Chapter #13

5.8K 535 37
                                    



Pagi telah tiba Tuan Rayzan buru-buru ke kamar mandi. Waktu sholat subuh telah berlalu, pria itu menyempatkan untuk sholat terlebih dahulu. Hari Senin ini ia akan bertemu dengan Tirani dan pengacara mereka. Ia harus menyelesaikan sesuatu yang menganggu pikiran Kanza.

Setelah melaksanakan sholat, Tuan Rayzan bersiap-siap. Ia melihat wanita itu masih tertidur. Sejenak Tuan Rayzan berpikir, biasanya Kanza selalu bangun pagi. Tapi kali ini tidak.

"Sayang, bangun! Kamu tidak kuliah?"

Tidak ada sahutan dari Kanza membuat Tuan Rayzan memandang wanita itu sejenak. Ia mendekat ke arah istrinya dan duduk di tepi ranjang.

"Kanza."

"Panas!"

Tuan Rayzan langsung memangku kepala Kanza sambil mengusap-usap rambut wanita itu. Tuan Rayzan khawatir dengan keadaan Kanza saat ini. Ia berpikiran bahwa wanita itu jatuh sakit akibat berita yang mereka saksikan semalam.

"Abang ...," lirih wanita itu.

Kanza menggenggam tangan Tuan Rayzan. Ia merasakan sedang bersama orangtuanya, di sayang dan dikasihi secara lembut oleh pria itu.

"Saya minta maaf. Gara-gara kamu menyaksikan berita itu, kamu jadi sakit seperti ini."

"Bukan salah abang kok."

"Kamu istirahat saja ya. Saya harus selesaikan masalah ini, saya tidak mau kamu seperti ini."

"Abang ke kantor?" tanyanya. "Kanza lagi sakit, abang jangan pergi."

"Tidak sayang! Saya harus melakukan sesuatu. Saya tidak suka jika kehidupan saya di usik."

"Apalagi kamu sampai jatuh sakit seperti ini."

"Kamu tunggu di sini."

Tuan Rayzan keluar dari dalam kamar. Kanza tidak tau entah apa yang dia lakukan pria itu saat ini. Kanza hanya merasa badannya tidak enak dan sangat susah untuk bergerak.

Tidak lama setelah itu Kanza berlari menuju toilet, ia mual-mual di dalam sana. Wanita itu sampai merasa lemas sekali. Kanza kembali berbaring di atas ranjang, ia menunggu kedatangan suaminya. Beberapa detik setelah ia berbaring, Tuan Rayzan datang bersama Laura.

"Kakak kenapa?"

"Enggak apa-apa Laura. Kakak baik-baik aja."

"Hmmm ... Ya udah deh, bang! Abang pergi aja, Laura gak usah sekolah."

"Terimakasih ya sayang! Kamu sudah mau menuruti perkataan abang."

"Iya ..."

"Kamu sekolah aja Laura. Kakak gak apa-apa kok."

"Jangain kakak kamu ya. Abang harus pergi sekarang."

Cup!

"Nanti saya suruh Saga ke sini untuk memeriksa kamu."

Tuan Rayzan meninggalkan kecupan pada kening istrinya. Pria itu tidak mau jika ia pergi meninggalkan Kanza sendiri dalam keadaan sakit, itu sebabnya dia menyuruh Laura untuk tidak sekolah hari ini.

Gadis cantik itu mengulurkan tangannya kearah jidat Kanza. Ia memijat kepala Kanza. Laura juga merasa bahwa tubuh wanita itu sedikit panas tanpa menunggu lama lagi ia menyelimuti tubuh istri abangnya itu.

Dengan kecepatan yang tidak biasa, Tuan Rayzan harus segera sampai di kantornya. Ia masih tidak terima dengan pemberitaan di luar sana yang menyebabkan istrinya sakit. Tuan Rayzan akan memastikan, siapa saja yang mengusik kehidupannya apalagi orang-orang yang ia cintai. Ia tidak akan membiarkannya begitu saja.

Tuan Rayzan Untuk Kanza | [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang