Chapter #29

1K 83 2
                                    

Di rumah sakit, tepatnya di depan ruang ICU seorang wanita hamil sedang menatap ke dalam ruangan melalui celah jendela kaca. Ia sedang menunggu suaminya sadar dari koma. Setelah tiga hari terbaring di brankar rumah sakit.

Kanza Anissa terdiam menatap suaminya yang sedang berbaring di brankar rumah sakit. Di tubuh pria itu banyak sekali alat medis yang terhubung ke badannya.

Air mata Kanza menetes, ia memejamkan matanya ketika mengingat kejadian mobil besar yang menghantam mobil mereka. Sambil mengelus perutnya, Kanza berdoa di dalam hati semoga suaminya itu cepat sadar.

"Ya Allah ... Sadarkan lah suami Kanza. Dia sudah melakukan kewajibannya sebagai seorang suami dengan sangat baik. Biarkan abang cepat kembali kumpul bersama kami. Kanza mau abang sadar supaya adiknya tidak marah sama Kanza lagi. Aamiin ..."

Ceklek!

Seorang suster tiba-tiba saja keluar dari dalam ruangan. Sebelum ia berlalu pergi Kanza pun menahannya.

"Ada apa sus, kenapa buru-buru?"

"Sepertinya Pak Ray sudah siuman."

"Alhamdulillah ...," lirih Kanza.

Kanza menatap dari luar, ia tersenyum melihat suaminya itu. Doa yang baru saja ia panjatkan langsung terkabul.

"Terima kasih ya Allah. Abang udah engkau sadarkan. Terima kasih ..."

Kanza berbalik badan ketika merasakan ada tangan yang mengelus pundaknya.

"Tirani, abang udah sadar."

"Kamu serius?" tanya Saga.

"Iya," jawab Kanza.

Sultan, Saga, dan Tirani merasa senang mendengar kabar baik itu. Tidak lama setelah suster berlalu pergi, ia kembali bersama seorang dokter yang selalu memantau perkembangan kondisi Tuan Rayzan Renaga.

Hampir belasan menit mereka di sana, Kanza sudah tidak sabar untuk mendapatkan berita yang lebih baik lagi dari suaminya. Beberapa suster juga masuk ke dalam ruangan tersebut. Setelah itu dokter yang menangani pasien kembali keluar untuk memberitahu sesuatu.

"Bagaimana dokter?" tanya Kanza.

"Pak Ray sudah melewati masa kritisnya."

Betapa bahagianya orang-orang tersebut, setelah kejadian kecelakaan itu. Akhirnya Tuan Rayzan Renaga melewati masa komanya.

"Kami akan memindahkan beliau ke ruangan lain."

***

Siang hari tiba, sekarang para keluarga itu sudah berada di salah satu ruangan tempat Tuan Rayzan Renaga di rawat. Pria itu sudah tidak lagi berada di ruangan ICU, karena kondisinya sudah membaik.

Kanza duduk di kursi sebelah brankar dimana suaminya sedang tertidur di sana. Tuan Rayzan hanya melewati masa kritisnya, namun sampai saat ini dia belum membuka mata.

Terlihat wanita itu sedang membacakan doa kepada Tuan Rayzan Renaga. Pasangan suami itu tersenyum melihat Kanza yang begitu menyayangi Tuan Rayzan. Tapi tidak untuk Sultan, ia malah merasa jika wanita itu hanya berakting saja.

"Kanza, kamu makan dulu."

"Nanti aja Tirani."

"Makan Kanza. Kamu itu lagi mengandung," ucap Saga.

Sekilas Kanza mengelus perutnya.

"Aku keluar dulu, mau belikan makanan," ucap Saga, berlalu pergi dari tempat itu.

Setelah Kanza menyelesaikan doa terbaiknya kepada sang suami. Ia menggenggam telapak tangan pria itu. Berkali-kali ia menuntun tangan suaminya untuk mengelus wajahnya. Berkali-kali juga Kanza mengecup telapak tangan Tuan Rayzan.

Tuan Rayzan Untuk Kanza | [SEGERA TERBIT]Where stories live. Discover now