Chapter 05: Negotiation

22K 1.3K 58
                                    

DAPUR yang tak pernah Matteo gunakan, hari ini mendadak jadi sangat berguna meskipun dia bahkan tak tau benda mengerikan apa yang sudah dia panggang.

"Bentuknya mengerikan," gumam Matteo menghela napasnya, lalu melepaskan celemeknya. "Apakah aku harus benar-benar memberikan biskuit ini kepadanya?"

Matteo memandangi biskuit-biskuitnya cukup lama. Entah kenapa, adonan yang tadi dia cetak dengan cetakan berbentuk labu itu bisa berubah menjadi bentuk topi fedora.

"Aku memang akan merasa malu jika memberikan ini kepadanya, tapi setidaknya dia bisa merasakan permintamaafanku yang tulus dari biskuit ini," kata Matteo, menggigit biskuit tersebut. "Setidaknya, rasanya enak."

Matteo pun segera memasukkan biskuit-biskuit itu ke dalam sebuah toples mungil, lalu memasukkannya ke sebuah kotak. Dia sempat mengernyitkan dahinya, bertanya kepada diri sendiri, kenapa dia harus memasukkan toples ini ke dalam kotak? Dia bisa memberikannya langsung, bukan?

Mungkin, untuk formalitas.

Setelah mandi dan berpakaian, Matteo pun segera berjalan keluar dari rumahnya dengan kotak kecil di tangannya. Dia melihat kanan dan kiri. Semoga Nyonya Grier tak tiba-tiba lewat dan melihat dia memberikan setoples biskuit kepada Gadis. Nyonya Grier bisa saja tersinggung karena Matteo justru memberikan biskuit kepada Gadis, alih-alih kepada dirinya yang sering memberikan Matteo makanan buatannya.

Ting tong.

Hening, cukup lama. Kemana wanita itu? Apakah dia sedang tak ada di rumah? Apakah Matteo mengunjungi rumahnya terlalu malam? Matteo melirik ke jam jam tangannya. Arloji mini yang melingkar di pergelangan tangannya tersebut menunjukkan pukul sembilan malam.

Oh, ya. Itu memang sudah cukup malam untuk berkunjung.

Ting tong.

Ceklek.

Matteo mengangkat alisnya, ketika dia melihat wanita di hadapannya ini tengah mengenakan piyama dengan wajah baru bangun tidur. Rambutnya yang hanya sedikit lebih panjang dari bahunya itu acak-acakan. Sepertinya, Matteo baru saja membangunkan Gadis dari tidurnya.

Kenapa dengan wajah tanpa riasan dan pakaian yang sopan begitu, dia justru tampak cantik di mata Matteo?

"Apa maumu?" tanya Gadis, melemparkan wajah tak sukanya kepada Matteo.

"Sebelumnya, maaf jika aku mengganggumu," kata Matteo, berusaha untuk tetap tenang. "Aku ke sini untuk memberikan ini."

Gadis mengernyitkan dahinya, hanya melihat ke sebuah kotak yang Matteo sodorkan. "Apa ini?"

"Biskuit halloween," jawab Matteo.

"Kau menaruh racun di dalamnya?"

"Apakah wajahku tampak seperti penjahat di matamu?" Matteo memutar kedua bola matanya, sebal. "Tentu saja tidak. Untuk apa aku menaruh racun di dalamnya?"

"Karena kemarin aku menamparmu," kata Gadis.

Hening sejenak. Suasana mendadak menjadi sedikit canggung.

"Lupakan," kata Gadis, menerima kotak tersebut.

Matteo mengangguk, lalu berjalan kembali ke rumahnya.

Ah, sial. Dia melupakan hal terpenting, yaitu meminta maaf.

"Hey, Tuan Adams."

Matteo menghentikan langkahnya, lalu menoleh ke belakang.

"Kau ingin mampir?" tanya wanita itu, menggaruk kepalanya yang tak gatal.

Matteo mengernyitkan dahinya. Mampir? Untuk apa?

GadiskuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang