Chapter #4

9.4K 817 54
                                    

Satu Minggu sudah berlalu, Kanza dan kedua adiknya sudah mulai bisa mengikhlaskan kepergian kedua orang tua mereka. Pernikahan yang sesungguhnya akan segera di laksanakan. Berbagai persiapan untuk pesta sudah lakukan dengan sangat baik.

Satu sisi Kanza merasa bahagia, ia mendapatkan pria yang begitu baik. Tuan Rayzan Renaga menyiapkan pernikahan yang sangat megah diluar impiannya. Di sisi lain ia juga merasa sedih, seharusnya saat-saat seperti ini ia didampingi oleh kedua orangtuanya.

Mereka melangsungkan pernikahan itu di rumah mewah Tuan Rayzan. Acaranya sangat mewah, berbagai kamera dari stasiun televisi milik Tuan Rayzan sudah tersusun rapi. Pernikahan itu akan di siarkan secara langsung melalui konten digital.

Menjelang hari pernikahan, Kanza semakin gugup. Ia masih belum percaya dengan semua takdir yang merubah hidupnya.

"Kamu sedang apa?" tanya Tuan Rayzan.

Kanza sedikit menggeser tubuhnya di saat pria itu terlalu dekat.

"Kamu masih belum nyaman dengan saya? Padahal dalam satu Minggu ini kita sudah tidur berdua," ucap Tuan Rayzan.

"Makasih."

"Terimakasih buat apa?"

"Kanza sangat berterima kasih sama abang. Abang udah buat Kanza dan  adik-adik Kanza begitu bahagia."

"Jadi kamu bahagia?"

"Iya bang," balas wanita itu.

"Kamu berbohong."

"Kanza serius bang."

"Tapi saya lihat kamu tidak pernah senyum kepada saya."

Mereka memang sudah menikah, tetapi Kanza belum pernah memperlihatkan senyumannya kepada pria itu.

"Maafin Kanza, bang. Abang suami Kanza, tapi abang gak dapat hak abang sebagai suami. Kanza, benar-benar minta maaf."

Kanza memberanikan diri memegang tangan Tuan Rayzan. Tentu saja laki-laki itu heran, sebelumnya ia yang lebih dulu melakukan hal tersebut.

"Kamu pegang tangan saya."

"Maaf."

"Tidak apa-apa. Saya sangat bahagia."

"Abang ... Kanza mau nanya? Boleh gak?"

"Tentu saja! Kamu mau bertanya apa?"

"Apa abang benar-benar mencintai Kanza seperti yang abang bilang?" tanya Kanza.

"Apa perlakuan saya selama satu Minggu ini masih kurang untuk membuktikan bahwa saya benar-benar mencintai kamu?" tanya Tuan Rayzan Renaga.

"Mmm ... Selama kita menikah, apa abang punya kepikiran untuk menyentuh Kanza?"

"Kanza ... Saya tidak mau munafik, saya laki-laki normal. Apalagi kita sudah dalam hubungan halal. Sudah pasti saya menginginkan itu."

"Maafin Kanza, bang. Kanza belum siap."

"Tidak apa-apa. Saya akan menunggu sampai kamu siap."

Hari pernikahan telah tiba, semua tamu undangan dari kerabat Tuan Rayzan sudah berdatangan. Para pekerja di rumah sama sekali tidak sibuk dengan pernikahan tersebut. Karena Tuan Rayzan tidak membiarkan orang-orangnya bekerja, ia lebih baik memilih untuk mengasingkan panitia pernikahan dengan orang-orang yang bekerja padanya.

Para panitia dan pekerja di rumah Tuan Rayzan memiliki baju yang sama-sama dari masing-masing pihak. Begitu juga dengan keempat adiknya yang sudah berpakaian rapi.

Tuan Rayzan Untuk Kanza | [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang