Chapter #18

4.2K 444 56
                                    

Kanza sedang duduk santai di sofa. Rumah terlihat begitu sepi, dikarenakan Laura sedang tertidur. Sedangkan Pak Jamal mengantarkan kedua bibik untuk membeli bahan-bahan dapur yang di butuhkan.

Sambil menonton televisi, wanita itu juga memakan arum manis yang dibelikan oleh suaminya. Ia sangat bahagia sekali, karena Tuan Rayzan selalu bertanggung jawab atas dirinya. Sekilas Kanza mengelus perutnya yang mulai sedikit membuncit.

"Sayang ... Gimana, manis 'kan! Tadi ayah kamu yang beliin. Mama minta lima, malah dibeli banyak."

Raut wajah Kanza menjadi berubah, yang tadinya dia tersenyum sekarang malah menjadi takut saat melihat adik ipar laki-lakinya itu sudah pulang.

Sultan menghampiri Kanza dan duduk di samping wanita itu. Tatapannya sangat nakal kepada Kanza.

"Aku mau dong!"

Tanpa aba-aba Sultan merampas milik Kanza, ia memakan arum manis itu sambil tetap tersenyum menatap kakak iparnya. Kanza yang sudah mulai takut segera beranjak dari sofa, namun tangannya malah digenggam oleh pria itu.

"Mau kemana?"

"Lepasin aku Sultan."

"Di sini dulu. Temani aku nonton."

"Lepasin!" Kanza terus mencoba berontak.

Wanita itu terlalu membantah, Sultan langsung menarik tangan Kanza membuat istri abangnya langsung kembali duduk di sofa.

Plak!

"Jangan kurang ajar kamu Sultan," ucap Kanza setelah menampar laki-laki itu. "Ini anak abang kamu."

Bagaimana tidak ia memberikan tamparan kecil tersebut. Sultan hendak memegang perut Kanza, itu sebabnya Kanza melakukan hal demikian.

"Kamu siapa seenaknya nampar aku!"

Sultan berdiri menghadap Kanza. Ia membungkukkan badannya kearah wanita itu. Saat ini Kanza benar-benar takut, apalagi rumah sedang dalam keadaan sepi.

"Kamu baru makan ini?" tanya Sultan.

Tidak ada jawaban dari Kanza membuat Sultan merasa diabaikan. Ia pun membelai wajah wanita itu, bahkan mencium rambut kakak iparnya.

"Wangi! Pantesan abang nempel terus."

Mata Kanza sudah berkaca-kaca, kali ini ia pasti akan dilecehkan oleh pria itu. Dengan Sultan memegangnya saja, ia merasa sudah dinodai.

Plak!

Kanza kembali menampar wajah Sultan, karena laki-laki itu semakin mendekatkan wajahnya saja.

"Kurang ajar kamu ya. Dari tadi nampar aku terus!"

Sultan marah, ia mencengkram erat dagu Kanza.

"Kamu harus aku beri pelajaran."

Sultan mendekati bibir Kanza, saat dia hendak berhasil mengecup bibir wanita itu. Terdengar suara klakson mobil dari luar.

"Abang," lirih keduanya.

Sultan lengah, Kanza langsung menepis tangan adik iparnya dan langsung berlari menuju kamar. Begitu juga dengan Sultan, saat ia mengetahui yang datang adalah abangnya. Ia buru-buru masuk ke dalam kamar.

Tuan Rayzan Untuk Kanza | [SEGERA TERBIT]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant