66. Ungkapan Cinta

40.9K 2.1K 138
                                    

Deg!

Intan tercekat saat mendengar ucapan Zein barusan. Ia pun melepaskan pelukannya dan menatap suaminya itu.

"M-mas bilang apa barusan?" tanya Intan dengan mata berkaca-kaca. Hatinya bertalun-talun, ia merasa seperti mimpi.

Zein menatap Intan dan menangkup kedua pipinya. Saat ini debaran jantung mereka saling bersahutan.

"Aku ... cinta ... kamu," ucap Zein secara perlahan. Ucapannya barusan terdengar begitu tulus.

Sontak saja bulir bening menetes dari mata Intan. Wajahnya pun merah padam. Ia tak menyangka ternyata penantiannya selama ini membuahkan hasil. Hari yang sejak lama ia nantikan telah tiba.

"Coba bilang sekali lagi, Mas!" pinta Intan dengan suara gemetar. Ia ingin meyakinkan dirinya bahwa apa yang didengar barusan adalah nyata.

"Aku, Muhammad Zein Muammar, mencintai Intan Nuriza Azari, dengan sepenuh hati dan segenap jiwa raga. Maka dengan ini, maukah engkau mendampingiku hingga maut memisahkan?" tanya Zein, serius.

Ia seolah sedang melamar Intan.

Air mata Intan pun mengalir semakin deras. Kemudian ia mengangguk. "Tentu, Mas. Aku juga cinta kamu, huhuhu," jawab Intan sambil terisak.

Zein bahagia mendengar jawaban Intan. Ia pun langsung mencumbu istrinya itu dengan begitu lembut. Merena melampiaskan semua rasa, membiarkan air mata mengalir dalam pagutan tersebut. Bahkan Zein pun turut menitikan air mata.

Ia terlalu bahagia karena akhirnya bisa mengungkapkan cinta pada Intan. Setelah sekian banyak drama yang mereka lalui.

Intan pasrah. Tangannya refleks melingkar di leher Zein. Kemudian Zein pun langsung menggendongnya, hingga kaki Intan melingkar di pinggangnya.

Zein menahan tubuh Intan dengan menggenggam kedua bokongnya. Lalu ia berjalan ke kamar untuk melengkapi ungkapan cintanya.

Semakin lama, ciuman itu semakin menuntut. Lumatan yang awalnya lembut, kini berubah menjadi lumatan yang liar. Akhirnya mereka pun mengungkapkan cinta dengan tindakan saling memuaskan.

Pagi itu mereka mandi keringat di dalam kamar. Tak peduli meski matahari semakin tinggi, mereka tenggelam dalam cinta yang panas.

Intan bahkan lupa bahwa dirinya harus dinas. Ia terlalu bahagia telah medapatkan pengakuan dari suaminya itu.

Sementara itu, Bian yang tadi datang ke klinik merasa khawatir karena Intan tidak ada di sana. "Ke mana dia?" gumam Bian. "Apa dia sakit?" tanyanya.

Akhirnya bian yang memang sedang bebas tugas itu pun mendatangi rumah dinas Intan. Sebab, sejak pagi tadi ia tidak melihat wanita pujaannya itu.

"Semoga dia baik-baik saja," gumam Bian. Ia sangat bersemangat ingin menemui Intan di rumahnya. Seandainya Intan sakit pun Bian akan merawatnya dengan senang hati.

Bian tersenyum saat melihat rumah dinas Intan. Ia pun menghampiri rumah itu dan mendekat ke pintunya.

Saat Bian hendak mengetuk pintu rumah Intan, ia mendengar suara yang meresahkan.

"Ampun, Mas. Cukup!" ucap Intan dengan suara mendesah.

"Ini belum cukup. Aku gak akan kasih kamu ampun. Ini hukuman buat kamu," sahut seorang pria.

Bahkan Bian pun mendengar Intan merintih sehingga ia berpikiran macam-macam.

"Siapa yang berani menyakiti Intan?" gumam Bian. Ia pun langsung menggedor pintu rumah tersebut.

Brug! Brug! Brug!

"Intan, apa kamu di dalam?" teriak Bian.

"Intan, buka pintunya!" ucapnya lagi.

Dinikahi Profesor Galak (TAMAT)Where stories live. Discover now