55. Mawar

37.6K 2.1K 38
                                    

Intan ternganga melihat sikap Zein yang sangat aneh itu.

Sebelum pergi, Zein menoleh ke arah teman Intan. Ia mengulurkan tangannya saat melihat tatapan teman Intan itu seperti orang yang sedang bertanya-tanya.

"Suaminya Intan," ucap Zein, tanpa ditanya.

Pria itu pun terkesiap. Ia tak menyangka Intan menikah dengan Prof Zein yang cukup dikenal dikalangan mahasiswa kedokteran itu.

"O-oh, selamat ya, Prof. Maaf saya belum tau kalau Intan udah nikah," jawab pria itu.

"Ya terima kasih. Sekarang sudah tahu, kan?" sindir Zein. Ia mengusir pria itu secara halus.

"Iya, Prof. Kalau begitu saya permisi," jawabnya. "Intan, aku duluan, ya." Ia pamit pada Intan.

Intan mengerutkan keningnya. Ia bingung mengapa temannya itu langsung pergi.

"Kamu hati-hati! Lain kali jaga sikap jika sedang di tempat umum. Apalagi sama laki-laki, kamu harus jaga jarak!" pesan Zein. Lalu ia meninggalkan tempat itu.

"Astaga ... jadi dia ke sini ngorbanin pena kesayanganya cuma buat ngusir temen aku? Ya ampun, Mas. Cemburu tuh ya bilang gitu. Pake ngancem orang segala," ucap Intan sambil terkekeh.

Ia merasa sikap Zein sangat lucu. Intan tak menyangka Zein seposesive itu padanya.

Akhirnya Intan pun masuk dan berusaha mencari pria tadi. Ia ingin meminta pria itu untuk merahasiakan pernikahannya dengan Zein.

Sementara itu, Zein langsung masuk ke mobilnya dan meninggalkan tempat itu menuju ke rumah sakit. Ia sesikit lebih tenang karena sudah memberi tahu pria tadi bahwa dirinya adalah suami Intan. Sehingga ia yakin jika pria tadi membocorkannya pada orang lain, tidak akan ada satu pun pria yang berani mengganggu Intan.

Saat sedang praktek, Zein terus melihat ke arah jam. Ia khawatir dirinya telat menjemput Intan dan Intan diantar pulang oleh pria lain.

"Sus, hari ini saya gak ada jadwal operasi, kan?" tanya Zein sambil sibuk mencatat laporan.

"Tidak, Prof," jawab suster.

"Oke, kalau begitu siang ini saya tidak praktek dulu. Ada urusan penting yang tidak bisa saya tinggal. Nanti akan ada dokter lain yang menggantikan," jelas Zein.

Ia sudah menghubungi spesialis jantung yang lain agar bisa menggantikannya. Sehingga dirinya bisa meninggalkan rumah sakit lebih awal.

"Baik, Prof," sahut suster.

Sebenarnya ia heran karena belakangan ini Zein sering sekali berhalangan. Padahal selama ini Zein selalu profesional. Ia hampir tidak pernah absen.

Selesai mengerjakan laporan, Zein bergegas meninggalkan rumah sakit. Siang itu ia sudah menyiapkan jas hitam untuk ia pakai menjemput Intan.

"Kalau begitu saya tinggal dulu," ucap Zein. Kemudian ia keluar dari ruangannya.

"Mau ke mana, sih? Buru-buru banget," gumam suster.

Zein berlari kecil menuju mobilnya.

"Zein, mau ke mana kamu?" tanya Muh. Ia heran melihat Zein hendak pergi.

"Hari ini Intan ujian. Aku mau jemput, Pah. Udah dulu, ya. Takut telat," jawab Zein. Ia langsung pamit dan pergi tanpa menunggu jawaban Muh.

Muh geleng-geleng kepala melihat kelakuan anaknya.

"Cinta memang mampu mengalahkan segalanya," gumam Muh.

Sebelum menjemput Intan, Zein mampir ke toko bunga lebih dulu. Ia membeli satu bucket bunga mawar putih untuk istrinya.

Dinikahi Profesor Galak (TAMAT)Where stories live. Discover now