TH | 20

502K 60K 7.9K
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


*****


Dira hanya diam saja saat tangannya ditarik oleh Abi menuju kemana dirinya pun tidak tau. Ia hanya menunduk menahan tangisannya sendiri.

Abi menghentikan langkahnya saat mereka sudah sampai di belakang asrama putri. Ia menghadap ke arah Dira yang masih saja menunduk. Abi menghela nafas panjang dan beralih mengusap pipi Dira dengan lembut.

"Kenapa?" Tanyanya dengan lembut.

Dira mendongak menatap Abi dengan mata yang masih memerah menahan tangisannya. Dira ini paling anti yang namanya menangis. Sesedih atau semarah apapun Dira, ia akan berusaha untuk menahan tangisnya meski itu sangat menyiksa dan menyesakkan dada.

"Dia hina orang tua saya. Dia nggak tau apa-apa tentang orang tua saya tapi dia berani menghina orang tua saya. Nggak papa kalo saya yang dihina, nggak papa kalo mereka merendahkan saya. Karena sadar saya emang orang yang buruk." Ujar Dira yang berusaha untuk menetralkan suaranya yang bergetar.

"Tapi orang tua saya, mereka orang yang baik, mereka orang tua yang berhasil, mereka orang tua yang sayang sama anaknya, mereka selalu luangkan waktu buat anak-anaknya walaupun mereka sibuk. Orang tua saya nggak pantes dapet hinaan kaya gitu." Lanjutnya.

Abi mengangguk seraya tersenyum lembut. Senyum yang begitu menenangkan hingga membuat emosi Dira sedikit mereda. Hanya karena sebuah senyuman.

"Bisa dibicarakan baik-baik, nggak perlu sampai bertengkar seperti ini. Apalagi sampai kata-kata kasar yang kamu keluarkan." Tutur Abi.

"Kalo mereka berteriak ke kamu, kamu jangan balas berteriak. Hadapi dengan kepala dingin. Apalagi kamu juga tadi nampar Dinda, kan? Itu sama sekali nggak baik, Dira. Kalo Dinda kenapa-napa terus orang tuanya marah sama kamu gimana? Bicarakan baik-baik sama orang yang udah menghina kamu, agar hinaan ini tidak berkelanjutan. Kalo kamu berteriak, melontarkan kata-kata kasar, dan melakukan kekerasan, bukannya membaik tapi malah memperburuk keadaan. Semakin kamu seperti ini, semakin kuat pula mereka menghina kamu dan terus mencari celah kesalahan kamu." Lanjutnya panjang lebar.

Dira kembali menunduk dan seketika menyesali perbuatannya tadi. Benar kata Abi. Tapi semuanya sudah terlanjur terjadi. Tapi biar lah, Dira akan menerima jika ia akan dihukum nantinya, karena dirinya memang salah.

"Maaf." Ucap Abi.

Dira mendongak menatap Abi dengan alis yang menyatu. "Maaf kenapa?"

"Semua ini juga ada kaitannya sama saya, sama hari kemarin. Makanya saya minta maaf karena membuat kamu dijadikan bahan gunjingan." Jelas Abi.

Ah, Dira jadi ingat ucapan gerombolan Dinda tadi. Mereka bilang, Abi sangat taat pada larangan-larangan agama. Selalu menundukkan pandangan, selalu menjaga jarak dengan yang bukan mahram. Tapi kenapa pada dirinya tidak?

The Hidden [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now