Chapter #15

5.3K 451 16
                                    

Tepat pada hari kamis, di sebuah hotel berbintang. Tuan Rayzan sudah bersiap-siap untuk pergi ke suatu tempat. Seperti janjinya untuk membawa Kanza, kini wanita itu juga sedang berkemas.

Dibawah, tepatnya di lobi ruang tunggu. Seorang wanita sedang menunggu kedatangan bosnya. Hampir setengah jam Tirani menunggu kedatangan Tuan Rayzan, akhirnya pria itu turun juga bersama istrinya.

"Sudah lama menunggu?"

"Sudah, pak."

"Apa bapak punya urusan lagi sebelum pergi ke tempat meeting?" tanya Tirani.

"Mmm ... Gimana sayang? Kamu perlu sesuatu?"

"Enggak ..."

Tuan Rayzan berdecak kesal, sudah hampir satu bulan wanita itu mengandung, namun Kanza belum mengidam juga.

"Anak ayah ..." Tuan Rayzan berbicara di depan perut Kanza. "Tolong banget, buat mama kamu ngidam ya! Ayah pengen merasakan di suruh-suruh sama istri sendiri."

Kanza merasa malu, pria itu tidak tau tempat saja padahal di dekat mereka ada Tirani yang menyaksikan hal tersebut.

"Tirani?"

"Iya, pak?"

"Kamu pernah ngidam?"

Plak!

Lengan Tuan Rayzan dipukul oleh Kanza Annisa.

"Kayak gak ada pertanyaan lain aja."

"Abang penasaran Kanza! Gimana kalau Tirani ngidam."

"Bagaimana saya bisa ngidam, pak. Nikah aja belum. Mau ngidam apa coba," ucap wanita itu memutar bola mata malas.

Pertanyaan dari Tuan Rayzan sungguh tidak masuk di akal. Tirani sampai membuang muka karena merasa kesal dengan pria itu. Andai saja Tuan Rayzan bukanlah atasannya, mungkin bisa saja ia akan mengoceh di depan pria itu.

Mereka bertiga bergegas pergi menuju tempat di mana Tuan Rayzan dan Tirani akan melakukan meeting bersama klien mereka.

Setelah melakukan rapat penting dengan rekan kerjanya itu. Ketiga orang tersebut pergi berjalan-jalan, jika harus pulang ke hotel akan bosan rasanya.

"Kita mau ke mana?" tanya Kanza.

"Jalan-jalan ke mall."

"Dibayarin 'kan, pak. Kalau enggak, saya turun di jalan aja."

Tubuh kedua wanita itu condong ke arah depan. Tuan Rayzan menatap kearah bangku yang di belakang. Di mana Tirani duduk di sana.

"Ya sudah! Turun saja di sini."

Tirani membulatkan matanya, bagaimana bisa ia di suruh turun di jalanan itu. Sedangkan dia sama sekali tidak tau tempat tersebut.

Plak!

"Kalau Tirani turun. Kanza juga turun di sini."

"Bercanda, sayang! Jangan marah."

"Bapak udah bisa bercanda ya semenjak nikah sama Kanza."

Tuan Rayzan Untuk Kanza | [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang