TH | 40

413K 50K 2.9K
                                    

*****

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

*****



"BREAKING NEWS! Pesawat Lion Air TH123 dengan rute Banda Aceh-Surabaya, dinyatakan hilang kontak pada pukul 6.50 WIB setelah 20 menit lepas landas pukul 6.30 WIB di ketinggian 38.000 kaki di atas permukaan laut."

"Innalillahi wa inna ilaihi raji'un." ucap Bilqis serta Umma Hafsah yang terkejut dan sontak membekap mulutnya sendiri.

"Mas Bilal, i-ini bukannya pesawat yang ditumpangi Mas Abi?" tanya Bilqis tergagap dengan perasaan yang mulai tidak karuan.

Bilal lantas mengangguk pelan. Dan air mata luruh membasahi pipi Umma Hafsah dan Bilqis.

"Astaghfirullah hal adzim."

"Umma!"

Tubuh Umma Hafsah hampir saja ambruk ke lantai jika Bilal tidak cepat menahan tubuh Umma nya itu. Bilal segera mendudukkan Umma Hafsah pada sofa.

Tangis Umma Hafsah pecah saat itu juga.

"Dek, jagain Umma dulu. Mas mau cari Abah." ucap Bilal dengan suara yang bergetar.

Bilqis mengangguk lalu Bilal segera pergi mencari Kiyai Usman dan ia beralih duduk di samping Umma Hafsah yang menangis memikirkan nasib putra sulungnya saat ini. Begitu pula dengan Bilqis yang juga menangis.

Sedangkan Dira, perempuan itu masih berdiri diam dengan tangan yang mencengkeram kuat, dada yang naik turun, dan matanya yang memerah menatap lurus pada TV yang sedang memberitakan berita buruk itu.

Dira menggeleng kuat dan dengan cepat ia merogoh handphonenya lalu mencoba menelfon nomor Abi. Berkali-kali Dira mencoba, tapi tidak ada hasil. Nomor Abi tidak bisa dihubungi.

Gemuruh di dadanya semakin kuat, tangannya mencengkeram handphonenya sangat erat. Satu bulir air mata lolos dari pertahanannya. Bibir bawahnya sudah terluka akibat ia menggigitnya terlalu kuat.

Tanpa mengucap apapun, perempuan itu berlari keluar mengabaikan panggilan dari Bilqis. Bilqis sendiri bingung harus berbuat apa. Di satu sisi dirinya harus menjaga Umma Hafsah yang sangat terpukul, tapi di sisi lain dirinya juga harus mendampingi Dira. Melihat Dira pergi begitu saja membuat dirinya bertambah khawatir.

"Ya Allah, lindungilah Mas Abi." lirihnya.

Dira berlari menuju gerbang utama yang tertutup rapat. Ingin sekali rasanya ia mengumpat. Ia menghampiri satpam terlelap dan membangunkannya hingga membuat satpam itu terkejut.

"Cepet buka gerbangnya, Pak." pinta Dira.

"Ning Nadira bikin kaget aja. Memangnya mau kemana toh? Kok keliatan buru-buru gitu?" tanya satpam itu dengan wajah mengantuknya.

"Cepetan buka gerbangnya!" titah Dira tidak sabaran.

"Emang mau kemana sih, Ning?"

Dira menggeram pelan, ia tidak sabar dan merampas begitu saja kunci yang ada di meja lalu membuka gerbang utama serta mendorongnya susah payah. Setelah itu ia berlari meninggalkan Pesantren At-Taqwa.

The Hidden [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now