"Masa sih biasa aja? Kalo nggak kangen, ngapain missed call banyak banget?"

"Itu khawatir namanya, bukan kangen."

Rifa terkekeh, "Iya deh, yang khawatir." Rifa melihat di dinding. "Emang belum jam masuk?"

"Lagi jamkos, gua lagi di ruang osis bantu-bantu."

Rifa.mengangguk meskipun tak bisa Abian lihat. "Ya udah deh, lanjutin lagi. See you pacar."

"Iyaa."

"Iya doang? Ih, kok nggak romantis?" rengeknya. "Ulang, nggak?"

"Iya sayang. See you ...." meskipun terdengar berbisik, tapi Rifa sukses dibuat blushing oleh Abian. Gadis itu menutup sambungan telepon dengan senyum yang masih mengembang.

***

"Pagi, Sayang?" sapa Mita yang tengah berkutat di dapur bersama Sarah. Keduanya nampak kompak dengan celemek dan peralatan daput yang bertengger di atas kompor menyala. "Gimana tidurnya? Nyenyak?"

"Nyenyak kok, Tante."

" Kok Tante sih? Mama dong, kan udah jadi mertua kamu," Sarah meralat.

Rifa tersenyum canggung, mengambil air putih di dalam kulkas. "Kalian lagi masak apa?"

"Nasi goreng spesial buat pengantin baru." Mita tersenyum jail.

"Kamu bikinin teh sana, buat suami kamu." Sarah mengambil teh dan gula dari dalam lemari. "Belajar jadi istri yang baik," ujarnya, menaruh termos di samping dua benda tersebut.

Rifa memutar bola mata malas. Ia mengambil gelas, memasukkan tiga sendok garam yang diambilnya secara diam-diam lalu menyeduh teh dengan air panas. Senyum jailnya mengembang melihat teh asin buatannya tampak segar dan wangi. Mengambil nampan, Rifa bergegas menghampiri Raka yang katanya sedang ada di teras belakang.

Benar saja di sana ada Raka sedang duduk menikmati udara segar pagi hari. Langkah kaki Rifa membuatnya menoleh ke belakang. Tampak sebuah nampan berisi segelas teh di sana.

"Selamat pagi, Kak Raka!"

Raka tak menyahut, hanya berdehem dengan tatapan penuh kecurigaan. "Ngapain ke sini?"

"Matanya nggak rabun, kan? Ini liat dong, di tangan saya ada apa? Teh ... teh hangat."

"Saya nggak minta dibikinin teh," sahut Raka.

"Saya juga nggak minat bikinin Kak Raka teh, kalo nggak dipaksa sama Mama saya," balas Rifa kesal. Ia meletakkan nampan tersebut di atas meja. "Minum cepet, keburu dingin."

"Saya nggak suka teh, saya sukanya kopi. Jadi itu buat kamu aja." Buar Rifa katanya, huh, tentu saja Rifa juga menolak teh asin tersebut. "Minum cepet, keburu dingin." Raka membalikan ucapan Rifa.

"Saya juga gasuka teh."

Walhasil, teh tersebut tak ada yang meminum. Keduanya sama-sama duduk di kursi rotan tanpa suara. Rifa kesal karena rencananya gagal sementara Raka, ia masih menaruh curiga dengan teh tersebut.

Rifa itu terkenal iseng. Bisa saja, kan, teh itu dimasukan garam, bukan gula.

"Di sini toh rupanya si pengantin baru." Firman datang dengan setelan kaos putih polos dan celana training serta anfuk kecil yang tersampir di leher. "Lagi pada ngomongin apa?"

"Nggak, Pah. Ini tadi Rifa bikinin teh buat Raka, tapi Raka' kan ngga suka teh dan dia juga katanya nggak suka teh jadi nggak keminum," jelas Raka.

"Oh, kalau gitu biar Papa aja yang minum biar nggak mubazir."

Guru BK Ngeselin Itu, Suami Gue! [COMPLETED√]Where stories live. Discover now