Chapter 02: Grumpy Girl

33.2K 1.9K 81
                                    

MATTEO mengeringkan rambutnya di tepian tempat tidur, sembari membaca buku yang saat ini ada di dekatnya. Akibat Aldric sialan itu, dia kehilangan hari liburnya seharian dan besok dia sudah mulai bekerja kembali.

"Benar-benar hari yang membosankan bukan, Bubba?" tanya Matteo, menoleh ke arah anjing kesayangannya yang berjenis poodle, Bubba. Anjing berwarna cokelat itu pun berlari menghampiri Matteo, ketika tau pria itu tengah berbicara dengannya.

Matteo pun melebarkan lengannya, membiarkan Bubba masuk ke pelukannya.

Ting tong.

Matteo mengangkat alisnya, saling tatap dengan Bubba. Jam dinding menunjukkan pukul delapan malam. Siapa yang datang bertamu selarut ini?

Apakah perempuan muda yang menjadi tetangga barunya itu? Bertamu untuk berkenalan dengan tetangganya?

Matteo pun keluar dari kamarnya, berjalan menuju pintu depan.

"Halo, Tuan Adams," sapa Nyonya Grier, tersenyum manis. "Ah, apakah kau sudah tertidur? Apakah aku mengganggumu?"

Matteo tersenyum, menggeleng. "Aku belum tertidur, Nyonya Grier. Uhm... ayo, masuk."

"Tidak, tidak. Aku ke sini hanya ingin mengantarkan setoples biskuit jahe ini untukmu," ucap Nyonya Grier menyodorkan setoples biskuit jahe yang dia maksud. "Aku sedang belajar membuat kue dan biskuit. Aku ingin kau menyicipi masakanku."

"Oh... kau baik sekali," Matteo tersenyum senang, menerima toples yang Nyonya Grier sodorkan. "Jika aku belajar memasak, aku akan membalasmu."

"Aku akan menantikan itu," Nyonya Grier tertawa. "Apakah Gadis adalah kenalanmu? Maksudku, karena hanya kalian berdua yang masih muda di sekitar sini dan kebetulan dia mengambil rumah di dekatmu, kupikir kau yang merekomendasikan perumahan ini kepadanya."

Matteo mengernyitkan dahinya. "Gadis?"

Nyonya Grier ikut mengernyitkan dahinya, bingung. "Kau bahkan tak mengenalinya? Tetangga baru kita?"

Gadis? Nama macam apa itu?

"Aku belum berkenalan dengannya," Matteo tersenyum canggung. "Mungkin, nanti aku akan mencoba mendatanginya dan menyapanya."

"Ya. Lagipula, dia adalah anak yang baik," Nyonya Grier tersenyum. "Oh, ya, aku harus pergi. Maaf karena mengganggu waktumu. Selamat malam."

"Selamat malam."

Matteo menutup pintunya, berjalan menuju kamarnya kembali dengan alis yang bertaut.

Gadis? Kenapa lebih terdengar seperti sebuah kaset di kepalanya? Selama 27 tahun Matteo tinggal di Amerika, dia tak pernah mendengar nama seperti itu sebelumnya.

Matteo pun meletakkan toples kaca tersebut di atas mejanya, lalu mematikan lampu kamarnya. Sepersekian detik, dia menghempaskan tubuhnya ke atas pulau kapuk, mulai menutup matanya untuk menuju bunga tidur.

Ting tong.

Belum satu jam Matteo tertidur, suara bel rumahnya mengusik tidurnya dan membangunkannya. Matteo berdecak sebal, sedikit bingung dengan apa yang sedang terjadi. Sejujurnya, Matteo paling tak suka jika ada yang mengganggunya ketika tertidur. Itulah kenapa dia selalu membeli jam beker tiap minggunya, karena jam beker itu kerap rusak karena dia banting pada pagi harinya.

Ting tong.

