[32] The Ghost

144 25 2
                                    

[32] The Ghost

Oleh: Ayu Welirang


"Apa pula ini?!" pekik Rambu saat melihat tambahan orang gila lain memasuki ruangan yang digunakan Indra dan ayah Gamar. Derap langkah itu tegas dan menyiratkan bahwa tak ada sedikit pun rasa takut yang menguar dari diri si pemilik bot. Tak bisa menebak siapa sosoknya, tapi melihat ekspresi Indra yang sampai seperti itu, membuat Rambu menerka-nerka.

Sosok itu berjalan memasuki ruangan penyekapan dan akhirnya saling berhadap-hadapan dengan Rambu, T-Rex, serta Gamar. Sementara itu, grup Indra berada di sisi kiri. Baru saja hendak mengambil senjata secara diam-diam, satu letusan kembali terdengar

Indra mengerang. Darah segar perlahan mengalir dari pahanya. "Brengsek!" pekiknya murka.

Ayah Gamar turut murka dan hendak menyambar parang di lantai. Namun, tembakan lain yang berasal dari luar, tepat mengenai lengan kanannya. Dia mengaduh dan ambruk kesakitan. Sementara itu, saudara kembar Musa hanya menutupi kuping sambil histeris. Gangguan kecemasan dan berbagai masalah lain yang ia miliki menyeruak ke permukaan. "A-aku minta maaf. A-aku tidak bersalah," gumamnya terbata-bata.

Rambu melindungi T-Rex dan Gamar yang masih bersedih sekaligus ketakutan. "Siapa kau?!" teriak Rambu.

Lalu, pria yang memakai balaclava serta kacamata seperti penerbang itu mengangkat tangan kirinya yang tak memegang senjata api. Ia memberi isyarat tanda aman.

Segera saja suara langkah lain terdengar dari luar. Pointer merah yang sejak tadi terarah ke ayah Gamar juga perlahan menghilang, diikuti derap seragam yang lebih ramai dan nyaring. Semuanya berasal dari sepatu bot serupa.

Pria tadi perlahan membuka balaclava dan menampakkan wajah. Apa yang Rambu lihat saat itu jauh di luar nalarnya. "Sa... Sam?! Bagaimana bisa?!"

Mendengar Rambu menyebut nama yang tampak tabu selama bekerja sama dengannya membuat Gamar dan T-Rex saling pandang. Mereka bertukar isyarat pertanyaan.

"Ceritanya panjang. Intinya, kasus ini sekarang sudah selesai... Semua manipulasi kejahatan yang dilakukan Indra, seharusnya sudah selesai," ucap Sam pada Rambu dan dua orang temannya.

Salah satu petugas berpakaian serba hitam dan masih memakai balaclava serta helm dan hanya menyisakan matanya yang sayu, maju ke sisi Sam. "Lapor, Ndan. Perimeter sudah diamankan. Tidak ada tanda-tanda keberadaan orang lain atau kemungkinan kaki tangan."

"Bagus. Segera amankan tersangka dan bawa saksi-saksi ini menuju medis," ujar Sam menunjuk pada Rambu, T-Rex, dan Gamar.

"Medis? Saksi? Apa maksudnya ini, Sam. Tolong jelaskan!" Rambu menuntut agar keganjilan di hadapannya itu dijelaskan.

Sam hanya tersenyum tipis. Ia maju dan menepuk pundak adiknya. "Kau polisi yang hebat. Aku bangga padamu," ujarnya.

Kemudian enam petugas keluar dari barisan dan menangkap para tersangka yang sudah merintih sakit. Bukannya mendapat perlakuan ramah, mereka diseret dengan kasar. Masing-masing dari mereka mendapat dua petugas. Sebelum diseret pergi, Indra sempat-sempatnya terkekeh menghina. "Nggak kuduga, ternyata kau ada di satuan yang selama ini hanya bualan para petinggi. Kau satuan 'Hantu', kan?"

Sam tidak menjawab dan ia hanya mengibaskan telapak tangannya pada dua petugas yang sempat berhenti karena Indra masih ingin bicara. "Bawa sampah itu," ucap Sam cepat.

Ketiga tersangka diseret dan dibawa entah ke mana. Sementara itu, beberapa petugas yang tersisa masih menunggu mandat dari komandan mereka, Sam Bentara.

"Sam..." panggil Rambu lagi saat ia berjalan menuju lokasi komando operasi malam itu yang tak jauh dari lokasi disekapnya Gamar. Terdapat dua mobil ambulans yang tersamarkan dengan cat hitam legam dengan dokter yang tak tampak seperti dokter, tetapi tampak seperti petugas serupa yang lain.

Setelah Gamar dan T-Rex diperiksa medis, Rambu pergi dan menghampiri kakaknya. "Sam..." ulangnya.

