38 - Bunuh

354 76 4
                                    

"... Apa....?"

Aku tidak percaya dengan apa yang baru saja kudengar. Malam ini Karasuma tiba-tiba memanggilku ke luar rumah, dan yang dia minta adalah.....

"Bunuh keluargamu. Ayahmu, kedua kakakmu, adikmu, semua, bunuh."

Aku tidak percaya dengan apa yang baru saja kudengar. Dia? Menyuruhku membunuh keluargaku sendiri? Dia sudah gila?

"Apa maksud— aku gamau lah! Gila ya?!"

"Aku sudah membantu apa yang kau perlukan, maka sekarang adalah giliranmu. Kau hanya harus setia padaku, dan selalu menurut padaku."

Aku mengeluarkan pisauku dan berjalan menghampirinya, tiba-tiba ada dua orang yang menahan kedua tanganku dari belakang sisi kanan sekaligus kiriku.

Pisau yang kupegang seketika diambil salah satu dari mereka, dan langsung menebas telapak tanganku. Aku hampir saja berteriak, namun mereka menutup mulutku.

"Jangan melukai kedua tangannya. Dia masih membutuhkannya."

Kedua orang ini mendorongku hingga aku berlutut di tanah, sekaligus menahan kedua tanganku. Aku mau melawan, tapi apa yang bisa kulakukan? Aku akan kalah dan dibunuh.

Aku menundukkan kepalaku, tidak mau menghadap Karasuma.

Aku menundukkan kepalaku, tidak mau menghadap Karasuma

Ups! Tento obrázek porušuje naše pokyny k obsahu. Před publikováním ho, prosím, buď odstraň, nebo nahraď jiným.

Source pict : Wallpaper Flare

"Yang harus kau lakukan hanya itu. Bunuh ayahmu, kakakmu, dan adikmu, semuanya, malam ini. Lalu bakar rumah ini, jangan ada jejak sedikitpun. Kau hanya harus setia denganku sampai akhir hidupmu."

Dia bicara semudah itu soal membunuh..... Dan dia bilang.... Yang perlu kulakukan hanya itu. HANYA itu?! Keluargaku! Satu-satunya yang kupunya! Kenapa..... Dia seenaknya?!

Ah......

Aku memang bodoh karena menerima bantuannya. Andai saja waktu itu aku menolak, ini tidak akan terjadi.

Tapi kalau aku menolak, keluargaku sudah jatuh dalam kemiskinan.

Pilihanku benar atau salah?

"Bunuh mereka, atau aku yang akan membunuh mereka sendiri dengan cara paling menyakitkan yang bisa dilakukan, dan kau akan melihatnya." - aku membelalakkan mataku ketika mendengarnya bicara begitu.

Dia bukan pria yang main-main dengan kata-katanya.

"Jangan! Biarkan.... Biarkan aku yang membunuh mereka. Aku saja. Tapi.... A-adikku.... Dia..... Baru 12 tahun..... Apa aku harus membunuhnya juga?"

Aku berharap Hayate bisa dibiarkan hidup. Aku sangat menyayanginya karena dia satu-satunya adikku, dan aku paling banyak menghabiskan waktu dengannya untuk mengajarinya.

Tapi nyatanya, aku tidak pernah punya kesempatan untuk meminta syarat.

"Kau bahkan lebih muda." - sudah kuduga jawabannya adalah itu. Yang dimaksud adalah, aku lebih muda ketika mengalami hal yang tidak sesuai umurku. Aku sudah berlatih memegang pisau sejak 11 tahun.

R E DKde žijí příběhy. Začni objevovat