"Ya anakku, Vanya memang milikmu bukan?" jawab Mawar.

"Ya, Vanya memang milikku~" ucap Hans, bibirnya menampilkan seringai yang mengerikan.

****

Langit mulai menggelap, senja semakin tenggelam ditelan malam. beberapa orang masih ada yang memiliki kegiatan dimalam hari, meski sebagian juga di beberapa tempat sudah sunyi saat waktu menunjukan jam tujuh malam.

Seorang gadis tengah mengganti perban dikepalanya dan dibantu oleh sang bunda. dari kain kasa yang memutar, lalu dibersihkan dan diganti dengan hanya dengan kapas dan anti septik untuk lukanya. terlihat jahitan yang masih basah dipelipis gadis itu.

"Heran bunda tuh sama kamu, jadi perempuan enggak ada lembut lembutnya makannya jatuh kan?" omel Amy kepada anaknya.

Andai saja bundanya tau kalau anak gadisnya disekap oleh laki laki yang terobsesi dengan aroma rambutnya, bahkan sampai ingin melepaskan rambutnya dari kepala, pasti Amy akan histeris dan tidak mungkin bersikap santai seperti ini.

"Ya, gimana bun... kan kecelakaan. enggak ada yang tahu kan yang namanya musibah datangnya kapan?." sangkal Vanya.

Sedangkan Amy yang tengah serius dan berhati hati mengurus anak gadisnya itu, melirik anaknya yang berani menjawab ucapannya.

"Ya, lain kali tuh hati hati. kamu tuh udah jelek, kalau banyak lukanya tambah jelek gimana? nanti enggak ada yang mau loh sama kamu." celetuk Amy.

"Ih Bunda mah gitu, anaknya lagi kesakitan juga." gerutu Vanya merajuk.

"Hus udah udah, lagi ganti perban sempat sempatnya aja saling ejek." Sela Yono dengan tegas.

Vanya mengangguk setuju dengan ucapan ayahnya, dengan bibir yang mengerucut gadis itu memandang sosok ibunya yang nyengir lebar itu.

"Udah selesai? katanya mau kondangan?" tanya Yono kepada istrinya.

Amy memang sudah siap dengan pakaiannya, namun Vanya tidak tahu kalau dirinya akan ditinggal oleh orang tuanya.

"Ih, bunda sama ayah kondangan? kok Vanya enggak di ajak?." tanya Vanya kepada kedua orang tuanya.

"Kamu udah gede, enggak boleh ikut ikutan kita terus. kamu dirumah aja, bunda sama ayah sekalian pacaran dulu." ucap Amy meledek anak gadisnya itu.

Vanya memutar bola matanya malas, bundanya ini memang jiwa jiwa muda yang pengennya diromantisi melulu.

Setelah semuanya selesai, Vanya mengantar kedua orang tuanya kedepan rumahnya.

Vanya masih di ambang pintu, namun sepetinya ada seseorang yang menunggu ayah dan ibunya diluar gerbang. gadis itu mengernyit menajamkan penglihatannya, karena ingin tahu siapa seseorang itu.

"Vanya, ini ada Arlan loh, sini dulu." teriak Amy memanggil anaknya yang terdiam didepan pintu.

Mau apa Arlan berkunjung malam malam begini? Vanya melangkahkan kakinya untuk mendekati kedua orang tuanya.

"Ada apa nak Arlan berkunjung kemari?" tanya Yono.

"Saya cuma mau jenguk Vanya om, katanya Vanya sakit?." jawab Arlan.

Terlihat laki laki itu membawa buah tangan, dengan satu kantong kresek besar yang terlihat penuh.

"Om sama tante mau kemana? udah rapi gini? saya datengnya enggak tepat ya waktunya?." lanjut Arlan bertanya.

"Saya sama istri mau kondangan dulu. kamu kalau mau ngobrol silahkan masuk, tapi inget ya pintu harus tetap dibuka. anak saya jangan diapa apain." pesan Yono.

Hello, my senior girl~ (Tamat)Where stories live. Discover now