Note: Segala yang terjadi dalam fiksi penggemar ini murni karangan penulis semata. Tidak bersangkut paut dengan kehidupan nyata para pemeran.
Di mohon bijak dalam memilih buku dan membaca. Perhatikan Tags dan Warning yang tertera di muka buku maupun dalam tulisan.
Jangan lupa berikan pendapatmu.
____________________________________
❗Implicit Violence. Smut. Hurt and Comfort.
Namjoon menganyunkan kakinya cepat menuju ruang bawah tanah. Salah satu dari daftar kesibukannya yang sejak sehari lalu belum ia lakukan. Lebam di wajah sudah memudar dan mengempis. Gips pada leher pun telah di lepas oleh dr.Sam di pagi buta. Kondisinya telah kembali seperti sedia kala. Dengan demikian, tak ada lagi yang bisa menghalangi langkah alpha jangkung tersebut.
Satu linggis berhasil di sambar saat sepatunya menuruni anak tangga pada ruang lembab dan pengap. Namjoon rindu mengucap selamat pagi pada tawanan mereka— Lambert.
Besi panjang terangkat di pukulkan pada teralis bui. Seringai jelas menggores bibir dengan tatap sadis. Mengundang atensi bagi si sandera yang tengah tergolek di atas lantai dingin. Rupanya Lambert sedang terjaga.
Bola mata keruhnya bergerak dengan bagian sudut hingga pelipis pecah, mengeluarkan bau anyir— mengikuti arah linggis yang membuat bunyi-bunyian memekakkan telinga. Bibir yang tak lagi berbentuk itu bergerak meski kepayahan-
"Brengsek!"
Namjoon terkekeh. Ia meludah keras dan tepat menimpa wajah sang tawanan.
"Aku hampir merindukanmu. Tapi terimakasih sambutannya. Ternyata kau masih baik-baik saja"
Bunyi jentikan jari menjadi perintah tegas bagi pengawal yang bertugas. Ia datang dengan satu ember penuh cairan asam.
Namjoon menggosok dagu dan berkata-
"Kudengar air limau sangat baik untuk kesehatan. Jadi kubawakan ini untukmu"
Dalam satu gerakan cepat, Namjoon mengguyur sanderanya dengan likuid tersebut.
Lolongan kencang sang korban dengan geliat bak cacing kepanasan seolah menjadi pertunjukan menarik bagi si alpha jangkung. Tawa keras yang menggema semakin membuat kontras, layaknya hymne kemenangan dramatis.
,
,
Bunyi senapan nyaring pada objek mewarnai kegiatan V sore ini. Omega cantik itu kembali beraktivitas seperti sedia kala— menggeluti dunia bidik-membidik. Sepertinya ia tidak akan bosan. Sebab berjam-jam ia habiskan waktu senggangnya dengan menggeluti hobi barunya itu.
V di buat terkesan dengan persenjataan lengkap milik dinasti mereka saat mentor memperkenalkan dan melatih ia dalam menggunakan setiap senjata. Mulai dari Laras panjang sampai silent gun beracun yang menjadi primadona. V memekik senang karenanya.
"Lenganmu harus lurus terangkat sebatas dada. Ingat, ini penentu bidikanmu agar tidak meleset. Fokus dengan objek disana. Tarik nafas dalam-dalam—" pelatih memegangi telapak tangan V yang menggenggam erat senjata. "Go!"
Satu buah apel terbelah dua di atas kepala boneka peraga. Senyum penuh bangga itu mengembang pada bibir tipis V. Punggung tangannya mengusap dahi yang berpeluh sebelum menyisir ke belakang surai lepeknya.
"Aku pikir aku berbakat dalam membidik. Lihat saja! Aku belum pernah meleset" ucapnya riang.
"Kau benar, Joonge mester! Jika kau berlatih dengan rutin, kemampuanmu semakin terasah."
YOU ARE READING
• K R A C H T • JINV • ABO
Fanfiction• When the mafia fights for the position and love • -6th book- TAGS : -Dark Fiction -ABO-VERSE (ALPHA, BETA, OMEGA) -MPREG (Male Pregnant) -Romance -Action + Gore -Happy/Sad Ending -Death Chara -Written in Indonesian, English and Dutch TRIGGER WAR...