Matteo lagi-lagi berdecak kesal, lalu bangkit dari tempat tidurnya. Usai menyalakan lampu kamarnya, dia pun berjalan keluar dari kamarnya menuju pintu depan.

Matteo mengernyitkan dahinya ketika dia membuka pintu dan melihat seorang wanita muda tengah berdiri di hadapannya, dengan piyama tosca yang dia kenakan.

"Kau lama sekali membuka pintunya," ujarnya, tampak kesal.

Matteo membuka mulutnya, tak menyangka dengan apa yang baru saja dia dengar. Bisa-bisanya perannya baru saja diambil? Bukankah dia yang seharusnya marah di sini?

"Nona, kau harus tau ini pukul berapー"

"Kau lihat ini," Dia menunjukkan sebuah testpack di depan wajah Matteo. Ada tulisan pregnant di layar testpack tersebut, membuat Matteo mematung untuk sejenak.

Bukankah dia ini adalah tetangga baru Matteo? Apakah dia pernah tidur dengan wanita ini sebelumnya? Sial, jika benar, dia bahkan tak mengingat apapun.

"Apakah itu bayiku?"

Perempuan itu mengernyitkan dahinya. "Apa?"

"Apakah aku pernah tidur denganmu tanpa kontrasepsi?" tanya Matteo lagi, memperjelas pertanyaannya sebelumnya.

Perempuan itu terkekeh mentah, tampaknya tak menyukai pertanyaan Matteo barusan. "Ini testpack anjing."

Matteo yang semula menegang karena dia berpikir rasanya terlalu cepat jika dia harus menjadi ayah sekarang, lantas mengubah mimik mukanya menjadi bingung.

"Anjing nakalmu menghamili anjingku," tambahnya.

Matteo terdiam sejenak. Sepersekian detik, tawanya meledak. Gelak tawanya ini bisa saja mengganggu tetangga sekitar, tapi dia benar-benar tak tahan. Bisa-bisanya perempuan aneh di hadapannya ini datang dengan wajah galak hanya untuk memberitahu bahwa Bubba baru saja menghamili anjingnya.

"Apa ini? Scene dari film The Choice?" tanya Matteo. "Kau Gabby dan aku Travis."

Gadis terkekeh remeh. "Kau bukan Travis dan aku pun takkan pernah menjadi Gabby," ujarnya, sinis. "Sekarang, pikirkan apa yang bisa kau lakukan, Paman. Ini kesalahan anjingmu."

Matteo mengernyitkan dahinya. "Apa katamu? Paman?"

"Apa yang akan kau lakukan atas kesalahan anjingmu?"

"Tapi, ini bukan kesalahanku, bukan?" kata Matteo, tersenyum miring. "Lagipula, kau seharusnya bersyukur karena mendapatkan bibit bagus dari anjingku."

"Kau harus membiayai apapun yang berkaitan dengan kandungan Jessie," ucapnya. "Uangku hanya cukup untuk membiayai kehidupan dan pendidikanku. Semuanya takkan jadi berat jika anjingmu tak menghamili anjingku."

"Jangan berkata seolah-olah anjingku adalah penjahat kelamin yang memperkosa anjingmu," ucap Matteo. "Mereka melakukannya atas dasar saling suka."

Perempuan itu pun memutar kedua bola matanya malas, kemudian berjalan pergi, meninggalkan Matteo.

Hanya itu? Tanpa sapaan? Perkenalan? Permintamaafan karena sudah mengganggu jam tidur Matteo? Ucapan selamat malam? Wanita itu hanya pergi berlalu dengan wajah kesal?

Benar-benar menarik.

"Hey," panggil Matteo, setengah berteriak, membuat perempuan itu menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang. "Namamu Gadis, bukan?"

Gadis tak menjawab apa-apa, melanjutkan langkahnya, meninggalkan Matteo yang memandanginya dari ambang pintu rumah pria itu.

Sungguh, darimanakah wanita galak ini berasal?

GadiskuWhere stories live. Discover now