Chapter 28: Lodging House

8.6K 768 3
                                    

GADIS membuka matanya pelan, kemudian mengerjapkan matanya berulang kali untuk menetralkan pandangannya. Dari posisinya, dia dapat melihat mantelnya yang digantung di stand hanger, di sudut ruangan.

Gadis menautkan alisnya, lalu mengubah posisinya menjadi duduk. Dia terdiam cukup lama, mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi tadi malam. Maksudnya, dia sekarang tidak berada di villa, melainkan di sebuah kamar yang dia tak tau dimana.

"Apa yang kau pikirkan?"

Gadis terlonjak kaget, spontan menengok ke arah sumber suara. Gadis dapat melihat seorang pria yang tengah duduk di sudut ruangan dengan makanan yang ada di atas mejanya.

"Kau sudah merasa baikan?" tanya Matteo bangkit dari duduknya dan berjalan menuju tempat tidur Gadis, lalu menempelkan telapak tangannya di dahi wanita tersebut. "Yah, setidaknya, kau jauh lebih baik."

"Dimana ini?" tanya Gadis.

Matteo pun berjalan menuju kursinya kembali, melanjutkan makannya. "Di sebuah penginapan."

Gadis mengernyitkan dahinya, terdiam sejenak. "Tunggu sebentar. Apa yang terjadi tadi malam? Kenapa kita tidak berada di villa?"

"Apakah kau melupakan kejadian tadi malam?" tanya Matteo, mengunyah makanannya.

Gadis masih mengernyitkan dahinya. "Maaf?"

"Kemari, duduk di sini. Kau harus makan," ujar Matteo menunjuk kursi di hadapannya dengan dagunya.

Gadis pun bangkit dari posisinya, meskipun masih sedikit sempoyongan, lalu duduk di kursi yang ada di hadapan Matteo. "Kejadian apa?"

Matteo tetap mengunyah makanannya dalam diam, mengukir senyuman nakal.

"Tunggu. Kau tak melakukan hal bodoh padaku, bukan?" tanya Gadis, tampak khawatir.

Matteo mengangkat bahunya sambil menahan tawa. "Bagaimana menurutmu?"

"Ah, tidak mungkin," Gadis memegangi kepalanya dengan kedua tangannya. "Tak mungkin aku memberikan pertamaku untukmu."

Matteo mengangkat sebelah alisnya. "Maaf? Pertamamu?"

Gadis hanya diam. Sepersekian detik, wajah itu merah merona, malu.

Matteo tertawa keras.

"Hentikan tawamu atau aku akan menyumpal mulutmu dengan benda ini," ujar Gadis memegang vas bunga kecil yang ada di atas meja, di hadapan mereka berdua.

"Maafkan aku," Matteo masih tertawa, memegangi perutnya. "Aku tak melakukan apapun padamu, nona muda. Apa yang harus kau takutkan?"

"Kau berkata jujur, bukan?" tanya Gadis. "Maksudku, kau kan serigala."

"Dengar, aku memang serigala tapi aku tak bodoh," jawab Matteo. "Meskipun sulit bagiku untuk menahan diri semalaman."

Gadis meraih sendok dan garpunya, lalu mulai menyendok makanannya, tak membalas apa-apa lagi.

"Kau tak ingin tau kenapa kita ada di sini?" tanya Matteo.

Gadis menggeleng, tetap melanjutkan makannya.

Matteo tertawa. "Aku akan tetap menceritakannya agar kau tak salah paham."

Gadis menoleh ke arah Matteo, menunggu kelanjutan dari ucapan Matteo.

Matteo menyengir. Lihatlah dia. Dia bilang dia tak penasaran, tapi nyatanya dia sangat transparan.

"Kau ingat kan, semalam kau demam dan aku harus menggendongmu?" tanya Matteo dibalas anggukan oleh Gadis. "Ponselku mati dan aku lupa jalan pulang ke villa. Aku menemukan penginapan ketika aku sedang mencari jalan pulang, jadi kupikir, lebih baik kita menginap saja. Maksudku, cuaca dingin sekali dan jika kau tak segera beristirahat, demammu akan semakin parah."

Gadis mendengarkan dengan tenang, lalu terdiam sejenak. Matanya tak sengaja menangkap beberapa obat yang ada di atas meja televisi. "Kau yang membeli itu?"

Matteo mengangguk.

"Aku akan mengganti uangmu ketika kita sudah sampai di villa," ucap Gadis.

"Aku bahkan tak tau berapa harga sebenarnya dari obat itu," kata Matteo. "Dompet dan uangku tertinggal di villa."

Gadis mengerutkan dahinya. "Lalu, bagaimana caramu membeli obat itu?"

"Aku melakukan barter dengan si pemilik penginapan ini," balas Matteo. "Aku memintanya untuk memberikan penginapan selama satu hari dan uang untuk membeli obat."

"Dan dia mau?"

"Tentu saja dia mau," Matteo menyeringai. "Aku mengorbankan jam tanganku yang bahkan bisa menyewa lebih dari sepuluh kamar di penginapan ini."

Gadis melebarkan matanya. "Kau barter dengan jam tanganmu?"

"Lagipula, jam itu bukan edisi terbatas. Aku masih bisa membelinya lagi jika aku mau."

Gadis terdiam, kali ini sangat lama. Apa yang harus dia lakukan?

"Cepat selesaikan makananmu. Aku sudah meminjam charger tadi malam dan menelepon Aldric untuk menanyakan jalan pulang."

"Maaf karena aku sudah merepotkanmu," ujar Gadis, dengan wajah bersalah.

Matteo menahan tawanya. "Baiklah, baiklah."

Gadis kembali menyendok makanannya. Matteo yang baru saja selesai meneguk air mineralnya dan sudah menyelesaikan makanannya, lantas menopang dagunya dan memperhatikan Gadis.

Kenapa wanita ini lucu sekali?

"Hey," panggil Matteo, membuat Gadis menoleh ke depan. "Ashley ingin kau menjadi salah satu dari bridesmaidnya."

Gadis mengernyitkan dahinya. "Bridesmaid?"

"Ya," balas Matteo, bangkit dari duduknya. "Kau sudah pernah menjadi bridesmaid sebelumnya?"

Gadis mengangguk. "Ketika kakak perempuanku menikah."

"Benarkah?" Matteo menyengir. "Bagaimana? Kau akan menerima tawaran Ashley?"

Gadis terdiam sejenak, cukup lama. "Tak ada yang bisa kulakulan selain menyetujuinya."

GadiskuKde žijí příběhy. Začni objevovat