Chapter 01: New Neighbor

64.6K 2.1K 36
                                    

"AH... sial," gumam Matteo dengan mata yang masih tertutup. Tangan kanannya berusaha meraba-raba meja kecil di sebelah tempat tidurnya. "Dimana benda itu?"

Setelah mengubah posisinya menjadi setengah duduk dan mendapatkan jam beker berbentuk kotak tersebut, Matteo itu melempar benda berbentuk kotak tersebut ke sembarang arah, lalu kembali menghempaskan tubuhnya untuk berbaring di atas kasurnya.

Drrt. Drrt.

Matteo berdecak sebal, menarik napasnya kasar, lalu mengubah posisinya menjadi duduk. Meski matanya masih tertutup, tangannya terulur untuk meraih remote dari penghangat ruangan yang sengaja dia letakkan di dekat bantalnya.

Matteo meraih ponselnya, lalu mengusap layarnya ke kanan.

"Ada apa?"

"Aku kaget karena kau menjawab teleponku dan tidak membanting ponselmu," kekeh Aldric, dari seberang sana.

"Kau tau kan, hari ini hari apa?" tanya Matteo, dingin. "Kau mengganggu Minggu pagiku, sialan."

"Justru karena aku tau hari ini hari apa," kata Aldric. "Ayo, bersepeda."

Matteo membuka matanya, mengedipkannya berulang kali untuk menetralkan pandangan yang masih kunang-kunang. Di depan cermin yang ada di depan tempat tidurnya, dapat dia lihat dirinya saat ini masih berwajah bantal dan rambut yang super kusut.

"Aku ingin bermalas-malasan hari ini," ujar Matteo. "Pinggangku sudah tamat kemarin karena seharian berada di depan laptop."

"Aku akan ke rumahmu dalam lima belas menit," ujar Aldric, lalu memutuskan teleponnya.

"Sudah kubilang aku ingin..."

Matteo menghela napasnya kasar, segera bangkit dari kasurnya. Matteo membuka gorden jendelanya, melemparkan pandangannya ke sebuah danau kecil yang tak jauh dari rumahnya.

Rumahnya ini terletak sedikit terpencil dari pusat kota San Fransisco, California, Amerika Serikat. Sebenarnya, perumahan ini dibuat khusus untuk para lansia, itulah kenapa perumahan ini sangat tenang. Matteo membayar lebih dari tiga kali lipat untuk mengambil salah satu rumah di lokasi ini. Itulah kenapa, semua tetangga Matteo adalah lansia.

Meskipun membutuhkan waktu hampir dua jam baginya menuju perusahaan di setiap pagi, tapi dia menyukai rumahnya dengan segala ketenangan dan kedamaian di sekitar rumahnya.

Sebelum Matteo hendak berjalan menuju kamar mandi, matanya tak sengaja menangkap selembar kertas yang ada di atas kasurnya.

Telepon aku. +17148******

Matteo merobek kertas itu menjadi dua, lalu menaruhnya di tempat sampah. Sudah pasti, kertas itu adalah milik wanita tadi malam. Beginilah yang terjadi tiap pagi jika pada malam harinya dia melakukan one night stand. Tiap wanita itu akan selalu tertarik padanya, sedangkan dia bahkan tak mengingat satupun dari mereka.

"Hey, Tuan Penjahat Kelamin! Apakah kau sudah siap?"

Matteo, yang baru saja selesai menyikat giginya dan hendak berpakaian, lantas terlonjak dan mengumpat karena suara Aldric yang mengagetkannya.

"Hey, Tuan Berwajah Tampan! Ayo, pergi!"

"Diamlah dan tunggu di luar," sahut Matteo, sedikit berteriak. "Lagipula, berhenti masuk rumahku seenaknya."

Pria ini, Aldric, merupakan teman dekat Matteo sejak masih berada di bangku sekolah. Pria ini sepantaran dengannya, tapi berbeda dengannya, Aldric sudah memiliki pacar. Pacarnya yang bernama Ashley itu pun adalah teman dekat Matteo.

Tak seperti Aldric, Matteo belum memiliki seseorang seperti itu. Meskipun tiap minggunya dia tidur dengan wanita yang berbeda, tapi tak satupun dari mereka menarik di mata Matteo sehingga bisa mengambil hatinya.

Lelaki berusia 27 tahun ini menghabiskan hampir seluruh waktunya untuk bekerja. Mungkin, terakhir kali Matteo berpacaran adalah 10 tahun yang lalu, ketika dia masih duduk di bangku sekolah. Matteo memiliki fisik yang memikat banyak wanita. Namun, Matteo bukanlah tipe orang yang mudah untuk jatuh cinta.

"Kau tidur dengan siapa lagi tadi malam?" tanya Aldric, menggiring sepeda yang akan dia gunakan. "Seseorang yang kau temui di bar?"

"Jangan bodoh," kata Matteo, menggiring sepedanya, melakukan hal yang sama dengan yang Aldric lakukan. "Aku sudah bilang, aku tak mau tidur dengan wanita yang kutemui di bar lagi."

"Lalu?"

"Rekan kerjaku. Yah, aku bahkan tak ingat siapa namanya."

Aldric menghela napasnya. "Dasar bodoh."

Tanpa sengaja, pandangan Matteo jatuh kepada sebuah rumah tak jauh dari rumahnya. Rumah itu adalah rumah yang selama ini selalu kosong, tapi yang kini dia lihat adalah seorang perempuan yang sibuk menata berbagai macam bunga di teras rumahnya.

Matteo mengernyitkan dahinya.

"Kau memandanginya seperti singa yang akan memangsa anak itik," ujar Aldric. "Apa yang kau lihat?"

"Bukankah dia baru di sini?" tanya Matteo.

"Seharusnya, aku yang bertanya padamu," kata Aldric, memasang helmnya. "Sepertinya, dia orang Asia."

"Kupikir juga begitu."

"Bukankah kau beberapa kali tidur dengan orang Asia? Menurutmu, darimana dia berasal?"

"Yang pasti bukan China, Jepang, ataupun Korea."

"Yah, Benua Asia tak hanya memuat negara-negara itu, sih," kata Aldric.

Matteo pun mengalihkan pandangannya kembali ke depan, lalu menaiki sepedanya. "Ayo, pergi."

Dari yang Matteo ketahui, rumah itu tak pernah dihuni sebelumnya. Lantaran terlalu mungil dan diperuntukkan kepada satu orang, maka tak ada yang mengambil rumah itu karena seperti yang kita tau, perumahan di sekitar sini dihuni oleh para lansia yang sudah pasti membutuhkan rumah besar minimal untuk dua orang.

Yang membuat Matteo heran adalah bagaimana bisa perempuan muda sepertinya mengambil rumah di sini? Bukankah perumahan ini diperuntukkan untuk lansia? Apakah dia juga membayar lebih untuk tinggal di sini, seperti yang Matteo lakukan?

Meskipun Matteo tinggal sendiri bersama Bubba, anjing peliharaannya, tapi dia pun mengambil rumah yang lumayan besar. Menurutnya, rumah mungil di sebelahnya ini memang cocok dihuni oleh anak muda yang masih sibuk menempuh pendidikan dan hanya menjadi tempat beristirahat saja.

Apakah perempuan itu baru saja pindah hari ini?

--------------------------------
   

🥺❤

GadiskuWhere stories live. Discover now