Chapter 07: Racism

17.3K 1.2K 55
                                    

MATTEO hanya bisa duduk di pojokan, menyibukkan diri dengan ponselnya. Meskipun gedung ini ramai dan semua orang tengah bersenang-senang, tapi tujuannya datang hanyalah memenuhi formalitas yang harus Gadis miliki untuk menghadiri pesta ini.

Dia juga bisa melihat dari sudut matanya, beberapa wanita muda mencuri pandang ke arahnya. Beberapa wanita yang saling bertabrak pandang dengannya pun memberikannya sapaan dan kedipan mata.

Ayolah. Dia merasa sudah tak memiliki harga diri di antara para bocah ini.

Matteo hanya bisa memandangi Gadis dari kejauhan. Dia tengah mengobrol dan tertawa bersama teman-temannya. Wajah galak itu benar-benar tampak jauh lebih baik jika dia sedang tersenyum. Sudut mata yang berkerut ketika dia tertawa itu jauh lebih menawan daripada senyuman milik para wanita yang di sekelilingnya.

Matteo bosan sekali. Jika tak menahan kantuknya, mungkin dia bisa tertidur di sini sekarang juga.

Matteo menutup matanya.

"Hey."

Matteo membuka matanya, terdiam sejenak. "Hey."

Wanita yang baru saja menyapanya itu tersenyum ramah, lalu duduk di sebelahnya. Dia mengenakan baju terusan ketat yang super minim, dengan bando kucing di atas kepalanya. Matteo akui, dia cantik dan seksi sekali. Namun, Matteo sudah sering melihat wanita yang modelannya seperti ini. Lagipula, dia takkan tergoda oleh anak kecil.

"Apakah kau menikmati pestanya?" tanya wanita itu, menyodorkan segelas minuman kepada Matteo.

Matteo hanya tersenyum ringan, menerima gelas tersebut. "Ya, kurang lebih seperti itu."

"Apakah kau pacar Gadis?" tanya wanita itu, menyesap segelas minuman miliknya. "Aku melihatnya datang denganmu tadi."

Matteo tertawa renyah. "Kami hanya berteman."

"Berarti, kau sendirian?" tanyanya, mengikis jaraknya dengan Matteo, lalu mengulurkan tangannya. "Stacy Clark."

"Matteo Adams," Matteo membalas uluran tangan Stacy. "Jadi, kau temannya Gadis?"

Stacy tersenyum. "Yah, kami berteman baik. Dia selalu menceritakan apapun padaku. Seingatku, dia menyukai Carlos. Itulah kenapa aku kaget ketika dia membawa pria lain ke pesta ini."

Matteo menyengir. Jika Gadis menceritakan segalanya, apakah Gadis juga bercerita ke Stacy mengenai Matteo yang menciumnya secara tiba-tiba?

"Kacamata itu cocok denganmu."

Matteo menyeringai. "Aku benci kacamata ini, tapi Gadis memaksaku untuk memakainya."

"Tapi, Tuan, menurutku, kau ini tampan," ujar Stacy, menggoda Matteo. "Apakah kau yakin kau sendirian?"

"Yah, sebenarnyaー"

"Bukankah yang kukatakan benar? Asia penyebar covid-19? Aku tak salah, bukan?"

Matteo menoleh ke arah suara yang cukup menyita perhatian semua orang di gedung ini.

Matteo mengernyitkan dahinya, ketika dia melihat pria itu tengah berdiri tepat di hadapan seorang wanita. Wanita itu lebih pendek darinya, mengenakan kostum yang sama dengan yang Matteo kenakan sekarang.

Wanita itu adalah Gadis.

"Kau tak seharusnya berada di pesta ini. Kau bisa menularkan virus kepada kami semua," ucap pria itu, mengikis jarak antara dirinya dengan Gadis. "Apalagi, dengan wajah konyol Asia seperti ini."

"Setelah pesta ini selesai, sebaiknya kau tak pulang ke rumahmu, tapi ke rumah sakit jiwa," Gadis terkekeh sinis. "Dan jangan lupa memungut bayaran kepada semua yang hadir di sini karena kau sudah menampilkan pertunjukan orang gila dengan gratis."

GadiskuWhere stories live. Discover now