Exta Chapter: Warm On A Cold Night

17.6K 965 42
                                    

"AKU senang kau bisa berkunjung ke Indonesia, Matt," ujar Rina berjalan dengan makanan di tangannya, lalu meletakkan dua piring itu di atas meja. "Aku senang bisa melihatmu lagi."

Matteo tersenyum ringan. "Aku juga senang bisa berkunjung ke Indonesia. Ini pertama kalinya aku menetap di Jakarta. Aku hanya pernah ke Bali untuk liburan."

"Yah, Gadis benar-benar sedih ketika kalian putus. Kau harus lihat betapaー"

"Ma," Gadis memutar kedua bola matanya malas. "Stop it."

"Sesungguhnya, aku ingin berbicara banyak denganmu, tapi sayangnya aku tak lancar dalam berbahasa Inggris," kata Wisnu, ayah Gadis. "Aku hanya ingin berterimakasih karena selama ini, kau selalu menjaga Gadis."

"Tak masalah. Aku juga senang bisa bersamanya," ucap Matteo, tersenyum.

Matteo dan Gadis memutuskan untuk menghabiskan waktu liburan musim panas mereka ke Indonesia karena teman-teman mereka, Aldric, Robert, Leo, Ashley, Hailey, dan Eva, mereka sibuk dengan liburan milik mereka pula. Seperti Aldric dan Robert yang sudah menjadi lelaki sejati dan menikahi pasangannya, mereka pun ingin menghabiskan bulan madu bersama hanya untuk mereka berdua.

Matteo senang sekali bisa berada di rumah orang tua Gadis. Mereka adalah orang yang hangat dan mampu membuat Matteo merasa nyaman. Matteo bisa merasakan kenyamanan yang berbeda dibandingkan rumahnya. Bagi Matteo, keluarga Gadis terasa seperti tempat pulang, meskipun baru kali ini dia mengunjungi mereka.

"Baiklah, ini sudah pukul sepuluh. Orang-orang di rumah ini selalu tidur pukul sembilan," ucap Gadis, menghidupkan obat nyamuk di kamar Matteo. "Jika kau membutuhkan tambahan selimut, beritahu aku."

"Kenapa kita harus tidur di kamar yang berbeda?" Matteo menaikkan sebelah alisnya. "Maksudku, bukankah biasanyaー"

"Bagi orang tuaku, itu adalah hal yang tabu," Gadis tertawa, kemudian mematikan lampu kamar Matteo. "Selamat tidur, sayang."

"Baiklah, selamat tidur."

Matteo pun menutup pintu kamarnya. Dia akui, cuaca dan suhu di negara ini berbeda dengan di tempat asalnya. Setidaknya, Jakarta tidak terasa segerah San Fransisco ketika sedang musim panas.

Matteo menutup matanya, berusaha untuk terbang ke bunga tidur. Dia berbalik ke kanan dan ke kiri, berusaha mencari posisi yang pas agar bisa terlelap. Namun, nihil, dia tak bisa tidur. Dia bukan tipe orang yang bisa tidur di manapun, jadi butuh adaptasi baginya untuk bisa tidur di rumah Gadis sampai beberapa hari ke depan.

Menurut Matteo, orang tua Gadis sangat baik, terutama Rina. Rina sudah terasa seperti teman lama baginya dan tak ada kecanggungan di antara mereka berdua. Kalau ayah Gadis, Wisnu, Matteo kerap merasakan kecanggungan ketika berada di dekat pria itu karena Wisnu adalah orang yang berwibawa, sopan, dan kesannya layak untuk disegani, meskipun Matteo bukan bawahannya. Wisnu juga adalah orang yang baik, tapi pria itu tak terlalu lancar berbahasa Inggris, itulah kenapa mereka tak bisa mengobrol dengan santai.

Drrt. Drrt.

Lamunan Matteo buyar ketika dia mendengar ponselnya yang dia letakkan di atas meja bergetar, menandakan bahwa ada satu pesan yang masuk.

Lamunan Matteo buyar ketika dia mendengar ponselnya yang dia letakkan di atas meja bergetar, menandakan bahwa ada satu pesan yang masuk

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
GadiskuWhere stories live. Discover now