"Gue ikhlas bantu lo dan denger semua cerita lo Amel. tapi gue enggak berharap lo bantu gue, gue bisa sendiri tanpa mau melibatkan orang yang gue sayang kedalam masalah gue." ucap Vanya, ia memegang bahu sang sahabat untuk meyakinkan bahwa dia benar benar menganggap Amel adalah sahabatnya.

"maaf, karena gue masih nyembunyiin sesuatu sama lo Amel. gue dikelilingi orang orang yang mampu nyakitin siapapun tanpa pandang bulu, gue enggak mau lo terlibat. gue dikelilingi orang kelainan jiwa, terlalu berbahaya buat orang orang yang gue sayangi." Gumam Vanya dalam hati.

****

Seorang gadis berkutat didalam cermin, memindai penampilannya yang terpantul dari cermin. Vanya mempunyai beberapa alat merias wajah, hanya saja ia jarang memakainya karena malas berdandan. namun, sepertinya kali ini  beberapa benda itu digunakannya pada malam ini. dengan gaun vintage yang Vanya gunakan saat ini sangat membuat gadis itu terlihat anggun.

Ada apa seorang Vanya memakai gaun vintage berwarna putih tanpa lengan dengan panjang sebatas dibawah lututnya? karena, saat ini ia harus menepati janji untuk berkencan dengan Hans setelah acara Hut sekolah selsai. dan baju ini pun dikirim Mawar ibu Hans kemarin. mungkin sebelumnya ia mengetahui bahwa anaknya akan pergi kencan beberapa hari kedepan, lalu membuat gaun yang sangat cantik kepada kekasih anaknya. ya anggap saja seperti itu. sehingga saat ini Vanya terlihat anggun dengan gaun buatan dari ibu Hans.

Vanya menggerai surai yang sedikit bergelombang dengan indah itu. wajahnya menggunakan riasan tipis yang natural namun terlihat segar. bibir pink alaminya tertutup dengan lipstik mate berwarna sedikit merona menjadikan bibirnya semakin cerah dan terlihat semanis Cherry.

Gadis itu hanya menggunakan sepatu sneaker baby pink yang senada dengan tas kecilnya. dan melangkah keluar dari kamarnya. tidak ada orang tuanya dirumah, tetapi Vanya sudah izin untuk pergi keluar.

Entah kenapa jantung Vanya berdegup dengan keras. membuat Vanya gugup saat membuka pintu rumahnya. bukan Vanya tidak pernah hang out ataupun kencan. hanya saja baru kali ini ia mengalami kegugupan entah karena apa?.

Membuka pintunya. gadis itu terkejut karena ada seseorang yang berdiri didepan pintu dengan menjulang. parfum maskulin begitu saja menyeruak kedalam indra penciuman Vanya. sehingga, membuat gadis itu semakin gugup saja. Vanya membuang mukanya saat bertatapan dengan mata tajam yang berdiri menjulang berkali kali lipat lebih tampan dari hari hari biasanya.

"Ekhem... A-emm Ayo kita pergi sekarang." ucap Vanya gugup.

Laki laki dihadapannya terkekeh geli menyadari gadisnya sedang gugup sehingga tidak sanggup untuk menatapnya. sebenarnya Hans pun begitu. Beberapa saat lalu ia terpesona dengan kecantikan dan penampilan gadisnya malam ini. namun, dengan cepat ia mengatasi kegugupannya dengan tersenyum.

Berbeda dengan Vanya yang menghindari tatapannya dari Hans, karena saat mereka bertemu tatapan, Vanya merasakan degup jantungnya semakin menggila. sedangkan Hans justru kecanduan memandangi gadisnya yang terlihat berkali kali lipat lebih indah.

Hans tidak bisa menutupi kebahagiannya saat ini. ia tersenyum amat lebar dengan wajah yang menunduk. namun, matanya menumbuk gadisnya yang berjalan dihadapannya setelah mengamankan rumah gadis itu.

Dengan sebelah tangan yang berada disaku, Hans berlari kecil mensejajarkan langkahnya dengan gadis yang diklaim sebagai miliknya itu. meraih pinggang gadis itu untuk merapat kearah tubuhnya. Vanya menegang, lalu menoleh karena mendapat perlakuan seperti itu, mendongak menatap laki laki tinggi disampingnya. namun yang ia dapatkan tampang konyol Hans yang terus saja menyengir lebar.

Cup

Pipi Vanya dikecup kilat, dan dengan reflek Vanya mendorong Hans menjauh sampai sedikit terhuyung. Vanya mengangkat telapak tangannya ingin menggosok pipinya yang ternodai itu, namun ia mengingat riasannya yang akan bergeser membuatnya mengurungkan niatnya.

Hello, my senior girl~ (Tamat)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin