• I N T R O •

5.2K 310 73
                                        

Suara nyaring di susul jeritan menyambut  dini hari di sebuah mansion salah satu keluarga kaya. Puluhan pria bertubuh tegap dengan kaca mata hitam menyisir sudut ruang tinggal. Mengabaikan dua orang yang tengah bersimpuh, dengan suara parau bersisip isak tangis.

"Kumohon Tuan, beri kami waktu" ucap pria paruh baya pemilik rumah.

"Dasar manusia miskin. Tak berotak! Tenggang waktumu telah habis, sialan! Kami muak mendengar ocehan murahmu itu!" balas lelaki lain di balik kacamata hitamnya.

Tubuhnya begitu tegap dan kekar. Raut wajah datar dengan sebagian urat nampak pada pelipis hingga punggung tangan.

Ya, sebuah pistol sedang ia genggam dengan hikmat.

"Singkirkan semuanya. Jangan buang waktu!"

Perintah itu menggelegar mengisi setiap sudut ruang.

Beberapa anak buah yang sebelumnya tampak santai mengecek setiap kamar, kini bergegas mengambil langkah cepat menaiki anak tangga.

"Tidak! Kau tidak boleh ke lantai atas"

Jeritan satu satunya wanita dalam rumah mewah yang kini mengambil langkah seribu. Menyusul para komplotan berjas hitam yang sedang melakukan perintah.

"Dasar sial! Minggir!"

Wanita paruh parah yang masih terlihat cantik itu memegangi salah satu kaki pria tersebut. Ia menariknya kuat kuat agar langkah itu berhenti.

Dor!

Suara desing besi panas berhasil menembus tengkorak. Tak ada kagi jerit tangis juga tarikan menghambat langkah mereka.

Cairan merah pekat berbau besi karat menggenang, menghiasi anak tangga. Meluncur ke bawah dengan bebas.

"Merepotkan saja"

Raungan tangis juga teriakan sang suami mendominasi ruangan. Tak pernah terbayangkan sebelumnya, bahkan seumur hidup jika keluarga yang ia bangun akan berakhir demikian.

"Tuan, ku mohon. Jangan lakukan ini. Kau bisa mengambil nyawaku, Tuan!"

Agaknya, lelaki yang di panggil Tuan itu tak mengindahkan sedikit ucapan pria paruh baya yang tak hentinya memohon.

"Bawa anaknya. Hadiahkan pada boss!"

Beberapa orang menyisir lantai atas. Mbuka pintu setiap ruang dengan paksa.

Tak lama kemudian, terdengar pecahan kaca dari depan di susul gerombolan berjas hitam lain memaksa masuk rumah mewah tersebut.

"Lepaskan dia! Dasar biadab!"

Pemimpin para anak buah itu tertawa nyaring. Ia menggeret dengan sekali sentak pria tak berdaya di depannya untuk berdiri.

"Kau mau orang ini?! Bawa saja jika bisa"

"Selamatkan putranya!" perintah Pemimpin gerombolan yang baru datang.

Seketika hunian tersebut terjadi pergulatan di antara dua kubu. Saling beradu kemampuan bela diri dengan beberapa senjata di tangan.

Hujan peluru tak ayal menjadi pemandangan biasa. Memecahkan segala sesuatu yang menjadi target. Nyawa manusia seakan tak beharga kala satu per satu tumbang di atas lantai.

Lantai marmer seputih gading kini berubah menjadi merah gelap. Licin berbau anyir.

Tak ada kubu yang mau mengalah. Mereka saling beradu kekuatan satu sama lain.

Satu satunya pemilik rumah mencoba melarikan diri dengan berlari menuju lift. Berusaha menyelamatkan dua peri kecil yang mungkin masih terlelap di kamarnya.

• K R A C H T •  JINV • ABOWhere stories live. Discover now