Chapter 24: Hailey, Eva, and Ashley

9.4K 740 16
                                    

"BAGAIMANA jika aku tak nyambung dengan obrolan kalian?" tanya Gadis, keluar dari mobil Matteo, memandang pria itu dengan tatapan khawatir.

Usai mengunci mobilnya yang baru saja dia parkirkan di depan villa, Matteo pun berjalan ke arah Gadis. "Kau tak perlu memaksakan diri untuk bisa nyambung dengan obrolan kami. Lakukan saja apa yang kau mau."

Gadis dapat melihat beberapa pasangan lainnya keluar dari mobil yang baru saja mereka parkirkan di dekat mobil Matteo, membukakan pintu untuk pasangan mereka masing-masing. Gadis dapat melihat betapa kasmarannya mereka dari cara mereka menggandeng wanita mereka,

"Kau sudah tiba duluan, huh?" kata Robert meninju pelan lengan Matteo sembari terkekeh, lalu menoleh ke arah Gadis, sepersekian detik kemudian mengulurkan tangan. "Lalu, ini… uhm, Gadis, ya?"

Gadis mencoba untuk melemparkan senyumannya, mengangguk, lalu membalas uluran tangan Robert. "Benar."

"Aku Robert. Ini pacarku, Eva," kata Robert menunjuk pacarnya yang baru saja berjalan mendekat ke arah mereka.

Wanita itu benar-benar cantik. Matanya berwarna cokelat muda, rambut panjang yang indah, dan senyuman yang manis. Eva pun mengulurkan tangannya, tersenyum ke arah Gadis. "Eva."

"Oh, kau pasti Gadis, pacar baru Matteo, ya?" Seseorang baru pun datang menghampiri mereka bersama pacarnya yang menggandeng lengannya mesra. "Aku Leo. Ini pacarku, Hailey."

Wanita itu pun tersenyum manis ke arah Gadis. "Hailey."

Eva memang cantik, tapi menurut Gadis, Hailey lebih cantik. Hailey memiliki mata berwarna abu-abu, rambut cokelat sebahu, serta tubuh yang indah.

Ah, kenapa semua wanita Amerika memiliki wajah yang cantik?

"Gadis bukan pacarku," ujar Matteo mendorong pelan pipi Leo dengan kesal. "Jangan dengarkan Aldric sialan itu."

"Ayolah, Matt. Kupikir, cepat atau lambat, kalian pasti akan merajut cinta. Kenapa tidak percepat saja prediksi itu?" tanya Aldric baru saja memasuki kerumunan mereka bersama Ashley.

"Katakan sekali lagi dan aku akan membongkar tempat persembunyian film dewasa yang kau koleksi di rumahmu," kata Matteo tersenyum nakal, membuat Aldric yang semula tertawa lantas mengubah ekspresinya menjadi datar.

"Jadi, yah, karena ini sudah malam dan di luar semakin dingin, ayo masuk," ujar Ashley.

Mereka pun memasuki villa tersebut. Ini bukan kali pertamanya mereka memasuki villa itu. Villa ini adalah villa yang selalu menjadi tempat penginapan mereka tiap kali libur tahun baru, karena dari posisi ini, mereka bisa memandangi kembang api yang paling indah dari spot manapun.

Hailey dan Eva pun sudah ke sini tahun lalu, karena keduanya memang sudah merajut asmara dengan Robert dan Leo sejak tahun lalu.

"Baiklah, seperti biasa, kamar di villa ini hanya dua dan kamar para pria ada di lantai bawah, sedangkan kamar para wanita ada di lantai atas," ujar Aldric.

"Oh, ya, aku melupakan hal itu," kata Leo. "Kau kan pria yang kaya, kenapa kau tidak menambah kamar dari villamu ini, Aldric? Mana mungkin villa sebesar ini hanya memiliki dua kamar?"

"Itu bagus," komentar Matteo. "Jika tiap pasangan mendapatkan kamar, maka akan terasa mengganggu jika ada di antara kita yang bercinta."

"Benar sekali. Aku suka kepintaranmu," Aldric mengelus-elus kepala Matteo yang memiliki tinggi sejajar dengannya. "Jika kau ingin bercinta, Leo, maka tunggulah sampai besok. Malam ini, kita para pria akan bermain sepuasnya, sebelum aku benar-benar melepaskan masa lajangku pada tahun depan."

Leo hanya diam, menerima gelak tawa dari teman-temannya yang mengejek dirinya dan mengelus-elus dadanya untuk bersabar. Pasalnya, seperti yang Matteo katakan, di antara semuanya, Leo-lah yang paling serigala dan tak mengenal tempat jika sudah bercinta.

"Baiklah, untuk makan malam, siapa yang bisa masak disini?" tanya Robert mengangkat alisnya, mengedarkan pandangannya ke arah mereka semua. "Bagaimana, para wanita? Ashley, Eva, Hailey, Gadis?"

"Aku bisa," ujar Gadis, tersenyum ringan. Matteo bisa melihat bahwa itu adalah senyuman paksa yang mencerminkan ketidaknyamanan dirinya. "Biar aku saja."

"Uh, ya. Aku pernah mendengar orang Indonesia cukup dikenal dengan makanan mereka," ujar Leo. "Kupikir, Gadis akan menjadi koki yang hebat, malam ini."

Robert tersenyum. "Baiklah, Gadis. Para wanita akan ikut membantumu, oke?"

"Aku akan mengambil bahan makanan yang tadi aku dan Aldric bawa," kata Ashley, meraih kunci mobil Aldric yang ada di atas meja. "Kalian boleh pergi duluan menuju dapur, girls."

Robert, Leo, Aldric, dan Matteo pun berjalan menuju kamar mereka yang tak jauh dari posisi dapur, sama-sama di lantai bawah, sedangkan para wanita berjalan menuju dapur untuk mempersiapkan makan malam.

"Tadi kita baru berkenalan secara singkat, ya," ujar Hailey tersenyum ke arah Gadis. "Berapa usiamu, sayang?"

"19 tahun," kata Gadis, ikut tersenyum. "Maksudku, 19 tahun dalam beberapa hari lagi."

"Oh, ya?" tanya Eva, semangat. "Tanggal berapa kau berulangtahun?"

"31 Desember," jawab Gadis, ragu, menerbitkan senyuman canggung di wajahnya. Dia tak pernah nyaman jika membahas hari ulang tahunnya karena sejak dulu, keluarganya bukanlah tipe keluarga yang merayakan ulang tahun.

"Sekarang tanggal 30 Desember. Tunggu, kau akan berulangtahun besok?!" Hailey ikut semangat, tampak senang. "Aku merasa bahagia sekali jika ada yang berulangtahun. Mari kita rayakan besok, ya?"

Gadis tersenyum canggung, menggeleng. "Ulang tahun bukanlah tradisi yang biasanya kulakukan."

"Ah… sayang sekali," kata Eva, memasang wajah sedihnya. "Omong-omong, Aldric sudah memberitahuku negara asalmu, tapi aku tetap lupa."

"Indonesia," jawab Gadis, tersenyum.

"Indonesia? Dimana itu?" tanya Hailey, bingung.

"Kau tau Bali?" tanya Gadis, dibalas anggukan oleh Hailey dan Eva. "Bali adalah salah satu kota dari Indonesia."

Hailey dan Eva saling pandang, lalu ber-oh panjang sekali, mengetahui fakta baru yang mereka tak sangka-sangka.

"Kupikir, Bali adalah nama negara," ucap Eva. "Bali adalah tempat yang indah, aku pernah ke sana sebelumnya."

"Tak heran kau cantik, Gadis," kata Hailey. "Melihat Indonesia seindah itu, maka pasti orang-orangnya juga memesona."

"Aku tak cantik," kata Gadis. "Kalian jauh lebih cantik."

"Yang benar saja. Ketika aku pertama kali melihatmu, aku merasa insecure karena wajahmu tetap cantik meskipun dengan riasan yang tipis," ujar Eva.

"Sepertinya aku melewatkan obrolan seru," kata Ashley, baru saja memasuki dapur dengan satu tas besar berisi bahan makanan. "Apa yang sedang kalian bicarakan?"

"Kau lama sekali, Nona Johnson yang sebentar lagi akan berganti nama menjadi Nyonya Miller," kata Eva.

"Hey, bagaimana rasanya dilamar oleh Tuan Miller kita?" tanya Hailey, tertawa nakal. "Apakah kau menangis ketika dilamar olehnya?"

Ashley tersenyum, lalu menoyor jidat temannya itu satu persatu. "Ayo, kita mulai masak. Gadis, kau bisa memasak pasta? Para pria suka sekali pasta, terutama Matteo."

Gadis terdiam sejenak. "Bagaimana dengan spaghetti carbonara?"

GadiskuWhere stories live. Discover now