Sam merokok di udara yang cukup dingin dan ia tak menoleh. "Bagimu, aku mungkin masih Sam. Tapi, Sam Bentara sesungguhnya sudah tak ada lagi di dunia ini. Kau harus ingat itu," ujarnya dengan wibawa yang sama seperti kali terakhir Rambu melihatnya.

"Aku masih tak paham dengan semua ini," balas Rambu. Ia mengambil sebatang rokok dari kotak saat Sam menyodorkannya.

Sam mengembuskan rokoknya perlahan. "Memang ada banyak hal yang seharusnya tak perlu dipahami. Namun, inti dari semua masalah ini hanya penumpasan Indra dan grup. Kau pasti lebih tahu, mengapa dia harus ditumpas."

"Yang aku tahu, selama ini Indra menggunakan metode manipulasi psikologis untuk mengubah atau menghasut lingkaran dalam kepolisian," balas Rambu cepat.

Sam balas mengangguk cepat. "Ya. Itu tepat sekali. Bagi kalian hal itu mungkin tak disadari, karena merasuk ke alam bawah sadar. Namun, bagi kami satuan 'Hantu', segala bentuk ancaman apapun harus dipertimbangkan, termasuk manipulasi psikologis yang dianggap metode dark psychology. Jika hal ini bisa diaplikasikan dalam cakupan area yang lebih besar, efeknya akan berbahaya. Lebih berbahaya daripada sekadar menempelkan cip perilaku pada otak manusia," kata Sam diikuti tawa renyah.

Rambu mengernyit dan mengembuskan rokok. "Dark psychology?"

"Metode itu cukup lama digunakan pada beberapa operasi militer dan keamanan tertentu. Seorang yang hali metode itu bisa melakukan eksploitasi, manipulasi, mengontrol, dan memaksa secara tidak sadar orang lain dalam melakukan hal-hal yang gila. Jika diaplikasikan pada khalayak luas, efeknya bisa seperti menanamkan subliminal message melalui media-media massa. Kau paham, kan?"

"Anggaplah aku paham. Jadi... Apa itu kerjaanmu sekarang?"

"Aku tak bisa membocorkannya lebih lanjut. Intinya ada banyak ancaman lembaga dan negara yang timku tangani. Indra hanya salah satunya. Dan aku tahu kau cukup bijak untuk tak menggembar-gemborkan posisiku pada orang lain. Kalau tidak, aku bisa dipecat," balas Sam lagi sambil tertawa.

Mau tak mau, Rambu ikut tertawa. Sudah lama tak mengobrol dengan kakaknya. Rasanya hangat dan menenangkan, meskipun mungkin perbincangan mereka hanya sesaat.

Sam menyelesaikan ibadah merokoknya dan menginjak puntung rokok dengan sepatu botnya. "Aku boleh minta tolong satu hal?"

"Apa itu?"

"Jangan lupa tetap melayatku di makam. Yah, walau aku juga tak tahu itu jenazah siapa," kata Sam lagi, diikuti tawa. Entah apa yang terjadi, tapi kakaknya itu kini banyak berkelakar.

Anggota tim Sam menghampiri dan melaporkan bahwa transfer tersangka sedang dalam proses menuju sebuah penjara dengan keamanan maksimal yang Rambu sendiri tak tahu posisinya di mana. Ia tak berani mencuri dengar.

Lalu, Sam segera kembali pada Rambu, T-Rex, dan Gamar. Ia hendak pamit.

"Biar timku mengantar kalian dulu ke rumah aman. Setelah semua masalah ini selesai, kalian bisa kembali berkegiatan," kata Sam.

"Lalu, bagaimana denganmu? Apa kita bisa ketemu lagi?" ungkap Rambu.

Sam tersenyum tipis lagi. "Aku harus kembali bekerja dan sayangnya komunikasi kita hanya sampai di sini. Tapi jangan khawatir, aku tetap tahu kalian berada di mana, sedang ngapain, sama siapa, dan semua hal yang kalian mungkin tak akan terpikirkan dilakukan oleh kami, tim hantu."

Rambu menyodorkan tangannya, jabat tangan terakhir yang mungkin bisa ia dapat dari sosok kakak. "Jadi, apa semua ini sudah selesai?"

Sam mengedikkan bahu. "Entahlah. Seperti yang kau tahu, kejahatan selalu ada dan menjelma dalam bentuknya yang terburuk. Tugasku masih akan berlanjut, entah sampai kapan."

"Baiklah. Jaga dirimu," ucap Rambu.

Sam menjabat mantap tangan adik satu-satunya itu. "Kau juga. Tetaplah menjadi polisi yang berbudi. Kau punya bakat di sana," kelakar Sam lagi.

"Sialan. Aku mau pensiun saja. Aku lebih suka menggambar," balas Rambu.

"Baiklah. Sampai ketemu lagi, jika memang ada kesempatan."

"Oke, Sam. Sampai ketemu."

TAMAT

NirkapalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang