Chapter #19

4K 415 31
                                    

Malam telah tiba, Tuan Rayzan Renaga dan istrinya sudah bersiap-siap untuk pergi ke suatu tempat. Di mana Kanza menginginkan pergi ke tempat itu. Tidak janjian, namun entah mengapa mereka mengenakan pakaian yang warnanya sama.

Tuan Rayzan memperhatikan Kanza yang sedang berhias di depan cermin besar yang ada di dalam kamar mereka. Namun siapa sangka, karena Kanza salah tingkah. Saat dia sedang merapikan jilbabnya, ia pun tidak fokus dan jarinya tertusuk oleh jarum pentul.

"Aw!"

Dengan cepat Tuan Rayzan merai telapak tangan wanita itu. Ia menghisap darah yang keluar dari dalam jari-jari Kanza. Wanita itu memejamkan matanya menahan perih para jari telunjuknya.

"Sakit?"

"Perih!" lirih Kanza.

"Abang mohon sama kamu. Kamu harus melakukan sesuatu dengan hati-hati, supaya abang juga tidak apa-apa," ucap Tuan Rayzan.

"Maksud abang apa?"

"Abang khawatir sama kamu. Kalau kamu kenapa-kenapa, nyawa abang bisa melayang."

"Segitunya, bang?"

"Iya ... Kamu mana mengerti, abang benar-benar khawatir Kanza," ucapnya. "Abang sayang sama kamu. Abang tidak mau kamu kenapa-kenapa."

"Ini salah abang juga."

"Salah abang? Abang buat apa?" tanya pria itu. "Perasaan tadi abang diam saja."

"Tadi abang terus liatin Kanza."

"Jangan bilang kamu salah tingkah?" tanya Tuan Rayzan mencoba menebak.

Wanita itu mengangguk pelan.

"Maafkan abang, gara-gara abang kamu terluka."

"Enggak apa-apa. Abang gak perlu minta maaf."

"Tapi ini salah abang 'kan. Abang minta maaf ya sayang."

Kanza kembali mencoba merapikan jilbabnya. Ia harus bisa tenang karena pria itu masih saja menoleh kearahnya. Merasa takut jika kejadian tadi terulang lagi, Tuan Rayzan peka akan hal itu. Ia pun memalingkan wajahnya untuk tidak memperhatikan Kanza.

Padahal dalam lubuk hatinya yang paling dalam. Tuan Rayzan tidak mau melewatkan sedetik saja kecantikan wanita itu. Ia ingin sekali memandang Kanza tanpa batas waktu.

"Udah siap," ucap Kanza.

"Sekarang kita berangkat," ajak Tuan Rayzan.

Laki-laki itu segera berdiri, ia melangkah pergi. Namun merasa aneh karena tidak ada rangkul tangan pada lengannya. Padahal ia sudah memposisikan tangannya supaya digenggam oleh istrinya.

Tuan Rayzan menoleh ternyata Kanza masih duduk di kursi itu sambil memandangi dirinya. Wanita itu tanpa ekspresi menatap Tuan Rayzan. Alhasil, Tuan Rayzan kembali menghampiri Kanza. Ia berjongkok di bawah dan meletakkan kedua tangannya dipangkuan wanita itu sambil memegang tangan Kanza.

"Kenapa lagi sayang, hm?"

Kanza terdiam, dan masih betah memandang Tuan Rayzan Renaga.

Tuan Rayzan Untuk Kanza | [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang