Special Chapter : Cider, Serial Killer

258 48 2
                                    

"Kid, tell the truth. Talk in English please." - pinta seorang polisi seraya menginterogasi seorang anak laki-laki berambut hitam dan bermata coklat tua.

"Aku tidak lancar bicara Inggris! Aku baru pindah dan raksasa itu membunuh ayah dan kakakku!" - balas anak itu.

"He said that he's not really fluent in English. He just move here with his family and the killer killed his father and his sister." - akhirnya, Cider yang angkat bicara.

"Are you a relative of him?" - polisi itu bertanya.

"No, I'm helping him since he can't talk English. I know Japanese. I guess what he meant by giant is, the culprit is tall or something like that."

T : Tidak, aku membantunya karena dia tidak bisa bicara Inggris. Aku tau bahasa Jepang. Mungkin yang dimaksud sebagai raksasa adalah pelakunya tinggi atau semacamnya.

Cider dan polisi itu berbincang untuk beberapa saat, dan mendapat kesepakatan untuk tidak menginterogasi anak itu lagi karena hal ini membuatnya traumatik. Jangan membuat traumanya lebih parah.

"Onee-chan bisa bahasa Jepang dan Inggris?! Itu keren! Onee-chan juga tinggi sekali! Bahkan lebih tinggi dari ayahku!" - sahut anak itu. Yap.... Dia mengikuti Cider meski sudah pergi.

"Kenapa kau ikut denganku? Kau harus ada di perlindungan polisi. Aku bukan pengasuh." - Cider berjalan semakin cepat, tapi anak laki-laki itu terus mengikutinya.

"Namaku Nishi Hiraku, aku berumur 11 tahun, aku lahir di Nagoya, Jepang. Aku pindah ke Amerika karena ayahku mendapat pekerjaan-"

"Cukup, untuk apa kau memperkenalkan dirimu sebanyak itu? Kita tidak akan bertemu lagi dan kau harus kembali ke kantor polisi. Kenapa kau begitu semangat di saat baru saja keluargamu dibunuh di depanmu?" - tanpa berpikir Cider bicara. Kata-katanya sangat amat menusuk, tapi dia tidak mau diganggu seorang bocah.

Dia harus membunuh si pembunuh yang meniru dirinya itu.

"... Kejadian itu memang mengerikan. Kami sedang sarapan bersama, padahal kami baru hari pertama tiba di sini. Tapi seorang pria mendobrak pintu kamarku dan datang dari tangga. Dia membunuh kakakku dan ayahku dengan pisau. Pisau itu melukai leher ayah dan kakakku, lalu dia membawa ibuku entah ke mana!" - sahut Hiraku, air mata mulai membasahi matanya.

"Aku mau mencari ibuku! Aku mau membalas dendam pada pembunuh itu!"

"Lalu kenapa kau mengatakan itu padaku?" - meski Cider sudah bicara sedingin mungkin, Hiraku sama sekali tidak peduli dan masih mengikuti Cider.

"Kau pasti mau menyelidiki ini! Kau pasti polisi juga!"

"Kenapa harus ke aku? Yang lain polisi. Aku bukan."

"Karena kau bisa bahasa Jepang!"

"Cukup, kenapa kau bilang aku mau menyelidiki ini?" - hilang kesabaran, Cider berhenti berjalan dan menghadap Hiraku.

"Aku dengar kau bilang kau hanya pejalan kaki lewat, tapi wilayah rumahku itu kan seperti komplek, dan sekarang kau menjauh dari perumahan tempatku tinggal. Mana mungkin ada orang lewat disana. Kau mungkin bisa membodohi polisi, tapi tidak denganku." - anak itu bicara dengan penuh percaya dirinya.

Oke, Cider bisa akui itu benar. Meski terlihat menyebalkan, tapi apa yang dikatakan Hiraku itu benar. Kenapa coba dia lewat disana?

"Ayolah.... Aku tau onee-chan pasti mau mengurus yang tadi. Aku tidak mau pembunuhnya kabur.... Aku mau membalas apa yang dilakukannya ke ayah dan kakakku. Lagipula, aku tau wajahnya. Aku bisa membantu onee-chan!" - dengan mata berkaca-kaca, Hiraku memohon sekali lagi.

R E DDove le storie prendono vita. Scoprilo ora