61. Ternyata Ada Kamu

32.3K 1.9K 42
                                    

Rasanya Zein ingin melompat dari helikopter. Namun sayang, itu sangatlah tidak mungkin karena helikopter yang ia tumpangi terbang semakin tinggi.

"Sial! Kenapa dia bisa ada di sana. Apa dia tahu bahwa Intan dinas di tempat itu?" gumam Zein sambil menatap Bian yang semakin lama semakin menghilang. Ia selalu suudzon pada pria itu. Sebab sejak awal Bian memang selalu mendekati Intan.

Hatinya terasa panas membayangkan bagaimana Bian akan mendekati Intan. Apalagi saat ini ia yakin bahwa Bian belum tahu Intan sudah menjadi istrinya.

"Untung aku sudah memasang kalung itu. Kepala desa di sana pun sudah mengetahui bahwa Intan adalah istriku. Semoga dia tidak berani mengganggunya," gumam Zein.

Ia berusaha menenangkan hatinya meski tetap tidak bisa tenang.

Sementara itu Bian dengan santainya menuju ke markas. Ia belum tahu Intan ada di sana. Seandainya tahu, Bian pasti akan sangat bahagia. Sebab kesempatannya untuk mendekati Intan semakin besar.

Beberapa menit kemudian Bian sudah tiba di markas, ia pun mengisi buku laporan dan menuju ke barak.

"Wah, selamat malam, Dan!" sapa anak buah Bian yang berpapasan dengannya di jalan, sambil memberi hormat. Ia bisa santai karena Bian termasuk komandan yang asik.

"Malam," sahut Bian. Mereka pun berjabatan tangan.

"Akhirnya komandan kita yang satu ini kembali. Bagaimana kondisi ayahnya?" tanya pria itu.

"Alhamdulillah sudah membaik. Giamana, selama saya tidak di sini? Apa ada sesuatu yang terjadi?" tanya Bian.

"Aman terkendali, Dan. Tapi ada satu yang perlu jadi perhatian," ucap anak buah Bian.

"Apa?" tanya Bian. Mereka berbincang sambil berjalan menuju ke barak.

"Ada dokter baru yang cantik. Kelihatannya masih muda dan single," ucap pria itu sambil tersenyum malu.

"Walah, dasar kamu ini cepet banget kalau ada yang bening-bening," ucap Bian sambil menepuk bahu anak buahnya.

Ternyata selama ini mereka memang sengaja selalu lari pagi melewati rumah dinas dokter. Sebab sering ada dokter magang yang cantik.

Namun, selama ini Bian seolah tidak tertarik meski sudah banyak dokter yang silih berganti. Jika yang lain selalu menoleh ke rumah dokter itu, Bian hanya fokus menatap ke depan.

Sebab ia memang bukan pria yang genit. Kecuali bertemu dengan wanita yang ia sukai seperti Intan.

Selama ini pun cukup banyak wanita yang berusaha mendekatinya. Tidak seperti Intan yang selalu cuek padanya. Hal itulah yang justru membuat Bian pensaran.

"Tapi yang satu ini beda, Dan. Saya yakin kalau Komandan melihatnya, pasti tertarik. Ini dokternya cantik banget," ucap anak buahnya itu.

"Terima kasih, tapi saya sudah ada incaran. Jadi kalau mau, buat kamu aja!" ucap Bian sambil menepuk bahu anak buahnya. Kemudian ia masuk ke kamarnya yang ada di dekat barak.

Seandainya ia tahu bahwa dokter itu adalah Intan, sudah pasti Bian akan menyesal telah mengatakan hal itu pada anak buahnya.

"Jadi buat saya aja ya, Dan?" teriak anak buahnya.

"Ambil!" sahut Bian tanpa menoleh.

Beberapa saat kemudian, Zein sudah mendarat di bandara. Sebelum naik pesawat, Zein menghubungi istrinya lebih dulu. Namun Intan yang sudah kelelahan menghadapi suaminya selama beberapa hari ini pun sudah terlelap.

"Kenapa teleponnya gak dijawab, sih?" gumam Zein. Ia kesal karena Intan tak menjawab teleponnya. Hal itu pun membuat Zein berpikir negatif.

"Apa pria itu langsung menemuinya di sana?" gumam Zein. Hatinya sangat gelisah. Rasa cintanya yang terlalu besar membuat Zein ketakutan sehingga memikirkan yang tidak-tidak.

Dinikahi Profesor Galak (TAMAT)Where stories live. Discover now