Chapter #7

8.7K 716 60
                                    



Hingga malam tiba, Kanza hanya memperhatikan suaminya yang sedang tertidur. Ia sangat malu dengan apa yang terjadi sore hari tadi. Merasa gerah dengan pakaiannya, wanita itu segera bersiap-siap untuk mandi. Mungkin sebentar lagi mereka akan melaksanakan makan malam.

Beberapa menit sudah selesai, melihat Tuan Rayzan Renaga masih berbaring. Kanza tidak tega untuk membangunkan laki-laki itu. Ia pun melaksanakan sholat magrib dengan sendirinya.

Di ujung akhir Kanza berdoa, Tuan Rayzan terbangun. Ia tersenyum simpul saat mendengarkan doa yang dipanjatkan oleh istrinya.

"Ya Tuhan ... Terimakasih, engkau telah memberikan Kanza pria yang begitu baik. Kanza gak tau apa yang harus Kanza lakukan demi membalas kebaikan Tuan Rayzan ... Kanza cuma minta semoga Tuan Rayzan diberikan kesehatan yang baik, rejeki lancar, karir yang bagus ... Aamiin ..."

Wanita itu melepaskan mukenanya, ia menoleh kearah belakang. Saat mengetahui Tuan Rayzan sudah duduk bersandar di kasur. Wanita itu segera menghampiri suaminya.

"Abang udah bangun. Makan dulu, biar cepat sembuh."

Tuan Rayzan meraih tangan istrinya itu, ia sedikit mendekatkan tubuhnya kepada Kanza.

"Terimakasih ... Saya sangat beruntung mendapatkan istri seperti kamu. Terimakasih ... Karena kamu sudah memberikan doa-doa terbaik untuk saya."

"Tangan abang kok panas?"

Kanza meletakkan telapak tangannya pada dahi pria itu. Ternyata demam Tuan Rayzan kembali tinggi.

"Abang rebahan aja."

Wanita itu menuntun suaminya untuk berbaring. Ia juga menyelimuti sebagian tubuh Tuan Rayzan.

"Saya dengar kamu tidak tau cara membalas kebaikan saya?"

"Mmm ... Abang terlalu baik sama Kanza dan adik-adik Kanza. Kanza gak tau lagi, gimana caranya membalas kebaikan abang. Kanza bingung."

"Caranya mudah kok."

"Mudah?" Kanza mengernyitkan dahinya.

"Cukup kamu memberikan hak saya sebagai seorang suami. Saya pasti sudah sangat bahagia."

Kanza salah tingkah, ia tidak tau harus berbuat apa lagi. Ia juga sadar, bahwa Tuan Rayzan harus mendapatkan hak tersebut. Dikarenakan dia sudah dihidupi oleh pria itu.

"Ka-kalau abang sudah sembuh. Kanza akan memberikan hak a-abang," lirih Kanza.

Wanita itu tanpa sadar mengucapkan hal tersebut, ia harus bersedia melaksanakan kewajibannya sebagai seorang istri. Lagi pula Tuan Rayzan juga sudah melaksanakan tanggung jawabnya sebagai seorang suami.

"Kamu serius? Kamu tidak bercanda 'kan!"

"Enggak, bang ... Ta-tapi abang janji dulu. Abang harus cepat sembuh ya."

Tuan Rayzan tersenyum simpul. "Apa saya bisa minta tolong kepada kamu?"

"Abang gak perlu ngomong gitu. Kanza pasti akan tolongin abang, tanpa abang minta sekalipun."

"Kamu temani adik-adik kita makan. Saya tidak sanggup keluar."

"Terus abang sendirian di sini?"

"Tidak apa-apa. Nanti setelah makan, saya mau merasakan masakan kamu. Buatkan saya bubur."

"Baik, bang! Kanza akan turutin permintaan abang."

Sekilas Kanza mengusap rambut Tuan Rayzan sambil tersenyum kepada pria itu.

Tuan Rayzan Untuk Kanza | [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang