Chapter #1

26.1K 1.2K 35
                                    

Tuan Rayzan Renaga harus segera mengakhiri rapat pentingnya. Dikarenakan, ia dihubungi oleh pihak kepolisian terkait tabrak lari yang dilakukan oleh adik kandungnya.

Rayzan dan asisten pribadinya yang bernama Tirani segera pergi dari hotel tempat mereka melakukan rapat bersama para klien dari luar negeri.

"Pak, Ray! Kalau rapat ini kita batalkan, bisa saja kita akan kehilangan beberapa proyek."

"Saya, tidak perduli ... Yang sekarang saya pikirkan cuma, Sultan," timpal Tuan Rayzan.

"Kamu atur saja jadwal berikutnya. Itu pun kalau mereka mau melanjutkan proyek ini."

"Baik, pak!"

Teuku Rayzan tidak peduli jika ia akan kehilangan beberapa pekerjaan. Ia hanya memikirkan bagaimana sekarang nasib adiknya yang berada di kantor polisi.

Sesampainya di depan kantor polisi. Tirani selaku asisten pribadi pria itu melarang Tuan Rayzan supaya tidak keluar.

"Bapak, tunggu di mobil saja. Biar saya yang keluar."

"Tidak ... Saya mau melihat keadaan, Sultan."

"Bapak, tidak lihat! Banyak awak media yang sudah menanti kedatangan, bapak ... Jangan sampai mereka mengetahui bapak ada di sini."

Tuan Rayzan Renaga berpikir sejenak. Karena kasus adiknya itu ia harus berurusan dengan kepolisian dan juga para wartawan. Mau tidak mau, Tuan Rayzan harus menurunkan egonya. Ia tidak mau jika awak media akan meliput keberadaannya di kantor polisi.

Mengingat Tuan Rayzan adalah seorang pria yang memiliki perusahaan besar serta memiliki beberapa stasiun televisi. Itu sebabnya dia dikenal oleh banyak orang.

Tirani memutuskan untuk turun dari dalam mobil. Benar saja, dari kejauhan Tuan Rayzan melihat Tirani sedang dikerumuni oleh para wartawan yang ada di depan kantor polisi tersebut.

"Mbak, ini asisten pribadi Tuan Ray 'kan?"

"Tuan Rayzan kemana? Apa dia tidak mau melihat saudara kandungnya yang di tangkap polisi?"

"Apa mbak di utus oleh Tuan Rayzan untuk datang ke sini?"

"Tuan Rayzan pasti mau menghindar ya, mbak?"

"Apa Tuan Rayzan takut diliput oleh awak media?"

Tirani harus mendengar pertanyaan dari beberapa wartawan. Walaupun begitu, ia sama sekali tidak menggubris pertanyaan tersebut. Ia lebih memilih untuk terus berjalan sambil menundukkan kepalanya.

Setelah ia masuk ke dalam kantor tersebut. Barulah Tirani merasa lega, ia tidak sanggup untuk menghadapi para wartawan dengan sendirian.

"Mbak, Rani."

Sultan Argata, adik kandung dari Tuan Rayzan segera menghampiri wanita itu. Ia sangat senang karena asisten pribadi abangnya sudah ada di sana.

"Pak! Apa kalian tidak lihat anak ini luka-luka. Kenapa harus di bawa ke sini?" tanya Tirani heran.

Wanita itu tidak suka, karena keadaan Sultan lumayan memprihatinkan. Beberapa luka ia dapatkan setelah kecelakaan itu terjadi.

Tuan Rayzan Untuk Kanza | [SEGERA TERBIT]Kde žijí příběhy. Začni objevovat