[9] Drama Babak Ketiga

113 21 0
                                    

[9] Drama Babak Ketiga

Oleh: Rezawardhana


Belasan polisi langsung bergerak secara tergorganisir menyebar ke lokasi siang itu. Sebelumnya, AKP Novan yang langsung memimpin penelusuran pencarian di kawasan Wisma SMR, Tanjung Priok, langsung menyusun siasat cepat di dalam truk polisi yang membawa pasukan. AKP Novan lalu membentangkan peta wilayah Tanjung Priok dengan Wisma SMR diberi lingkaran merah olehnya. Tak ada petugas yang bersuara ketika AKP Novan memberi instruksi. Suaranya yang lantang dan terdengar matang karena usia, membuat kata demi kata yang ia ucapkan langsung menusuk ingatan para anggota.

Sejak menerima pesan dari anggotanya bahwa ditemukan korban di salah satu perusahaan di kawasan itu, wajah AKP Novan langsung menegang. Otaknya seketika berpikir setelah pesan kedua masuk lewat ponsel anggotanya yang berada di bagian laporan masyarakat. Meski dari nomer yang sama, pesan kedua memang tak sesingkat yang pertama, tapi itu sudah cukup untuk membuat emosi AKP Novan meletup: Bukan aku yang hangus sepuluh tahun lalu.

"Brengsek orang satu ini," kata AKP Novan dengan nada pelan namun menakutkan.

T-Rex yang baru saja melaporkan temuannya bahwa nomer ponsel pengirim pesan itu sudah tak aktif, menjadi begidik setelah melihat wajah AKP Novan seperti itu. Ia merasa sial sudah mengatakan yang demikian tapi harus bagaimana lagi. Antara ia merasa wajib sebagai petugas siber, antara ia tahu bahwa ia akan mengemban tugas berat.

"Heh, Triyas, kan namamu?" kata AKP Novan pada T-Rex. "Tugasmu adalah memonitor petugas ketika mereka akan kuterjunkan ke sana!"

"Siap, Ndan!" jawab T-Rex dengan mantap. Dalam hati ia memohon agar AKP Novan ikut serta agar ia bisa lebih tenang menjalankan misinya.

"Aku juga akan terjun ke lapangan bersama yang lain," kata AKP Novan dengan singkat. T-Rex merasa lega. "Aku minta tolong ya, Triyas."

"Si-siap, Ndan!"

"Aku tahu, di mata kalian Rambu memang polisi muda yang baik dan aku yang lebih tua darinya mungkin terlihat menjegalnya dalam pengejaran bajingan satu itu. Tapi hatiku seperti peluru, Triyas. Aku sudah banyak makan asam garam. Aku tak akan sudi memberi ampun pembunuh seperti bajingan tadi. Kau mengerti, Triyas?"

T-Rex mengangguk dengan hormat. AKP Novan lalu meninggalkannya untuk mengumpulkan anggota lainnya bersama Darius yang barusan ia hubungi.

****

Terdengar beragam suara senjata yang diperiksa sendiri oleh para anggota yang ikut dalam pengejaran. Suara kokangan dan suara rompi anti peluru yang terpasang terdengar seperti melodi sebelum perang besar dimulai. Selesai memasang earphone tunggal di telinga kirinya agar bisa terhubung dengan T-Rex, AKP Novan lalu berkata setelah ia memastikan para polisi telah selesai memeriksa senjata.

"Aku ingin kalian berdoa dalam hati. Berdoalah semoga kita benar-benar bisa menangkapnya."

Beberapa anggota polisi nampak bingung dengan apa yang dikatakan oleh AKP Novan. Mereka merasa komandan baru satu ini sedikit berlebihan. Mereka semua tahu yang mereka buru adalah satu orang. Tetapi permintaan AKP Novan seolah mereka sedang berperang dengan gembong narkoba bersenjata lengkap yang bermarkas di sebuah pemukiman padat. AKP Novan tak bergeming dengan pandangan aneh pasukannya. Ia tak peduli. Tak ada yang mengerti beban berat yang ditanggungnya sejak kematian anggota polisi yang terbakar sepuluh tahun lalu. AKP Novan malah memejamkan mata. Dengan suara yang jelas ia lalu berdoa.

"Tuhan! Kami dengan hina memohon kepadaMu. Jangan Engkau beri kami sifat penyayangMu di hari ini. Berikan kami petunjuk dan sifat Engkau yang Maha Pembalas. Amin."

NirkapalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang