Chapter 23: Songs In The Car

10.6K 788 10
                                    

GADIS hanya bisa diam memandangi luar jendela, sembari melipat kedua tangannya di depan dada. Kenapa dia bisa disini?

Semua ini karena Aldric dan Ashley yang kemarin mendatangi rumahnya dan mengajaknya berkenalan. Mereka bercerita bahwa mereka akan menikah, itulah kenapa mereka ingin berlibur bersama teman-teman dekat mereka, sekalian mengadakan groom bridal shower.

Aldric mengatakan bahwa jika Gadis tak ikut, maka Matteo akan merasa sedih. Gadis sudah mencoba untuk menolak ajakan Aldric dan Ashley sebisanya, tapi akhirnya, dia kalah juga karena dua sejoli itu benar-benar ingin Gadis ikut.

Ada empat mobil yang berjalan beriringan menuju villa milik Aldric dan Ashley di dekat bukit. Ada empat pasangan yang ikut acara ini, termasuk Matteo dan Gadis, yang mereka hitung sebagai pasangan.

Sejak Matteo menyampaikan isi hatinya kepada Gadis malam itu, Gadis tak bisa menjawab apa-apa. Mereka pun hanya bisa saling diam, saling canggung, dan pulang ke rumah, setelah menelepon pasangan kencannya masing-masing untuk pulang sendiri-sendiri saja. Bahkan, Matteo dan Gadis tak berbicara selama perjalanan pulang, di dalam mobil Matteo.

"Hey, sampai kapan kau mau diam mematung seperti itu?" tanya Matteo dengan kedua tangan yang ada pada stir dan menatap lurus ke depan. "Seperti boneka salju."

Gadis yang duduk tepat di sebelah Matteo, menoleh ke arah Matteo sekilas, lalu kembali memandang ke luar jendela. "Aku tak suka berada disini."

Matteo menyeringai. "Kau pikir, aku suka kau ada disini?"

Gadis mengangkat bahunya. "Aldric bilang, kau akan sedih jika aku tak ikut."

Matteo tertawa mentah. "Maaf? Siapa yang akan sedih jika siapa tidak ikut?"

"Kau akan sedih jika aku tak ikut," kata Gadis, memperjelas.

Matteo tertawa lagi. "Jangan konyol. Aku akan baik-baik saja jika kau tak ikut. Aku bisa mengajak wanita lain, jika aku mau."

Gadis mencibir kesal. "Kau bilang kau menyukaiku."

"Kenapa kau tiba-tiba membahas itu," Matteo mendesah kesal. "Hey, semua orang yang ikut berlibur ini adalah orang dewasa. Kau tak masalah akan hal itu, anak kecil?"

"Tentu saja aku tak nyaman," kata Gadis. "Aku sudah dewasa, tapi bayangkan disaat semuanya adalah paman dan tante, aku hanyalah wanita muda yang lugu."

"Apa katamu?" Matteo menyengir. "Paman dan tante?"

Gadis mengangguk.

"Jangan berani-berani mengatakan itu di depan mereka jika kau masih ingin hidup," ucap Matteo.

"Kenapa aku masih hidup meskipun aku mengatakannya di depanmu?"

"Lihat? Kau cari orang sebaik diriku dan kau takkan menemukannya," ujar Matteo, menyeringai.

Gadis mencibir.

"Harusnya kau tolak saja permintaan Aldric dan Ashley jika kau memang tak mau ikut," ujar Matteo.

"Aku sudah menolaknya. Namun, mereka tetap memohon kepadaku sehingga aku tak bisa melakukan apapun selain menyetujuinya."

Matteo menghela napasnya kesal. Dua sejoli itu memang menyebalkan sekali, itulah kenapa mereka berdua cocok dan akan menikah.

"Ada empat pasangan yang mengikuti acara ini. Kau sudah tau, kan?" Matteo mengganti topik obrolan mereka. "Ada Leo dan Hailey, lalu Robert dan Eva. Leo dan Robert adalah teman dekatku dan Aldric sejak kami masih sekolah."

"Bagaimana dengan Eva dan Hailey? Apakah mereka juga temanmu?"

"Ya, siapapun yang menjadi pacar temanku juga menjadi temanku," ujar Matteo. "Meskipun Leo, Robert, Aldric, dan Ashley berusia 27 tahun sama sepertiku, tapi Eva dan Hailey masih berusia 24 tahun."

"Tetap saja, mereka lebih tua daripada aku, Paman," kata Gadis.

