"Kenapa lampunya dimatiin? Terus, acnya kenapa dikecilin?"

"Saya nggak bisa tidur kalo lampunya nyala. Saya juga nggak bisa tidur kalo acnya kekencengan," jelas Raka yang bertolak belakang dengan kebiasaan Rifa.

"Tapi saya nggak bisa tidur kalo lampunya mati. Saya juga nggak bisa tidur kalo acnya kekecilan. Gerah tau!"
Rifa memgambil alih remot ac, mengatur pada kedinginan yang pas untuknya. Tak lupa ia juga menyalakan lampu. "Nah, gini kan enak."

"Enak buat kamu, tapi nggak enak buat saya. Siniin remotnya."

"Nggak mau. Ini tuh suhunya udah pas sama kamar tidur saya."

"Tapi kamu nyiksa saya namanya. Bisa masuk angin saya kalo kamar kayak kutub utara gini."

"Yeh, bodo amat. Kalo Kak Raka nggak nyaman, pindah aja ke ruang tamu." Rifa menyimpan remot acnya tidak ingin sampai Raka merebut. Ia rebahan dengan posisi memunggungi Raka, menarik selimut lalu tidur dengan pulas.

Sementara itu, Raka yang tersiksa kedinginan harus mengambil selimut tambahan dalam lemari. "Gini banget punya istri," gumamnya, lalu ikut tidur dengan posisi selimut menutupi seluruh tubuh.

***

Rifa sudah selesai mandi, turun ke bawah mendapati Mita yang tengah berkutat di dapur. Wanita itu dengan cekatan memotong-motong sayuran dan beberapa buah sosis untuk dicampurkan ke dalam nasi goreng.

"Raka belum bangun, Fa?" tanya Mita yang mendapat anggukan dari Rifa. "Kok tumben dia bangunnya siang. Kamu tolong bangunin gih."

"Toh juga ini hari minggu, Kak Raka nggak kemana-mana."

"Tapi biasanya dia jogging dulu kalau pagi minggu, Fa. Kamu tolong bangunin ya."

Rifa membuka kamar, terlihat Raka masih setia membungkus tubuhnya dengan dua lapis selimut tebal. Disingkapnya tirai yang menghalau cahaya matahari masuk ke kamar, dikecilkan pula ac yang tadi malam Raka sebut seperti kutub utara itu.

Raka masih bergeming. Tak ada tanda-tanda terdistraksi sama sekali. Rifa menyibak selimut tersebut mendapati Raka mengigil di bawah sana. Wajahnya pucat dan berkeringat.

"Kak Raka?" Rifa menyentuh dahi Raka, suhu badannya tinggi sekali. "Ya ampun Kak Raka demam. Maaa, Kak Raka sakit, Ma." Rifa berlari ke dapur menghampiri Mita.

"Kami kenapa, Fa? Panik gitu mukanya."

"Kak Raka sakit, Ma. Badannya panas banget. Rifa harus ngapain?" Mita berusaha menenangkan kepanikan Rifa, dengan menyuruhnya mengambil anduk dan air hangat. "Ini buat apa?" tanya Rifa.

"Itu buat ngompress biar panasnya turun. Kamu nggak usah panik. Raka memang sering kena demam kalau kedinginan."

Rifa menggigit bibir bawahnya. Ia ingat tadi malam Raka sempat bilang kalau ia tidak bisa tidur karena acnya terlalu dingin. Itu sebabnya pula Raka memakai selimut tambahan supaya tifak kedinginan tapi nyatanya cowok itu tetap tidak tahan dan berakhir sakit demam. Rifa jadi merasa bersalah terhadap Raka. "Tapi, Kak Raka nggak bakal kenapa-kenapa, kan, Ma? Maksud Rifa, tadi malam itu Rifa nyalain ac-nya kenceng banget soalnya Rifa nggak bisa tidur kalo acnya nggak sama kayak yang di kamar Rifa."

"Nggak pa-pa, kamu kompressin aja nanti juga panasnya turun."

Rifa kembali ke kamar, duduk di sisi ranjang, meletakan mangkuk berisi air hangat di atas nakas. Anduk kecil itu diperas lalu ditempelkan di dahi Raka yang menggigil kedinginan.

"Saya minta maaf ya, harusnya tadi malam saya nggak egois kencengin ac-nya sampe Kak Raka kedinginan."

Raka menggeleng. "Nggak pa-pa. Emang saya-nya aja yang lemah, kedinginan dikit langsung sakit."

Guru BK Ngeselin Itu, Suami Gue! [COMPLETED√]Where stories live. Discover now