Chapter #2

11.2K 1K 48
                                    

Tepat di pagi hari, Tuan Rayzan Renaga sudah bersiap-siap untuk pergi ke rumah sakit. Pria itu harus segera menyelesaikan permasalahan yang menimpa adiknya.

Setelah mengantarkan adik perempuannya pergi ke sekolah. Tuan Rayzan melanjutkan perjalanan menuju rumah sakit. Tidak lupa juga, pria itu terlebih dahulu menjemput asisten pribadinya yang bernama Tirani.

"Apa kamu yakin ... Teman kamu itu akan mau melakukan permintaan saya ini?"

"Saya yakin, pak ... Kanza orang yang baik, dia pasti mau melakukannya."

"Selain baik ... Ternyata dia juga cantik."

"Ha? Bapak, bilang apa?"

"Eh, tidak ... Saya, tidak bilang apa-apa."

"Bapak ... Menyukai, Kanza?"

"Kamu, bicara apa? Cepat selesaikan tugas, kamu."

"Baik, pak."

Tirani segera menghubungi beberapa bawahan Tuan Rayzan. Mereka akan meminta tolong kepada gadis itu untuk segera menyelesaikan permasalahan yang ada.

Setelah lamanya di perjalanan, Tirani dan Tuan Rayzan telah sampai di rumah sakit. Lagi-lagi mereka berdua dihadapkan dengan wartawan.

Kali ini Tuan Rayzan tidak mau menghindar. Ia memberanikan diri untuk memberikan komentar terhadap kasus yang sedang bergulir.

"Pak, Ray ... Apakah kasus ini akan di bawa ke meja hijau?"

"Tidak ... Kasus adik saya akan segera selesai!"

"Apakah Sultan akan di penjara seperti yang diberitakan?"

"Adik, saya tidak akan di penjara."

"Kalau tidak dipenjara. Kenapa Sultan masih berada di kantor polisi?"

"Maaf ya, mbak, mas! Sudah cukup pertanyaannya ... Kami banyak urusan."

"Pak, Ray! Apakah dengan adanya kasus ini berpengaruh dengan pekerjaan, bapak?"

Tirani segera menarik Tuan Rayzan untuk berlalu pergi dari keramaian itu. Semua pertanyaan yang awak media tanyakan tidaklah penting untuk di jawab. Karena permasalahan mereka akan segera di selesaikan.

Di saat Tuan Rayzan dan Tirani sedang menuju ruangan ayah Kanza. Beberapa suster berlarian masuk ke dalam ruangan tersebut. Sedangkan Kanza sudah ada di dalam sana sambil menangis.

"Ada apa, sus?" tanya Tirani.

"Keadaan pasien sangat buruk."

Tuan Rayzan dan Tirani juga ikut masuk ke dalam. Mereka menyaksikan Kanza menangis tersedu-sedu.

Pria itu sangat kasian terhadap Kanza. Andai saja adiknya tidak menabrak ayah perempuan tersebut, mungkin Kanza tidak akan menangis seperti ini.

"Kanza ..." lirih Tirani.

"Ayah ... Ayah, yang kuat ya. Ayah, akan baik-baik aja."

"Ayah gak sanggup lagi, Za!"

"Ayah, jangan ngomong gitu ... Ayah, akan sembuh."

"Ayah, semangat ya. Kami menunggu ayah tertawa seperti biasa." sambung Tirani.

Tirani ikut meneteskan air mata. Ia begitu dekat dengan keluarga tersebut hingga ia bisa merasakan kesakitan yang di rasakan oleh Kanza.

"Maafkan, ayah ... Ayah gak sanggup lagi. Ayah, gak bisa membayar pengobatan rumah sakit ini."

"Ayah, jangan ngomong gitu. Kanza, yang akan urus semuanya."

Tuan Rayzan Untuk Kanza | [SEGERA TERBIT]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu