Chapter 29: What Are They Doing?

9K 736 1
                                    

GADIS tersenyum senang, melihat Aldric dan Ashley yang tertawa bersama. Ashley tampak cantik sekali dengan gaun putih dan rambut blondenya yang ditata tapi, dilapisi oleh veil yang transparan. Aldric pun tampak keren sekali. Gadis sempat merasa terharu ketika Aldric menangis melihat Ashley yang berjalan ke altar pernikahan bersama ayahnya.

Dari cerita Matteo dan teman-temannya pun, Aldric dan Ashley memang sudah berpacaran sejak lama dan Gadis bisa melihat dengan jelas betapa Aldric mencintai Ashley. Mereka pun tampak bisa saling melengkapi, dengan sifat Aldric yang sedikit kekanakan dan Ashley yang lebih dewasa, mereka berdua pasti bisa menjadi pasangan yang cocok.

Gadis menikmati acara ini. Hanya ada satu yang sedikit mengganggu pikirannya.

Ashley memiliki satu teman dekat bernama Abigail. Wanita itu cantik sekali, senyumannya menawan, matanya indah. Gadis bisa melihat dengan jelas betapa wanita itu sangat tertarik kepada Matteo. Namun, sebelum itu, hubungan apa yang ada di antara keduanya? Apakah mereka berdua pernah sempat memadu kasih?

Matteo pun bersikap ramah kepada Abigail sepanjang acara, mereka tampak tak terlalu dekat, tapi entah kenapa, posisi di antara Matteo dan Abigail sedikit berbeda dengan posisi di antara Matteo dan teman-teman perempuan lainnya seperti Eva, Hailey, dan lain-lain.

"Kau menikmati acaranya?"

Gadis terbuyar dari lamunannya. Matteo yang baru saja mengambil posisi dan duduk di sebelah Gadis, lantas menaikkan sebelah alisnya melihat gelagat aneh yang baru saja Gadis berikan.

"Apa yang sedang kau pikirkan?" tanya Matteo.

"Tak ada," jawab Gadis bangkit dari duduknya. "Ah, ya. Sudah jam sembilan malam. Aku ingin pulang."

"Pulang? Apakah kau tak mendengar permintaan Ashley tadi?" tanya Matteo, membuat langkah Gadis terhenti dan menoleh ke arahnya. "Dia ingin kita tetap berada di sini malam ini. Ayolah, jangan membuatnya kecewa."

Gadis menyipitkan matanya, berjalan kembali menuju Matteo. "Benarkah?"

Matteo tersenyum. "Ya."

Aldric dan Ashley menggelar acara pernikahan mereka di rumah baru mereka, yang lokasinya lumayan jauh dari perumahan Matteo dan Gadis. Rumah sebesar ini baru dihuni oleh mereka berdua karena kata Aldric, mereka belum sempat mencari asisten rumah tangga dan koki untuk dipekerjakan di rumah baru mereka. Itulah kenapa, malam ini Ashley meminta teman-temannya untuk menginap di sini saja. Selain itu, acara mereka pun baru selesai pada malam hari dan akan lebih baik jika mereka pulang besok pagi saja.

"Aku suka gaunmu," ujar Matteo menyandarkan tubuhnya ke kepala sofa. Saat ini, mereka sedang ada di rooftop. Sofa-sofa dan meja yang menumpu lilin di tengahnya ini dikelilingi oleh tanaman yang dibentuk dengan pola menarik.

"Gaun yang mana?" tanya Gadis. "Aku memakai dua gaun hari ini. Gaun bridesmaid dan gaun after party."

"Keduanya," jawab Matteo mendongakkan kepalanya ke atas, memandangi bintang-bintang. "Sepertinya, semesta memberkati pernikahan Aldric dan Ashley. Langit malam ini sangat cerah."

Gadis ikut mendongak ke atas. "Darimana kau tau kalau malam ini cerah? Semuanya hanya gelap."

Matteo tersenyum ringan. "Jika kau bisa melihat ada banyak bintang yang bertaburan, maka langitnya cerah."

Gadis terkekeh, bangkit dari duduknya. "Baiklah, baiklah. Aku akan mandi dan tidur."

Gadis pun berlalu, meninggalkan Matteo di rooftop untuk masuk ke dalam rumah yang lebih hangat. Meskipun ini adalah bulan Mei dan hawa dari musim semi seharusnya sedikit panas, tapi malam ini cukup dingin bagi Gadis.

