𝟑𝟖. 𝐒𝐢𝐬𝐢 𝐋𝐚𝐢𝐧 𝐓𝐢𝐠𝐚 𝐒𝐞𝐤𝐚𝐰𝐚𝐧

Start from the beginning
                                    

Gadis itu menoleh ke belakang dan mendapati Araceli di sana. Dengan tampang terkejut, dia bertanya, "Kamu ikut ke sini juga, Ra?"

"Iya, Kak. Ada Mama, Papa, Bang Ari, Bang Aaron, sama pacar Bang Ari. Siapa ya namanya," gumam Ara seraya berpikir.

"Amara," sahutnya.

Ara menjentikkan jarinya, "Ah, iya bener. Kak Amara."

"Kalian baru datang juga?" tanya Arlena penasaran.

"Nggak, Kak. Kita udah sampe ke sini sejam yang lalu."

Tak lama setelah itu Shaka menghampiri keduanya dengan membawa dua kantong kresek besar di tangannya. "Nungguin Abang, ya, Ra?"

"Iya, sama Kak Arlena juga," jawabnya.

Shaka mengangguk, "Udah di dalem semua, kan? Ayo susul mereka."

"Iya, dari tadi. Ayo, Kak."

Arlena tersenyum ketika Ara menarik tangannya untuk mengikuti langkahnya. Dia menoleh ke belakang dan mendapati Shaka tengah tersenyum kepadanya sambil menganggukkan kepalanya dua kali.

"Oh, kalian udah dateng, ya? Sini, Sayang," titah Zaira.

Arlena menurut dan langsung duduk di sebelah Zaira. Semuanya ada di sini, termasuk kepala panti asuhan.

"Baiklah. Bisa kita mulai sekarang?" tanya ibu tersebut yang tidak diketahui namanya oleh Arlena.

"Bisa. Ayo masuk ke dalam. Arlena deketan sama Tante, ya."

Dia tersenyum, "Iya, Tan."

Setelah keluar dari kantor panti asuhan, mereka semua langsung berjalan ke arah selatan untuk menuju aula. Arlena baru kali ini bertemu dengan papa Shaka. Wajahnya mereka mirip, namun papa Shaka tampak pendiam daripada Shaka yang hiperaktif.

Andrew, papa Shaka, membuka pintu aula dengan pelan. "Selamat pagi," sapanya.

"Selamat pagi!" jawab anak-anak dengan kompak.

"Ayah Andrew sama Bunda Zaira datang ke sini lagi. Kalian seneng gak?" tanya Zaira.

"Seneng!"

Ari, Aaron, dan Shaka lantas berdiri di depan mengambil alih sambutan. "Hm, kalau ada kita bertiga di sini, tandanya kalian harus apa?" tanya Shaka.

"Belajar matematika, Kak."

"Bagus. Bisa dimulai sekarang?" tanya Ari.

Mereka semua mengangguk, "Bisa."

Aaron menepuk kedua tangannya sekilas. "Nah, habis belajar nanti, Kakak bakal kasih kalian jajan seperti biasanya. Oke?"

"Oke!"

Ketiganya mengangguk bersama dan menuju papan tulis yang sudah tersedia di belakang mereka.

"Arlena, Tante sama Om mau kasih barang-barang dulu buat panti, ya. Kamu tetep di sini sama Ara," ucap Zaira pelan.

"Iya, Tan."

"Kak Arlena-nya ditemenin, ya, Ra. Sama pacarnya Bang Ari juga," pesannya kepada Ara.

Gadis remaja itu mengangkat jempolnya.

"Siap, Ma."

"Pinter. Ayo, Pa."

Zaira menggandeng tangan Andrew keluar aula. Selepas kepergian mereka, Arlena kembali memusatkan pandangannya pada tiga laki-laki di sampingnya. Mereka membagi ilmu disertai candaan, hal itu membuat anak-anak panti tidak merasa jenuh saat belajar.

"Lihat anak-anak yuk, Kak!" ajak Ara.

Arlena dan Amara menoleh lalu menyetujui ajakan Ara. Daripada hanya berdiri dan mengamati dari depan, lebih baik melihat anak-anak menyelesaikan kuis dari tiga sekawan secara langsung.

Ketiganya mulai berpencar menyusuri kursi-kursi yang di tempati oleh anak-anak. Arlena berjalan ke kursi paling belakang di mana ada anak laki-laki tengah duduk di sana.

"Hai," sapa Arlena.

Anak laki-laki itu mendongak lalu tersenyum. "Halo," balasnya ramah.

Arkena menunjuk kursi di sebelah anak tersebut. "Kakak boleh duduk di situ?" tanya Arlena meminta izin.

"Iya, boleh."

"Terima kasih," ucapnya dan langsung duduk di kursi. "Nama kamu siapa?"

"Farez Danani."

"Nama kamu bagus. Kalo Kakak namanya Arlena, salam kenal, ya."

Anak laki-laki itu tertawa seraya menyambut uluran tangan Arlena. "Kakak cantik," pujinya.

"Ah, iya? Kalo gitu kamu juga ganteng," ucap Arlena. Dia menoel hidung Farez gemas. "Farez gak ikut kerjain soal?"

"Sudah," balasnya sambil membalikkan kertas yang sudah terisi jawaban.

Arlena menganga, "Hebat, kamu kerjainnya cepet banget. Temen-temen kamu aja masih pada kerjain soal, loh."

"Soalnya Farez pengen jadi kayak Kak Shaka."

"Alasannya?"

"Karena Kak Shaka jago matematika."

Arlena tersenyum. Tangannya mengusap puncak kepala Farez dengan lembut. "Kalo gitu, Farez belajarnya harus giat, ya. Gak boleh males," pesannya.

"Iya, Farez bakal rajin belajar."

"Pinternya. Boleh kasih Kak Arlena pelukan gak?" tanya Arlena sambil bertopang dagu.

Farez berdiri dan langsung memeluk Arlena erat. Arlena juga ikut memeluk Farez tak kalah erat. Saking gemasnya, Arlena sampai mengecup puncak kepala Farez.

"Gemes banget," kekehnya. Arlena bergumam pelan, "Jadi pengen punya adek cowok."

Tanpa Arlena dan Farez sadari, sedari tadi Shaka tidak memalingkan pandangannya dari mereka sedetik pun. Senyum Shaka mengembang ketika Farez memeluk Arlena. "Saingan gue anak kecil ternyata," ucapnya seraya terkekeh.

☆☆☆

Minusnya dari Tiga Sekawan cuman satu, suka mainin cewek. Selebihnya baik, kok 😂

Spam next di sini sebanyak-banyaknya 👉

Sampai ketemu lagi, ya!

Sekian, terima vote 🌟

TBC

Sky

𝐑𝐀𝐂𝐇𝐄 ( 𝐄𝐍𝐃 )Where stories live. Discover now