Dinda nikahnya sama Aaron."

"Tenang aja, Len. Ada kita yang bakal awasin kelakuan Aaron," sahut Ari.

"Yang dibilang Ari itu bener. Kamu tenang aja," ucap Shaka menenangkan.

Mau tak mau Arlena menyunggingkan bibirnya. "Iya, aku percaya," balasnya.

Shaka tersenyum. Dia mengangkat tangannya pada pelayan yang sedang membawa minuman. Pelayan tersebut menghampiri meja mereka dan memberikan dua gelas minuman berwarna merah pekat.

𝐑𝐀𝐂𝐇𝐄 ( 𝐄𝐍𝐃 )Where stories live. Discover now