"Hey, Gade," sapa Hailey tersenyum ke arah Gadis yang baru saja turun dari tangga dan menginjakkan kaki di lantai satu. Wanita itu baru saja menuangkan anggur ke gelasnya. "Kau ingin minum bersamaku?"

Gadis tersenyum, menggeleng. "Aku lelah sekali dan sepertinya aku akan tidur lebih awal."

"Ah, sayang sekali," ujar Hailey. "Omong-omong, kau akan kemana? Kau takkan pulang, kan?"

Gadis terkekeh. "Aku hanya ingin mengambil laptopku dari mobil. Aku takkan pulang."

Hailey mangut-mangut.

"Oh, ya, kau sempat mengatakan kepada kami pada Februari lalu bahwa kau tak bisa tidur tanpa piyama, bukan?" Hailey meraih sesuatu dari tas belanjaannya yang ada di bawah kursi bar. "Aku membelikanmu piyama, baru saja. Aku dan Leo keluar mencari hadiah pernikahan untuk Ashley, jadi kubelikan ini sekalian untukmu."

"Kau tak seharusnya repot begini," ucap Gadis, tak enak. "Hailey, dengarkan aku. Lain kali jangan begini, oke?"

Hailey tertawa. "Aku tak sengaja melihatnya dan kupikir warnanya cocok untukmu, jadi aku membelinya. Tak perlu sungkan padaku. Oh, ya, Ashley bilang, kamarmu ada di lantai dua, yang paling ujung, Gade."

Gadis akui, teman-teman Matteo semuanya bersikap baik kepadanya, tak ada yang tidak baik. Terutama para wanita. Mereka cantik dan terpelajar, tapi benar-benar bersikap baik kepada Gadis. Tak ada satupun dari mereka yang membuat Gadis merasa tak nyaman, kecuali perilaku mereka yang terlalu baik. Itulah kenapa, akhir-akhir ini, Gadis semakin dekat kepada circle pertemanan Matteo. Mereka tau caranya membuat Gadis nyaman.

Sekarang sudah masuk pertengahan bulan Maret. Sejak Gadis menghabiskan waktunya untuk ikut berlibur bersama Matteo dan teman-temannya pada musim dingin waktu itu, Gadis menjadi sangat dekat dengan mereka. Bahkan, Gadis seringkali keluar bersama Hailey, Eva, dan Ashley ke tempat manapun yang mereka sukai.

Bisa dibilang, hubungan Gadis dan Matteo pun semakin dekat, sejak itu. Tak seperti dulu yang kerap berkelahi asal bertemu, kali ini Gadis dan Matteo jauh lebih dekat dan lebih sering menikmati waktu bersama dengan menonton film bersama, mengadakan konser dadakan di rumah Matteo, dan bermain dengan anjing mereka bersama. Hubungan mereka sudah jauh lebih baik.

Namun, Gadis merasa perasaan Matteo begitu saja. Matteo memang pernah memberitahu Gadis mengenai perasaannya, tapi Gadis merasa, perasaan Matteo hanya jalan di tempat. Gantung. Gadis pun tak tau harus melakukan apa. Ditambah lagi, Gadis sendiri pun sebenarnya bingung dengan perasaannya sendiri.

Di satu sisi, dia merasa senang jika berada di dekat Matteo. Pria itu tau caranya membuat Gadis nyaman. Namun, di sisi lain, Gadis tak tau pasti, rasa senang ini disebabkan oleh apa. Apakah Gadis hanya menikmati waktu yang mereka habiskan bersama karena Matteo memang teman yang baik atau ada alasan lainnya?

Usai mandi, mengeringkan rambutnya, dan mengerjakan tugas kuliahnya di laptop, Gadis pun mematikan lampu tidurnya, lalu membaringkan tubuhnya. Dia mencoba untuk menutup kedua matanya.

Semenit.

Lima menit.

Sepuluh menit.

Gadis mengubah posisinya menjadi duduk. "Sial. Aku melupakan ponselku di rooftop."

Gadis pun bangkit dari tempat tidurnya, menyalakan lampu tidur yang ada di sebelah kasurnya. Usai menjepit asal rambutnya, Gadis pun segera keluar dari kamarnya dan berjalan menaiki anak tangga menuju rooftop.

Baru saja Gadis melangkahkan kakinya di anak tangga terakhir sebelum lantai atas, dia sudah dikejutkan oleh pemandangan yang tak mengenakkan di pandang oleh matanya.

Matteo dan Abigail. Bagaimana mungkin kedua wajah mereka bisa sedekat itu sekarang?

GadiskuWhere stories live. Discover now