Chapter #17

4.2K 424 22
                                    

Jam menunjukkan pukul 10 pagi, Tuan Rayzan harus menunda keberangkatannya menuju kantor karena ia harus membawa istrinya ke rumah sakit. Setelah kejadian itu, ia sangat khawatir kepada Kanza. Dikarenakan istrinya sedang mengandung anak pertama mereka.

Disisi lain, Laura sangat menyesali perbuatannya tadi. Ia merasa bersalah karena sudah membuat kakak iparnya terjatuh dari ranjang ke lantai. Bahkan Laura tidak berani menatap wajah abangnya. Ia takut melihat ekspresi Tuan Rayzan saat ini.

"Abang," lirih Laura.

Ia mendekati Tuan Rayzan yang sedang mondar mandir didepan ruangan salah satu rumah sakit. Di mana istrinya sedang berada di dalam sana untuk diperiksa.

"Abang ..."

Tuan Rayzan sama sekali tidak mendengarkan panggilan adiknya itu. Saat ini ia hanya fokus kepada istrinya.

"Bang!"

Masih sama seperti tadi, Laura diabaikan oleh saudara kandungnya.

"Ya Tuhan! Lindungi istri dan anak hamba. Jangan sampai mereka kenapa-kenapa."

"Bang!"

Laura memberanikan diri memegang lengan Tuan Rayzan. Ia menundukkan kepalanya saat sorot mata tajam yang dimiliki oleh Tuan Rayzan menoleh kearahnya.

"Maafin Laura!"

"Hiks ... Hiks ... Hiks ..."

"Laura gak sengaja. Jangan marah sama Laura."

"Tuhan ... Hamba janji, kalau istri dan anak hamba baik-baik saja. Hari ini juga hamba akan menyumbangkan sebagian rejeki yang engkau titipkan untuk orang yang membutuhkan."

Tuan Rayzan terus saja memanjatkan doa terbaik kepada istrinya. Jika wanita itu mengalami cedera, ia akan menyesal karena tidak bisa menjaga Kanza dengan baik.

"Maafin Laura abang!"

"Diam Laura! Abang pusing, kamu tidak perlu menangis. Kepala abang tambah sakit."

"Maafin Laura!"

"Hiks ... Hiks ... Hiks ..."

"Lebih baik kamu keluar! Kamu hanya membuat kepala abang tambah sakit."

"Bang!"

Laura kembali memegang lengan pria itu. Ia tidak mau jika Tuan Rayzan marah kepada dirinya.

Ceklek!

"Keluarga pasien!"

"Saya dokter!"

"Loh! Istri pak Ray?"

"Iya ..."

"Masuk-masuk!"

Seperti yang diketahui Tuan Rayzan Renaga adalah pria terpandang. Tidak heran jika beberapa orang mengenali dirinya.

Degup jantung Tuan Rayzan yang tadinya tidak stabil, kini kembali mulai normal saat ia melihat Kanza duduk di kursi.

"Kamu tidak apa-apa?" tanyanya.

Tuan Rayzan Untuk Kanza | [SEGERA TERBIT]Where stories live. Discover now