Chapter #30

1.7K 104 10
                                    

Setelah empat hari berlalu, kondisi Tuan Rayzan semakin membaik. Walaupun ia harus mengalami kelumpuhan dan amnesia sementara.

Tuan Rayzan masih memikirkan siapa wanita hamil yang selalu mendoakan dirinya setiap selesai sholat. Ia sama sekali tidak mengingat Kanza sebagai istrinya. Yang ia tahu dirinya belum menikah sampai saat ini.

Perjalanan menuju rumah Tuan Rayzan sudah beberapa menit berlalu. Kanza tidak sabar menunggu kedatangan suaminya. Ia sudah menyiapkan makanan opor ayam yang pernah dipuji oleh sang suami.

Sampailah mereka di rumah mewah itu, perlahan Tuan Rayzan dibimbing keluar dari dalam mobil oleh Saga.

Setelah Tirani menyiapkan kursi roda untuk bosnya itu. Saga dan Sultan menuntun Tuan Rayzan untuk duduk di kursi yang itu.

Pintu terbuka lebar, Tuan Rayzan tersenyum bahagia ketika melihat dua orang remaja menghampirinya dan mencium punggung tangannya. Namun senyumannya menjadi hilang ketika melihat wanita itu lagi.

Kanza, saat dia menghampiri Tuan Rayzan pria itu sama sekali tidak menunjukkan ekspresi bahagia. Bahkan ia sedikit menjauh dari Kanza.

"Kalian siapa?" tanya Tuan Rayzan.

"Mereka anak saya, pak!"

Bik Kia datang mengaku jika ketiga orang tersebut yang asing bagi Tuan Rayzan adalah anaknya.

"Bibik minta maaf, anak bibik udah gak punya tempat tinggal lagi. Jadi bibik bawa mereka ke sini."

Tuan Rayzan menatap tajam kearah Saga.

"Kamu ya! Suka sekali bercanda! Bilang dia istri ku lagi," ucap Tuan Rayzan.

"Tidak apa-apa bik. Saya mengerti."

"Abang mau makan dulu?"

"Abang!" Tuan Rayzan heran dengan pengucapan wanita berkerudung itu. "Boleh! Saya lapar."

Tuan Rayzan langsung berlalu pergi, diikuti dengan Kanza. Sedangkan yang lainnya tidak ikut bergabung. Saga dan Tirani membiarkan kedua orang itu untuk mengobrol.

Kanza menyiapkan makanan untuk Tuan Rayzan. Ia sangat senang hari ini. Walaupun suaminya tidak mengenali dirinya, ia bahagia karena Tuan Rayzan sudah sembuh.

"Kamu istirahat saja. Kamu lagi hamil, lagi pula bibik ada 'kan."

"Enggak apa-apa, bang! Biar Kanza ikut bantuin."

"Kanza, Kanza, Kanza, nama kamu seperti tidak asing," lirih Tuan Rayzan. "Ahhh, sudahlah. Lupakan saja. Lagi pula itu tidak penting. Saya lapar."

Dengan telaten Kanza menyiapkan makanan untuk suaminya itu. Ia berharap jika Tuan Rayzan segera pulih dari hilang ingatan tersebut.

"Tunggu!"

Tuan Rayzan menahan langkah kaki wanita itu.

"Siapa yang masak ini?"

"Kanza!"

"Rasa opor ayam ini seperti masakan mama. Saya suka."

"Terimakasih!"

"Kamu duduk saja. Tidak baik banyak bergerak. Nanti kecapekan lagi."

Sungguh mulia hati Tuan Rayzan Renaga. Dalam keadaan hilang ingatan ia masih tetap sama. Memiliki hati yang tulus kepada semua orang.

"Du-duk di dekat abang!"

"Duduk di sebelah saya. Tapi jangan menyentuh saya."

"Baik, bang."

Tuan Rayzan mulai memasukan nasi ke dalam mulutnya. Rasanya beberapa hari ini makanan yang ia makan tidak lah enak.

"Berapa bulan?" tanya Tuan Rayzan disela-sela ia mengunyah makanan.

Tuan Rayzan Untuk Kanza | [SEGERA TERBIT]Where stories live. Discover now