Chapter 36: Rose's Refusal

8.3K 681 13
                                    

SUDAH dua bulan berlalu sejak musim panas itu. Selama kurang lebih hampir setahun bersama, Matteo dan Gadis sudah melewati musim demi musim bersama. Munafik jika mereka bilang tak ada masalah di antara mereka berdua. Masalah demi masalah bermunculan satu persatu, menghantam hubungan mereka.

Belum lagi, Gadis adalah wanita keras kepala dan sebenarnya, sedikit sulit bagi Matteo untuk bersabar menghadapi tingkah lakunya. Namun, setidaknya, keduanya selalu berhasil mengatasi permasalahan mereka dengan baik. Sebenarnya, tak ada hubungan yang tak memiliki masalah. Semuanya tergantung bagaimana keduanya sama-sama mau berjuang.

Hari ini, Matteo dan Gadis kedatangan tamu istimewa. Ibu dari Matteo akan datang berkunjung ke rumah mereka. Selain urusan keluarga, dia pun hendak berkenalan dengan pasangan Matteo yang selama ini hanya bisa berbicara dengannya di telepon.

Gadis menilai, ibu dari Matteo, Nyonya Rose Adams adalah wanita yang sangat ramah dan penyayang, dia bisa menilai itu dari bagaimana keduanya berbicara di telepon. Nyonya Rose Adams pun adalah orang yang mudah berbaur dan nyambung ketika mengobrol. Itulah kenapa, Gadis merasa sangat semangat hari ini dan bangun pagi sekali untuk merapikan rumah, menyiapkan makanan, dan lain-lain.

Ting tong.

"Hey, yaampun, bagaimana mungkin kau masih tidur? Lihat, ibumu sudah tiba," ujar Gadis mengguncang tubuh Matteo yang masih terbaring pulas di atas tempat tidur. "Ayo, bangun. Kau sudah kubangunkan daritadi, tapi kau tetap tak mendengarkanku."

Matteo pun membuka matanya, lalu mengubah posisinya menjadi duduk. "Duluan saja, aku akan menyusulmu nanti."

Gadis pun segera keluar dari kamar, lalu berjalan menuruni anak tangga. Perasaannya campur aduk, senang, khawatir, dan antusias. Dia tak sabar untuk berkenalan lebih jauh dengan Rose Adams, ibu dari Matteo, ibu dari pria yang dia cintai.

Gadis membuka pintu depan, menampakkan seorang wanita dengan pakaian berwarna cokelat muda. Wanita itu berambut blonde sebahu dan riasan tipis. Wanita ini cantik sekali dan mirip sekali dengan Matteo.

Wanita itu pun mengangkat sebelah alisnya. "Kau... Gadis?"

Gadis mengangguk, tersenyum. "Hai, Nyonya Adams."

Alih-alih langsung membalas senyuman Gadis, Rose justru memandangi Gadis dari ujung kaki sampai ujung kepala dengan wajah datar.

"Maaf, Nyonya?"

Rose pun terbuyar akan lamunannya, lalu tersenyum tipis. "Halo."

Wanita itu pun memasuki rumah ini setelah meletakkan sepatunya di rak sepatu dengan rapi. "Dimana Matt?"

"Dia sedang mandi," jawab Gadis. "Kau ingin secangkir teh, Nyonya Adams?"

Rose mengernyitkan dahinya. Teh? Kenapa dia harus meminum teh sepagi ini? Entahlah, banyak orang sini yang juga seperti itu. Namun, Rose selalu menormalkan bahwa teh biasanya diminum pada sore hari, saat jam minum teh, bukan pada waktu biasa.

"Tidak, terima kasih," kata Rose, tersenyum, menjatuhkan tubuhnya ke atas sofa abu-abu yang ada di ruang tengah.

"Hey, Bu," sapa Matteo tersenyum, berjalan ke arah Rose lalu mencium pipi wanita tersebut. "Bagaimana kabarmu?"

"Aku baik, sayang," Rose tersenyum. "Bagaimana dengan kalian? Apakah kalian baik-baik saja?"

Matteo merangkul pundak Gadis, tersenyum. "Kami baik-baik saja."

"Tubuhmu tampak lebih subur daripada biasanya, Matt," ucap Rose. "Apakah karena kau selalu meminum teh di pagi hari?"

Matteo mengernyitkan dahinya. "Teh? Apa maksudmu?"

GadiskuWhere stories live. Discover now