"Setidaknya, mereka masih memiliki sisi kekanakan dan keras kepala yang sama sepertimu," ucap Matteo. "Sebenarnya, ada atau tidaknya acara groom bridal shower, kami selalu berlibur setiap akhir tahun dan mengajak pasangan masing-masing."

Gadis menyengir. "Lalu, kau mengajak siapa tahun lalu, Paman?"

Matteo mengangkat bahunya. "Tergantung dengan siapa aku berkencan pada malam natal."

"Kau memang serigala."

"Jangan menyalahkanku seperti itu. Hal ini juga terjadi pada Leo dan Robert pada tahun-tahun sebelumnya, terutama Leo," ujar Matteo. "Kau menyebutku serigala, tapi kau harus bertemu dengan Leo. Dia bahkan lebih buas daripada aku."

Gadis terdiam sejenak, lalu menyeringai. "Kenapa pria tak cukup dengan satu wanita?"

Matteo terdiam sejenak, mencerna pertanyaan Gadis dengan baik. "Pertanyaan yang bagus."

"Kau tak tau jawabannya?"

Matteo menggeleng. "Aku akan menjawabnya nanti, jika aku sudah menemukan jawabannya."

Tangan Matteo pun terulur untuk menyalakan musik, meraih hapenya untuk menyambungkan dua perangkat itu. Setelah membuka playlist yang berjudul Old But Gold itu, jarinya pun menggulir layarnya ke atas, mencari lagu yang tepat untuk mengisi atmosfir mobil di cuaca yang dingin ini.

Jarinya pun terhenti di satu lagu, memencet lagu tersebut, dan melodi dari lagu itupun mulai berputar di dalam mobilnya.

Maybe It's You - The Carpenters ♬

"Kau tau lagu ini, kan?" tanya Matteo.

Gadis mengangguk. "Lagu itu salah satu masterpiece milik The Carpenters, menurutku."

"Kau tau maksud lagunya?"

"Yah, hanya tentang seorang wanita dan pria yang saling mencintai dan tengah berada di tepi lautan," kata Gadis. "Kebanyakan dari lagu The Carpenters adalah lagu cinta yang romantis, daripada lagu patah hati seperti lagu cinta pada umumnya."

"Bukankah rasanya menarik jika memadu kasih dengan seorang penulis lagu? Momen mereka berdua diabadikan dalam sebuah lagu, meskipun mereka tak bersama lagi."

Setelah lagu milik The Carpenters, lagu selanjutnya terputar secara otomatis.

My Heart Belongs To You - Peabo Bryson ♬

"Bagaimana dengan lagu ini?" tanya Matteo. "Kau mengetahuinya?"

Gadis menggeleng.

Matteo tertawa mengejek. "Bukankah kau suka lagu lawas? Kenapa lagu ini saja tak tau?"

Gadis tersenyum kesal. "Maafkan aku karena tak mengetahui lagu yang sama tuanya denganmu."

Matteo menghentikan tawanya, mengganti ekspresinya menjadi datar.

"Lagu ini dirilis pada tahun 90-an. Kau bahkan mengetahui lagu The Carpenters tadi yang dirilis pada tahun 70-an."

"Berarti lagu ini tak terkenal," komentar Gadis.

"Maaf?" Matteo menyipitkan matanya ke arah Gadis. "Siapa yang tak tau Peabo Bryson?"

"Tentu saja semuanya tau. Apalagi ketika dia mengisi soundtrack film Disney, yaitu lagu yang berjudul Beauty and The Beast dan A Whole New World, dalam versi lama," kata Gadis. "Aku hanya bilang, lagunya yang tak terlalu terkenal."

"Kau saja yang tak tau," balas Matteo.

"Oh?" Gadis menyipitkan matanya tajam menuju Matteo. "Apa makna dari lagu itu?"

"Mudah sekali," Matteo tersenyum sinis. "Tentang seorang pria yang sendirian dan merasa kosong, tapi suatu saat dia bertemu dengan seorang wanita yang mengisi kekosongan itu dan membuatnya jatuh cinta lagi."

I just wanna say, everyday, thank God I found you
I will move heaven and earth, give you my heart, for all that it's worth
You are mine, till the end of time
I don't care what we're going through, till the end, my heart belongs to you

"Seperti yang kau dengar," Matteo mengangkat bahunya. "Tak peduli bagaimana hubungan mereka ke depannya, entah mereka akan berpisah atau apapun, tapi ada akhirnya, hati si pria hanya untuk wanita itu."

GadiskuWhere stories live. Discover now